Oleh: Bayu R. W. Edward S.Ds., M.Ds.

Interior Design School Of Design Binus University

Kayu jati bekas atau dikenal juga dengan reclaimed teak adalah bahan baku produksi jenis kayu jati yang didapatkan dari cacahan komponen bangunan atau mebel dan produk berbahan jati lainnya. Karena berstatus bekas, maka tipe kayu ini cenderung memiliki tingkat kekeringan yang lebih baik daripada jenis kayu jati yang baru diolah. Kekeringan kayu jati merupakan faktor krusial dalam penentu kualitas sebuah produk berbahan kayu jati.

Berlokasi di Semarang, Jawa Tengah, Permata Furni adalah sebuah industry yang mengolah reclaimed teak sebagai komoditi bahan baku utama pembuatan produk-produknya. Mayoritas produk-produk yang dihasilkan bertipe meja yang berukuran besar. Dalam positioning produknya, Permata Furni menawarkan kualitas meja-meja yang berkualitas secara material. Produk yang dihasilkan oleh Permata Furni didominasi oleh pasar ekspor.

Gambar 1. Tumpukan reclaimed teak atau jati bekas di CV. Permata Furni. Sumber: Penulis.

Dari proses produksinya, pengolahan bahan baku jati bekas diawali dengan tahap sorting material. Pada tahap ini potongan-potongan kayu jati bekas di-scan dengan menggunakan metal detector untuk mendeteksi kandungan metal atau potongan-potongan objek berbahan metal seperti paku, skrup, baut dan sebagainya. Objek-objek metal harus dikeluarkan dari bahan kayu karena berkaitan dengan proses di tahap selanjutnya yang kesemuanya menggunakan mesin-mesin pengolah kayu, sehingga keberadaan metal dapat berpotensi merusak mesin.

Tahap selanjutnya adalah penyeragaman ukuran. Kayu jati bekas yang memiliki ukuran tidak teratur diawal harus diseragamkan dan dikelompokkan ke beberapa ukuran. Pengelompokkan ukuran ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses laminasi kayu yang pada dasarnya harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan terhadap ketebalan papan. Proses laminasi kayu dilakukan dengan menggunakan alat press hidrolik dimana potongan kayu yang sudah dihaluskan dan diberi lem ditempatkan pada papan kerja yang dilengkapi mesin press yang menekan secara vertikal. Kayu yang sedang dalam proses press didiamkan dalam beberapa jam untuk mendapatkan kualitas optimal. Setelah berupa papan dengan ketebalan yang diinginkan barulah masuk ke tahapan penyesuaian desain.

Berbicara mengenai desain dalam konteks material jati bekas ini tentu saja tidak terlepas dari peluang permintaan terhadap produk-produk dengan value craftsmenship dan materialitas yang tinggi. Indonesia sebagai negara yang dikenal dengan kregaman karakteristik kemampuan merajin yang khas dan otentik menjadi sebuah modal berharga bagi tipe bahan baku jati bekas untuk melakukan penetrasi pasar. Secondary value yang bisa dimunculkan disamping craftsmenship dan materialitas adalah environmental value. Mengangkat isu lingkungan dalam presentasi sebuah produk akan menarik minat konsumen dengan latar belakang kepedulian terhadap ekologi.

Gambar 2. Suasana salah satu sudut tahap pengolahan bahan baku jati bekas di CV. Permata Furni. Sumber: Penulis.

Peluang dan positioning diatas jika bisa dilihat oleh para desainer, akan menjadi ladang baru yang potensial untuk digarap. Peran desainer produk untuk mengolah bahan baku ini menjadi suatu kekuatan besar untuk semakin memperkenalkan kekayaan lokalitas Indonesia sebagai negara yang unggul di sektor produk-produk kerajinan.

Terkait hal ini, terhitung sejak bulan Juli sampai Desember 2021, saya dalam perannya sebagai desainer produk mendapat kesempatan untuk mengikuti program Kementrian Perindustrian untuk merancang produk berbahan kayu jati bekas yang diproduksi oleh Permata Furni. Kesempatan ini saya jadikan peluang untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan segala kemungkinan-kemungkinan teknis maupun visual. Proposal gagasan yang disetujui ialah untuk membuat desain yang mempresentasikan kayu jati bekas dengan jenis material lain dan bermain dengan struktur dan proporsi untuk memunculkan suatu citra baru dari suatu produk berbahan kayu jati bekas. Di akhir program, saya dan Permata Furni menghasilkan 3 desain yakni, Galactus farmhouse table, dan dua desain dengan konsep metal stripe connector.

Melalui program ini, diharapkan kayu jati bekas dapat menjadi opsi tren di masa mendatang dan membuka antusiasme para desain Indonesia untuk memperkayanya dengan desain-desain potensial lainnya.

Gambar 3. Konsep metal stripe connector (MSC) pada tipe produk kabinet foyer. Sumber: Penulis.

Gambar 4. Konsep metal stripe connector (MSC) pada tipe side table. Sumber: Penulis.

Gambar 5. Galactus farmhouse table. Sumber: Penulis.

Bayu Edward

 

November, 2021