Bandung merupakan salah satu Kota tujuan pendidikan bagi kalangan anak muda dari berbagai daerah di Indonesia, khususnya tingkat universitas. Hal tersebut yang menjadikan Kota Bandung memiliki banyak hunian dengan fungsi sebagai tempat kos. Pada dasarnya kos-kosan terbagi atas dua jenis, pertama adalah kos yang menyediakan fasilitas lengkap yaitu kasur, lemari hingga meja belajar dan kursi. Kedua, adalah kos yang hanya menyediakan ruang kosong, penghuni yang nanti akan mengisi furniturnya sesuai kebutuhan. Biasanya jenis kedua adalah kos dengan harga yang lebih murah dari jenis pertama. Penghuni kos jenis kedua inilah yang biasanya terus menerus mencari kos dengan harga yang lebih murah dari tempat sebelumnya.

Atas dasar mencari tempat kos yang lebih murah, penghuni kos jenis kedua memiliki intensitas perpindahan yang tinggi dibanding penghuni kos jenis pertama, yang cenderung lebih menetap. Perpindahan dari satu tempat kos ke tempat kos lainnya, sering menimbulkan permasalahan berupa kesulitan pengangkatan furniture. Jika seseorang memutuskan untuk berpindah tempat kos, biasanya furniture pada kos sebelumnya akan turut serta berpindah dan menyesuaikan dengan kondisi ruangan yang baru. Oleh sebab itu, banyak penghuni kos jenis kedua (kos dengan harga yang lebih murah) memilih furniture yang praktis untuk diangkat/dipindahkan. Biasanya furniture tersebut berupa meja portable, laci ataupun boks plastic menjadi pengganti lemari baju, kursi lipat dan lainnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Kota Bandung sangat berpotensi menjadi kawasan industri flatpack furniture. Flatpack furniture merupakan salah satu furniture dengan konsep ramah berpindah tempat. Konsep flatpack atau packing yang flat dan tipis, memiliki konstruksi knockdown yang simple dan mudah di bongkar pasang. Kelebihan dari flatpack furniture harus dapat dirasakan oleh tiga pihak, yaitu produsen, penjual dan pengguna. Hal-hal yang menjadi kelebihan flatpack furniture berkaitan dengan biaya, pengiriman, pengolahan, penyimpanan. Bagi produsen dan penjual akan merasakan kelebihan flatpack furniture dari segi biaya produksi yang lebih murah dan mudah, begitu juga dengan penyimpanan yang tidak membutuhkan ruang terlalu besar seperti furniture yang sudah dirakit. Begitu

 

juga dengan kemudahan pengiriman, bahkan sebagian tidak lagi menyediakan jasa pengiriman karena konsumen dapat membawanya sendiri.

Kebutuhan furniture anak kos yang paling mendasar adalah tempat tidur, lemari baju, meja belajar dan kursi. Produk ini sudah sangat familiar di dunia industry flatpack furniture. Kasur dengan sistem bongkar pasang, lemari baju portable yang dapat dibongkar maupun dilipat, serta meja dan kursi dengan sistem lipat dan dapat diangkat dengan mudah. Material yang digunakan flatpack furniture biasanya material ringan dan tipis, sehingga sangat memungkinkan anak kos dapat berpindah dengan mudah. Namun terdapat beberapa keraguan apabila flatpack furniture terus menerus mengalami tindakan bongkar pasang. Dengan intensitas yang cukup sering untuk dibongkar, teknik konstruksi dari flatpack furniture juga sangat mempengaruhi kebertahanan furniture tersebut. Oleh sebab itu, ada baiknya produk yang dihasilkan mempertimbangkan tujuan dasar dari flatpack furniture, yaitu “bongkar-pasang”.

Kebanyakan furniture yang dirakit sendiri oleh penggunanya, memiliki beberapa kesulitan mulai dari pemasangan, maupun untuk dibongkar kembali. Sehingga biasanya furniture yang ingin dipindahkan, tidak lagi dibongkar, namun diangkat secara keseluruhan. Hal-hal tersebut harus dipertimbangkan kembali agar bertahan pada prinsip simplicity dan functionality. Teknik konstruksi flatpack furniture dengan sistem lipat seharusnya lebih mudah digunakan bagi anak-anak kos yang sering berpindah tempat, dibanding dengan sistem bongkar pasang (Gambar 1).

Gambar 1. Contoh Flatpack furniture dengan sistem lipat

Sumber : (a) https://weburbanist.com/2014/10/16/refold-workstation-mobile-flat-pack- cardboard-standing-desk/ (b) https://www.youtube.com/watch?v=X- wpTk7AHH8&ab_channel=ModernBuilds

 

Di sisi lain sistem lipat dan sistem bongkar pasang memiliki perbedaan dari segi pemanfaatan material. Dapat dilihat pada Gambar 2, dimana flatpack furniture dengan sistem lipat (Gambar 1a), tidak meninggalkan material sisa ketika sampai ke rumah pengguna, sedangkan sistem bongkar pasang, akan meninggalkan sisa material yang tidak terpakai (Gambar 1b).

 

Gambar 2. Perbedaan Flatpack furniture dengan sistem lipat dan bongkar pasang Sumber : (a) https://id.pinterest.com/pin/389139224049449337/

(b) https://www.lawcris.co.uk/the-making-of-flat-pack

 

Teknik konstruksi flatpack furniture sangat berpengaruh terhadap kemudahan dan kebertahanan (tidak terjadi kerusakan) untuk dapat dipindahkan dengan intentsitas yang cukup sering. Terdapat sistem lipat (foldable) yang dirasa lebih mudah untuk diangkat dan dipindahkan, sekaligus mengurangi kerusakan yang dapat terjadi akibat bongkar pasang. Flatpack furniture yang memiliki sistem lipat, biasanya berbentuk lembar atau part yang tidak terpisah, berbeda dengan sistem bongkar pasang yang terdiri dari beberapa part terpisah-pisah. Dilain sisi, flatpack furniture memiliki karakteristik mudah untuk dibawa, sedangkan dengan penggunaan part yang terpisah-pisah seperti pada sistem bongkar pasang, akan membutuhkan wadah baru untuk menampung/mengangkat part dari furniture tersebut.

Dengan kata lain, perancangan flatpack furniture dengan sistem bongkar harus memikirkan kembali pemanfaatan material yang maksimal agar mencapai pada tujuan simplicity. Kota Bandung sebagai kota ekonomi kreatif memiliki kesempatan untuk memberikan inovasi-inovasi baru dalam dunia desain, yang memberikan kemudahan bagi konsumen khususnya anak-anak kos dalam melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.