Raden Asep Ahadiat Gandawijaya

Pada dasarnya ruang dalam secara fungsi harusnya lahir karena kebutuhan (needs), manusia membutuhkan suatu ruang-ruang didalam bangunan yang dibatasi oleh kebutuhan aktifitas dan fasilitas untuk melakukan kegiatannya dan melahirkan batasan ( batasan nyata ataupun imajiner ) dan pengelompokan fungsi ruang, pembentukan ruang akibat konfigurasi aktifitas , fasilitas, sirkulasi, dan ergonomi pengguna ruang, dapat dikatakan wujud ruang ada apabila batasan ruang terbangun bentuknya yang didalamnya diperlukan struktur dan konstruksi menjadi sebuah pelingkup ruang, dan dapat disebutkan mengada Ketika ruang eksis sebagai suatu ruang interior telah menambahkan nilai yang mengikat dengan konteksnya baik itu manusianya, budaya, lingkungan temasuk penerapan teknologi yang menambah nilai suatu ruang. Penekanan lain ketika seluruh kegiatan aktifitas terpenuhi maka keinginan (wants) ditambahkan sesuai dengan atmosfir ruang pengguna. Fungsi dan bentuk memberikan arti terhadap makna yang terkandung dalam ruang untuk menciptakan identitas keseluruhan ruang tersebut. Makna dalam ranah ini manusia memberikan interpretasi terhadap fungsi ruang dan bentuk ruang tersebut.

(Kutipan Kuliah teori FBM, Prof Purnama Salura 230421)

Interpretasi Ruang

Atmosfir ruang adalah salah satu cara kita melihat suatu ruang mempunyai identitas, bagaimana manusia melihat ruang baik pribadi atau kelompok mensepakati bahwa ruang mempunyai arti yang sama ketika suatu ruang dengan menghadap kiblat dengan ruangan terbuka dan mempunyai tanda kaligrafi lafaz Tuhan dan Rasul-nya di mihrabnya adalah tempat ruang ritual suatu keagamaan Muslim, dan bagaimana seorang arsitek Tadao Ando memberikan sebuah ruang terbuka dengan pola kursi mengarah pada suatu orientasi dengan di altar membuat sebuah cahaya yang masuk kedalam ventilasi yang berbentuk salib, interpretasi ruang terbaca bahwa itu sebuah ruang ritual keagamaan, dapat dilihat ruang tersebut mendapatkan penambahan niai dengan cara orientasi dan symbol untuk menambah nilai ruang tersebut sehingga mudah di interpretasikan, karena sebuah symbol mempunyai arti yang dalam bagi kelompok ritual tersebut.

Cambridge Eco-friendly Mosque Chapel of Ibaraki Kasugaoka Church

Tema Ruang

Ruang dapat dikatakan sebagai pelingkup ruang setelah terbaca olah tiga komponen, lantai, dinding dan plafond ( atap dalam arsitektur ) sebagai pembentuknya, pembentukan ruang dapat dikatakan ada Ketika konfigurasi komponen lantai dinding dan plafond terwujud. Tetapi akan mengada atau eksis Ketika ruang mempunyai tema sesuai konteknya, beberapa teori mencoba membaca ruang berdasarkan tema, slahsatunya buku Archetype karya Thiis Evensen, dalam teori ini bagaimana sebuah bentukan lantai, dinding, atap, dapat memberikan arti lain dalam sebuah ruang, lantai dengan posisi ditengah ruang dan sekelilingnya air sebagai border dapat mempunyai tema melayang dalam interpretasi penulisnya, dinding rendah horizontal dan memanjang polos memberikan interpretasi dinding yang mengarah, dan plafond rendah dapat mengartikan memperkuat arah ruang.

Floating space. Freepik

Cara induksi dalam membaca selubung dalam di interior suatu bagunan dilihat dalam pelingkup ruang dari lantai, dinding dan plafond (Thiis Evensen archetype ), dalam pendekatan ilmu desain, proporsi, skala, dimensi, irama yang menekankan pada tiap tema setiap konfigurasi ruang berdasarkan pemahaman ketiga unsur tersebut

Archetype, Thiis Evensen

Furniture dan asesoris

Penggunaan furniture selama ini adalah hasil dari kegunaan untuk penunjang aktifitas didalam ruang, dihadapkan dengan fungsi furniture mempunyai klasifikasi dalam pembagiannya, fungsi dan bentuk suatu furniture berkembang hingga bagaimna furniture dapat mempunyai arti dalam keberadaannya, konsep-konsep form follow function terus berubah hingga from follow fun dan fiction, semua itu dasarnya memeberikan interpretasi terhadap furniture untuk tidak sekedar eksis tetapi menambahkan nilai suatu benda yang tentu berkaitan dengan kontek ruang.

Dalam pedekatannya situs webb Cornell University jurusan Desain Interior mencoba memaknai ruang dan furniture secara interpretasi berdasarkan periodic dan pengguna, dimana peran ini dapat menekankan pada kesepakatan tentang bend aitu mempunyai suatu Bahasa yang dapat dijadikan tolok ukur dalam mebuat tema ruang, pola tema party of four dimana situasi formal area duduk saling berhadapan, face to face dimana area duduk saling berhadapan dan bersifat formal, bottom up diaman area meja bar dinaungi oleh drop ceiling plafond. Intype ini memberikan makna yang terkandung pada bentukan furniture didalam ruang ataupun furniture itu sendiri.

kesimpulan

Intype, Cornell University

Pengetahuan tentang Bahasa ruang dapat dianalogikan Ketika kita berpuisi,bagaimana kita mengenal suatu huruf atau abjad dalam konsonannya, bagaimana kita mengenal kalimat dalam makna sederhana, dan bagaimana konfigurasi kalimat menjadi suatu Alinea dan paragraph menjadi suatu makna keseluruhan, tatabahasa dibuat baku sehingga mempunyai persamaan makna kepada seluruh kelompok untuk memahami secara bersama, hingga teruraikan kelompok-kelompok yang mempunyai klasifikasi lain dalam meluapkan emosi dalam Bahasa yang dimengerti oleh kelompoknya. Artikel ini mencoba memahami ketiga aspek dibawah ini

  1. Bagaimana kita dapat mengenal input tentang pembentukan suatu ruang
  2. Relasi material secara parsial dalam suatu konfigurasi ruang
  3. Fungsi, bentuk, menghasilkan suatu makna dalam keseluruhan ruang

Bandung 270602021