By: Bayu R. W. Edward S.Ds., M.Ds.

Interior Design School Of Design Binus University

 

Pemerintah Serawak bekerjasama dengan Sarawak Timber Industry Development Corporation (STIDC) dan ITB menginisiasi sebuah program pengembangan kompetensi desain nasional yang melibatkan sekelompok anak muda Serawak dengan latar belakang keilmuan desain industri atau industrial design. Program ini kemudian disebut POYOD Program, singkatan dari Pool Of Young Designer. Pada program ini, sekelompok anak muda terpilih akan menjalani pendidikan desain industri secara menyeluruh, meliputi pengetahuan dan teknik sejak tahap hulu, hingga hilir. Luaran dari program ini akan berwujud purwarupa dengan kematangan konseptual dan visi strategis dan implementatif.

Mekanisme pelaksanaan program dijalankan selama dua (2) tahun yang masing-masing tahunnya dibagi menjadi dua (2) konsentrasi pendidikan. Pada tahun pertama para peserta yang telah lolos seleksi akan ditempatkan langsung di divisi R&D sebuah industry kayu di Serawak. Fokus pendidikan pada tahun pertama ialah memahami dan menguasai skema dan teknik industri produk berbahan dasar kayu. Di tahun pertama ini, para peserta akan mendapatkan keterampilan yang bersifat aktual dan faktual akibat pengalaman langsung pada budaya dan pola kerja industri. Setelah menjalani tahun pertama, para peserta diasumsikan telah memiliki suatu pola fikir structural dan penguasaan teknik. Dapat dikatakan, para peserta pada tahap ini sudah menguasai salah satu aspek dalam keilmuan yaitu aspek teknis.

Sebagaimana fokus program POYOD, pengertian keterampilan desain tidak hanya meliputi aspek teknis saja, melainkan juga aspek-aspek konseptual dan mentalitas kreatif. Untuk itu, pendidikan pada tahun kedua dikerucutkan pada pembekalan peserta terhadap wawasan desain serta proses kreatif dalam melakukan desain. Demi mewujudkan fokus tersebut, pemerintah Serawak mempercayakan ITB sebagai lembaga yang dapat mengakomodir tujuan tersebut baik secara fasilitas, konten, dan pembimbingan. Pada tahun kedua ini peserta akan menetap di kota Bandung dan menjalani keseharian sebagai mahasiswa khusus dengan fleksibilitas kurikulum yang dapat disinergikan dengan kurikulum formal yang sedang berjalan di ITB, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan dan menjadi pengkayaan kompetensi peserta.

Selama berada di Bandung, para peserta akan merancang produk berupa mebelair dengan bimbingan dan pengawasan mentor (supervisor). Dengan metode mentoring ini, peserta akan menyerap secara intensif keahlian dalam fase berfikir desain sehingga menghasilkan rumusan konseptual, serta dilanjutkan ke fase visualisasi konsep, hingga membuat mockup (simulasi atau tiruan). Setelah menyelesaikan fase-fase tersebut, dengan dibekali wawasan dan keterampilan yang telah didapatkan pada tahun sebelumnya, desain-desain para peserta diwujudkan menjadi purwarupa (prototype) yang dalam mewujudkannya pihak program melalui ITB bekerjasama dengan pelaku-pelaku industri di Indonesia. Koordinasi selanjutnya terjadi antara peserta_dalam pengawasan dan bimbingan supervisor_dengan pihak industry.

 

Foto 1. Pengkayaan wawasan desain peserta POYOD Program batch pertama di Design Science Department Musashino Art University. (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=KNUIAib5hMg ‘A Short Lecture From Prof Bando & Prof Ito at Design Science Department Musashino Art University’, oleh Deny Willy)

Tahap akhir dari rangkaian program POYOD ialah dengan menguji responsi pasar baik melalui pameran, maupun seminar. Pada tahap ini, program tidak hanya bertujuan untuk mempromosikan Serawak secara umum maupun lembaga-lembaga dan pesertanya secara khusus saja, melainkan lebih kepada tujuan yang bersifat pendidikan mental dan pengukuran ketercapaian dari program. Disini para peserta dapat melihat dan mempelajari karakter respon masyarakat terhadap pemikiran dan gagasan yang telah dijalankannya selama menjalani program. Hasil kesimpulan dari tahapan ini akan dijadikan sebagai landasan evaluasi dan pengembangan program selanjutnya agar dapat lebih menghasilkan luaran-luaran yang semakin kompeten dengan perkembangan zaman.

Hingga tahun ini (2020), program POYOD telah memasuki batch ke-dua dengan jumlah peserta lolos seleksi sebanyak 9 (sembilan) orang. Sedangkan batch pertama dimulai pada tahun 2018 dan berakhir pada 2019 dengan peserta 6 (enam) orang. Penulis secara khusus terlibat pada kedua batch program, dimana pada batch pertama penulis dilibatkan sebagai pemberi materi tamu, sedangkan pada batch kedua terlibat sebagai pembimbing (supervisor). Program POYOD batch pertama telah berhasil meloloskan pesertanya untuk mengikuti pameran di Milan Design Week 2020, meskipun saat ini acara tersebut terpaksa ditunda akibat pandemic global COVID-19. Sedangkan POYOD batch ke-dua masih mendiskusikan target pelaksanaan implementasi dan responsinya.

Foto 2. Penulis memberikan materi pengayaan kepada peserta POYOD Program batch pertama di ITB. (Sumber: Penulis)

Foto 3. Peserta POYOD Program batch pertama terdiri dari: (kiri-kanan) Ayu Mortdaza, Robica Tinggang, Calvin Renang, Rudy Edi, Syazrin Jamil, Iwan Hamdan. (Sumber: theborneopost.com)

Foto 4. Penerimaan peserta POYOD Program batch ke-dua di ITB oleh Dekan FSRD Dr. Imam Santosa, dan Ketua Program Dr. Bagus Handoko. (Sumber: https://kemlu.go.id/kuching/id/news/4045/kjri-kuching-mendampingi-penyerahan-angkatan-kedua-group-desainer-poyod-stidc-sarawak-yang-melakukan-pelatihan-desain-furniture-di-itb-untuk-tahun-2020)

Dari program POYOD ini, sedikit banyak kita sebagai bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran dan simpulan terhadap positioning Indonesia dalam bidang desain. Pemerintah Serawak telah menunjukkan keseriusannya sehingga dapa t menjalankan sebuah program yang professional dan terarah sehingga menjadi manfaat tidak hanya bagi pelaku program saja, melainkan lebih luas lagi bagi bangsa dan negaranya.

 

Bayu Edward

April, 2020