Industri 4.0 dan Kecerdasan Buatan Part 2
Oleh : Muhammad Maulana Ramadhan
AI secara sederhana merupakan sebuah program yang dirancang untuk menyelesaikan problem yang rumit dan dinamis. Kedinamisan AI dan performa AI yang mutakhir tersebut dikarenakan AI sudah memiliki pola penyelesaian di dalam programmnya, baik diprogram secara langsung ataupun melalui analisa data otomatis. Secara sederhana, pola penyelesaian ini identik dengan ilmu yang dipelajari seseorang atau kemampuan seseorang yang telah dilatih untuk menyelesaikan masalah. Mudahnya, pola penyelesaian adalah otak dari AI itu sendiri. Selanjutnya, AI yang memiliki “otak”-nya dilatih menggunakan analisa data otomatis, dalam hal ini big data, jauh lebih dinamis daripada AI “otak”-nya disetting langsung oleh programmer.
Disini terjadi suatu ilusi, bahwa semakin canggih latihan yang diberikan ke AI baik dari metode pelatihannya maupun materinya (data) maka kemampuan AI akan mendekati atau bahkan melebihi manusia. Sebenarnya tidak, berdasarkan penjelasan Turing komputer hanya mampu meniru sebanyak 70 kemampuan manusia terutama kemampuan beremosi dan berpikir. Selain itu Turing sendiri menjelaskan bahwa, mustahil suatu program dapat meniru cara kerja dan cara pikir manusia secara utuh, karena pikiran manusia berbeda, terutama ketika dihadapkan dengan situasi yang diluar dari apa yang telah ditetapkan aturannya.
Kembali lagi pada penjelasan kreatifitas tadi bahwa kreatifitas merupakan kemampuan melakukan sesuatu diluar apa yang telah dipelajari. Berdasarkan penjelasan Alan Turing, mustahil AI akan melakukan sesuatu diluar apa yang telah dipelajarinya. Contoh yang paling sederhana adalah berbicara bahasa campuran (bahasa Indonesia, sunda,inggris serta bahasa lainnya) pada aplikasi search google yang berbasis suara. Hasil transkrip suara anda akan sangat tidak akurat, karena data yang dimasukkan strukturnya berbeda sekali dengan apa yang dipelajari oleh si AI tadi. Kemudian karena ucapan yang dimasukkan adalah bahasa campuran, maka algoritma AI yang dimiliki oleh aplikasi search tadi belum mampu mempelajarinya dengan utuh, karena struktur bahasanya benar-benar baru.
Tentu, para ahli di Google akan mempelajari ekspresi berbahasa yang terkini dan kemudian diaplikasikan ke AI yang mereka miliki. Tetapi, bahasa itu sendiri berubah seiring waktu dan perubahan ini sulit sekali diprediksi dan dipelajari polanya secara terstruktur. Untungnya, perubahan ini mudah diikuti oleh manusia, karena metode pembelajaran yang diberikan ke manusia oleh sang pencipta jauh lebih canggih dari apa yang bisa manusia tiru. Metode pembelajaran inilah yang sebenarnya merupakan kreatifitas dan ini harus kita latih agar mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat.
Kesimpulannya, manusia memiliki kemampuan intrinsik yang tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh AI yaitu kreativitas. Kreatifitas ini tidak sebatas kemampuan membuat karya seni, tetapi kemampuan yang lebih mendasar, yaitu kemampuan menganalisa dan berpikir di luar apa yang telah diajarkan. Serta kemampuan belajar dan beradaptasi pada hal-hal yang benar-benar baru
So, kalau tidak mau digantikan oleh AI, upgrade kreatitas anda.
Comments :