Bagi kita, masyarakat Jawa Barat, pasti sudah kenal dengan kota Cirebon. Selain mungkin pernah berkunjung untuk wisata kuliner, Cirebon juga kaya akan budaya dan sejarah. Cirebon memiliki tiga buah Keraton dengan urutan tertua adalah Keraton Kasepuhan, kemudian keraton Kanoman, dan keraton Kacirebonan. Pada Keraton yang terdapat di Cirebon ini, terdapat cerita tentang “Paksi Naga Liman”.

Paksi Naga Liman adalah sebuah kereta kencana yang dulunya digunakan oleh Kerajaan Kanoman, untuk menghadiri acara kebesaran, ataupun kirab untuk pengantin. Diperkirakan kereta ini dibuat tahun 1608 dan sejak tahun 1930, kereta ini tidak digunakan lagi, dan disimpan di museum Keraton Kanoman.

Bentuk fisik kereta ini berukuran 3 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2,6 meter. Bagian atas kereta berbentuk atas perpaduan tiga hewan yakni burung garuda (paksi), ular naga (naga), dan gajah (liman).

Banyak beredar di masyarakat kita, cerita-cerita mistis mengenai kendaraan Kerajaan ini. Entah darimana datangnya. Bisa saja dari bentuk visual yang mungkin sulit diterima bagi masyarakat zaman kini. Atau memang ada beberapa kejadian mustahil yang terjadi tapi tidak dapat diterima dengan akal sehat, sebab daerah Cirebon juga cukup kuat budaya penceritaan mistisnya, menurut beberapa sumber yang penulis temui ketika berkunjung ke kota itu.

Agar kesan mistis yang ada dari Paksi Naga Liman tidak lagi melekat dalam, sebab benda sejarah ini sangat baik untuk dapat dikembangkan sejarah dan nilai budaya visualnya, maka dibuatlah karya yang berjudul sama yakni Paksi Naga Liman oleh Drs. Lintang Widyokusumo, MFA yang tengah belajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), mengadakan pameran dan workshop bersama rekan-rekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB, dimana pak Lintang (sapaan dekatnya) membuat karya dengan tujuan merubah persepsi mistis tersebut, dan memberi dampak yang cukup dalam terhadap budaya visual khususnya untuk anak-anak.

Bentuk visual Paksi Naga Liman betul-betul berubah. Gaya atau style yang dipilih oleh pak Lintang sangat mewakili anak-anak. Paksi Naga Liman yang sebelumnya terlihat sedikit seram, berubah menjadi lucu dan menyenangkan. Bukan hanya mebuat bentuk visual yang baru dalam bentuk ilustrasi, pak Lintang juga membuat bentuk mainannya yang terbuat dari kayu.

Sosialisasi bentuk visual baru dari Paksi Naga Liman ini, dilakukan di keraton Kacirebonan, Cirebon. Bersama-sama dengan pameran karya dari rekan-rekan FSRD ITB. Pak Lintang sendiri adalah seorang Dosen yang sudah lama mengajar di School of Design BINUS Jakarta. Sungguh sebuah kontribusi yang nyata.

Dalam sosialisasinya, pak Lintang membuat sebuah workshop melukis di atas totebag yang terbuat dari kanvas, untuk anak-anak sekitar umur 4-12 tahun. Anak-anak yang mayoritas dari Cirebon bersama-sama didampingi oleh orangtuanya tampak sangat antusias dan senang, sebab selain dapat belajar melukis karya, mereka juga dapat ilmu baru mengenai visual Paksi Naga Liman, yang tidak mistis lagi. Kegiatan ini dilakukan di akhir tahun 2019 yang lalu. Namun, berita dan ide cemerlangnya, masih menjadi pemantik ide-ide mengenai kebudayaan, khususnya perkembangan budaya di Jawa Barat.