Di Tahun 2020 ini muncul istilah baru, New Normal? Apa yang dimaksud dengan New Normal tersebut? Sejak dimulainya wabah pandemi di Kota Wuhan di Negara Cina sekitar akhir tahun 2019 ternyata membuat perubahan yang cukup signifikan di seluruh permukaan bumi. Tidak terasa sekarang sudah memasuki bulan Mei 2020, pandemi ini masih belum

berakhir. Virus Corona COVID-19 belum berhasil dilenyapkan. Kehidupan masyarakat bumi mengalami perubahan yang bisa dikatakan cukup drastis. Sejak 14 Maret 2020 Pemerintah Indonesia menganjurkan kita melakukan karantina mandiri selama 2 minggu, kemudian karena keadaan tidak juga membaik dari wabah virus ini, akhirnya di bulan April dianjurkan untuk PSBB, yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar. Hampir semua orang dirumahkan, dalam artian benar- benar dirumah saja, melakukan semua kegiatan dari rumah, bekerja, sekolah, bahkan belanja bahan pokok makanan pun dilakukan online atau via telepon untuk diantarkan ke rumah. Walau memang di beberapa negara khususnya di Indonesia tidak semua masyarakatnya benar-benar diam dirumah, masih ada beberapa orang berkeliaran untuk mencari nafkah atau sekedar menyambung hidup karena uang yang mereka dapat selalu harian, supir-supir ojek online yang hilir mudik masih mengantar pesanan kebutuhan bahan makanan kita di rumah, tentunya mereka-mereka tersebut harus menggunakan atribut protokol kesehatan yang disarankan oleh pemerintah. Yah, dunia berubah, kehidupan bersosialisasi pun berubah. Sudah hampir 3 bulan banyak diantara kita tidak bertemu orang lain lagi selain orang rumah (walaupun kita masih ketemu supir ojek online atau supir kargo pengantar paket yang mengantarkan pesanan kita sampai depan pagar rumah). PSBB sendiri pun sudah diperpanjang terus sampai ketiga kalinya, yang terakhir ini diperpanjang sampai pertengahan Juni 2020. Karena adanya PSBB di Indonesia dan hampir semua negara di dunia menerapkan social / physical distancing bahkan ada yang menutup total negaranya alias lockdown, maka sepertinya ini adalah pertama kalinya dalam sejarah di dunia, bulan ramadhan bagi umat muslim dilalui sungguh berbeda, tidak ada Sholat Tarawih berjamaah di masjid, tidak ada Sholat

Ied berjamaah di beberapa titik-titik kota. Semua sholat dilakukan sendiri di rumah, khusus untuk Sholat Ied bisa dilakukan berjamaah bersama keluarga di rumah saja. Tidak ada silaturahmi yang biasanya merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang saling mengunjungi keluarga dan kerabat untuk saling bermaaf-maafan di hari yang fitri, semua itu hanya dapat dilakukan secara online lewat beberapa aplikasi yang menjadi hits di masa pandemi ini. Umat agama lain pun menutup tempat ibadahnya. Sedih? Ya, sedih sekali, bangsa kita yang dikenal selalu bersilaturahmi tiba- tiba harus menjaga jarak dengan semua orang. Semua dilakukan online, sekolah online, kuliah online, kantor online, ibadah agama online, sampai nonton konser musik yang berbayar pun harus online.

Inikah yang dinamakan New Normal? Is not normal at all, isn’t it? New Normal yang menurut pendapat sebagian orang adalah sangatlah tidak normal ini, benarkah harus kita jalani? Sampai kapan? Seterusnya? Atau menunggu sampai Virus Corona COVID-19 itu lenyap dari muka bumi?

Kapan virus itu hilang? Tidak ada yang tahu, kita hanya bisa berdoa dan berusaha membantu untuk memutus rantai penyebaran virus dari muka bumi ini, supaya kehidupan bisa berjalan NORMAL kembali seperti sedia kala. New Normal hanyalah merupakan bentuk kata positif untuk menutup rasa kekecewaan manusia akan kehidupan yang sebenernya tidak normal ini. New Normal hanya merupakan sebuah kata baru dari bentuk New Lifestyle untuk menjalankan protokol kesehatan dalam bersosialisasi dan berempati serta beretika antar umat manusia.

– Dini Cinda Kirana –