Semenjak COVID-19 menjadi wabah yang mendunia tidak ragu lagi bisnis-bisnis banyak yang terpukul. Dampak wabah baru yang mendunia ini tidak hanya memukul bisnis-bisnis kecil melainkan mempengaruhi bisnis dalam berbagai ukuran. Antara lain, bidang international trade sangat merasakan dampaknya karena diterapkannya lockdown di berbagai negara sehingga sangat sulit untuk melakukan pengiriman dan penerimaan produk antar negara.

Kini sudah 7 bulan setelah WHO mengumumkan secara resmi mengenai pandemi global ini, tidak hanya ekonomi China yang melemah dikarenakan khekawatiran berbagai negara atas awal mula wabah yang berasal dari negara pemasok ini tetapi juga ekonomi global. Walaupun masih ada ketidakpastian mengenai dampak pasti COVID-19 terhadap kapasitas poduktifitas China, statistik terbaru menunjukan penurunan drastis. Dampak penuh pandemi pada rantai nilai global merupakan gangguan dalam pasokan bahan baku. China sebagai negara pemasok nomor satu di dunia sangat berperan dalam mempengaruhi international trade seluruh dunia. Bahkan jika wabah COVID-19 memang sebagian besar terkandung dalam China, faktanya adalah pemasok asal China memiliki peran sangat penting bagi banyak perusahaan yang terdapat di seluruh dunia, hal ini berarti gangguan internal apapun yang dirasakan oleh China akan dirasakan juga oleh negara-negara diluar negara China seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Asia Timur. Krisisnya ialah China sebagai sumber pemasok banyak negara menjadi pusat wabah.

Meskipun negara-negara diluar China memiliki sistem penanganan bisnis selama pandemi tersendiri, efek global yang diperkirakan dapat berubah bergantung pada tindakan penahanan virus dan perubahaan aktivitas yang dilakukan oleh sumber pemasok. Efek domino yang dirasakan dunia dari gangguan pemasok tidak terpaku hanya pada sektor impor-ekspor melainkan seluruh sektor ekonomi dan tingkat keparahannya bergantung pada adaptasi terbaru yang dilakukan China. Saat ini nilai perdanganan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860 juta per awal tahun ini dan nilai impor yang turun sebesar 3,14% dibanding akhir tahun lalu menjadi US$ 9,67 miliar, China yang mengalami defisit sebesar 3,08% menjadi US$125,2 juta, Thailand menjadi US$104,5 juta dan Australia yang menurun menjadi US$ 86,9 juta. Saat ini perusahaan yang terdapat di dunia fokus pada stabilisasi sementara, pembuatan strategi, dan perencanaan perubahan jangka panjang bagi rantai perdangan internasional untuk mencegah penurunan neraca lebih jauh.

Referensi:

https://unctad.org/en/PublicationsLibrary/ditcinf2020d1.pdf

https://www.mckinsey.com/business-functions/risk/our-insights/covid-19-implications-for-business

https://supplychainindonesia.com/wp-content/files/SCI_-_Artikel_Dampak_Virus_Corona_terhadap_Perdagangan_Ekspor-Impor_V3-.pdf