Tenaga angin mulai dimanfaakan pertama kali di Mesir pada 5000 BC sebagai tenaga penggerak baling- baling kapal di sungai Nil dan Cina juga menggunakannya sebagai pompa air dari sumur pada 200 BC. Gagasan tenaga angin lalu mulai menyebar ke negara-negara Timur Tengah, mereka menggunakan tenaga angin untuk memproduksi makanan. Para pedagang dari negara Eropa melihat hal ini, dan membawa gagasan ini ke negara mereka. Belanda menyempurnakan gagasan tersebut dan melahirkan kincir angin untuk memerangi banjir di negara mereka .

Ditemukannya teknologi listrik membuka kemungkinan tenaga angin sebagai pembangkit listrik. Tahun 1970 terjadi krisis minyak dunia, yang membuat Amerika Serikat dan beberapa negara maju mulai melirik ke sumber energi terbarukan. Pemerintah Amerika dari tahun 1974 sampai ke pertengahan 1980 bekerja sama dengan kalangan industri untuk mendorong perkembangan teknologi dan pendistribusian turbin angin komersil besar-besaran. Penelitian dalam skala besar juga dilakukan dan dipimpin oleh badan antariksa Amerika (NASA). Penelitan mereka bertujuan untuk membuat skala utilitas industri turbin angin di Amerika Serikat, dengan pendanaan dari National Science Foundation dan Departemen Energi. Mereka menciptakan 13 turbin eksperimental dan beroperasi menggunakan 4 rancangan turbin. Penelitian ini merupakan merupakan cikal-bakal teknologi turbin masa kini yang dapat memproduksi multi megawatt listrik.

Pembangkit listrik tenaga angin sekarang telah berkembang pesat berkat kemajuan teknologi. Ukuran generator listrik yang makin lama semakin kecil turut mempengaruhi ukuran pembangkit listrik tenaga angin dan fleksibilitas penempatannya. Berbagai macam ukuran dan bentuk turbin angin sekarang dapat ditemui pada rumah ukuran kecil sampai kepada bangunan atau industri berukuran besar. Keunggulannya sebagai energi terbarukan bukan berarti rancangan pembangkit listrik ini tidak punya kelemahan. Salah satu kelemahan yang juga menjadi kekuatannya adalah intensitas angin yang terkadang terbatas, yang sering menjadikan produk ini kurang unggul dibandingkan sumber terbarukan lainnya. Intensitas kepadatan angin dinyatakan dalam satuan W/M2 (Wind/Square Meter), semakin tinggi dari permukaan tanah maka semakin besar kepadatan intensitas angin yang didapat.

Gambar 1 Kincir Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Berbagai jenis rancangan lahir dan dititikberatkan kepada bentuk rotor (baling-baling) sebagai sumber penggerak generator (gambar 1). Tetapi cara pemasangan dan penempatannya tetap sama, menggunakan tiang untuk mencapai ketinggian tertentu. Konstruksi yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit dengan tenaga angin pun semakin kompleks dan mahal jika kepadatan intensitas angin yang dibutuhkan semakin besar . Penempatannya di daerah yang sulit dijangkau pun semakin mahal.

Altaeros Energies perusahaan yang didirikan pada tahun 2010 di Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat, berusaha mengembangkan suatu solusi untuk memecahkan kelemahan pembangkit listrik tenaga angin konvensional. Mereka menggunakan balon berisi helium untuk membawa generator listrik tenaga angin ke ketinggian tertentu dan menyalurkan listrik melalui kabel yang disatukan dengan tali penahan di darat. Rancangan mereka ini diberi nama BAT (Buoyant Airborne Turbine)(gambar 2).

Gambar 2 Demonstrasi BAT bekerjasama dengan Departemen Energi Alaska,
Sumber : http://www.wired.co.uk/news/archive/2014-03/21/altaeros-wind-turbine