Keikutsertaan BINUS Bandung dalam Festival Kesenian Indonesia 2021
Oleh: D6081 Rachmi Kumala Widyasari
Keikutsertaan Program Studi Desain Interior BINUS Bandung dalam Festival Kesenian Indonesia XI merupakan salah satu wujud kerjasama antara Universitas Bina Nusantara Bandung dengan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung khususnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ISBI Bandung. Tahun ini ISBI Bandung menjadi tuan rumah untuk Festival Kesenian Indonesia yang ke-sebelas. Festival Kesenian Indonesia adalah festival seni dua tahunan yang diselenggarakan oleh sembilan perguruan tinggi seni Indonesia, termasuk di dalamnya: Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.
Dalam rangkaian Festival Kesenian Indonesia, terdapat Seminar Internasional yang kali ini mengangkat tema, Indonesia Art Spirit: Cultural Ecosystem and Diversity. Seminar internasional ini dilangsungkan dalam kurun waktu dua hari. Seminar hari pertama dipandu oleh Emmy Sundari, S.Sn., M.Sn. dari Universitas Parahyangan dengan narasumber Prof. Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum., sebagai rektor ISBI Bandung dan Prof. Arsenio Nicolas dari Universitas Mahasarakham, Thailan. Sedangkan pada hari ke dua, seminar dipandu oleh Dr. Rachmi Kumala Widyasari, S.T., M.Ds. dari Universitas Bina Nusantara Bandung dengan narasumber Prof. Kathy Foley dari Universitas California, Santa Cruz, Drs. Pim (W.) Westerkamp dari National Museum of Worldcultures, Belanda, Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, S.Sn., M.Sn., rektor ISI Denpasar dan Dr. Martinus Miroto, M.F.A dari ISI Yogyakarta
Gambar 1. Poster acara Festival Kesenian Indonesia XI
Prof. Kathy Foley memaparkan seni pertunjukan di Indonesia melalui perspektifnya. Foley mengatakan bahwa seni pertunjukan di Indonesia, seperti tari topeng dan kesenian wayang, mengandung nilai-nilai kehidupan yang sarat akan makna. Oleh sebab itu menjadi tugas para seniman dan peneliti seni budaya untuk mengungkapkan nilai-nilai dan makna yang belum terungkap di kesenian tradisi Indonesia lainnya sehingga dapat mengembangkan seni dan budaya kita di masa yang akan datang. Sebagai narasumber yang kedua, Drs. Pim Wasterkamp memaparkan pentingnya peran museum sebagai wadah koleksi objek riset sejarah, kebudayaan dan juga sebagai cagar budaya. Perkembangan museum di era digital kini didukung dengan peralatan dan teknologi yang modern. Melalui digitalisasi koleksi museum, sebagian besar data dan koleksi dapat diakses secara luas oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Hal ini semakin memperkuat peran museum sebagai sumber sejarah yang tidak pernah selesai untuk terus ditafsirkan sesuai dengan konteks ruang dan waktunya.
Gambar 2. Usaha digitalisasi museum yang sudah berjalan di beberapa museum di Belanda
Prof. Kun memaparkan situasi dan kondisi bagaimana masyarakat seniman Bali merespon kondisi dan situasi pandemi COVID 19 kini. Melalui pameran karya Bali Megarupa, Prof. Kun menyampaikan bahwa seniman menyikapi situasi pandemi saat ini dengan kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan berbagai kecenderungan yang estetik. Seni akan selalu dapat hadir untuk menanggapi keadaan jamannya, bahkan pada masa sulit sekalipun. Selaras dengan paparan oleh Prof Kun, Dr. Miroto pun menyampaikan hal yang serupa. Bahwa pandemi telah memaksa kita untuk masuk ke revolusi teknologi digital khususnya untuk seni pertunjukan. Dr. Miroto telah mempersiapkan penggunanaan teknologi digital, virtual hingga holografik pada seni pertunjukkan jauh sebelum era pandemi ini. Penggunaan teknologi digital memberikan berbagai peluang bagi para seniman untuk terus mengembangkan karya berbasis perkembangan teknologi terkini. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama dan kolaborasi yang baik antara seniman dengan para ahli Teknologi Informasi (IT) demi terciptanya karya-karya seni yang unggul.
Gambar 3. Dokumentasi beberapa peserta seminar intenasional beserta para narasumber
Melalui sesi seminar internasional ini, peserta mendapatkan banyak informasi khususnya perkembangan keilmuan dan teknologi tentang seni dan budaya yang disampaikan melalui para narasumber maupun melalui diskusi-diskusi setelahnya. Diharapkan kerjasama antara BINUS Bandung dan ISBI Bandung dapat terjalin dengan baik sehingga mendapat kesempatan untuk memperoleh ilmu mengenai seni dan budaya lainnya di masa yang akan datang.
Comments :