Sejarah Singkat Kota Bandung
Oleh : Aris Darisman
Jalan Asia-Afrika Bandung
Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota terbesar dan paling penting di Indonesia. Terletak di dataran tinggi, kota ini dikenal dengan udara sejuknya, pemandangan pegunungan, serta warisan budaya dan sejarah yang kaya. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah singkat kota Bandung, mulai dari zaman prasejarah hingga era modern.
Zaman Prasejarah dan Kerajaan Sunda
Jejak awal keberadaan manusia di wilayah Bandung dapat ditelusuri hingga zaman prasejarah. Penemuan artefak batu dan perkakas kuno di sekitar Lembah Bandung menunjukkan bahwa kawasan ini telah dihuni sejak ribuan tahun yang lalu. Pada abad ke-14 hingga ke-16, wilayah ini menjadi bagian dari Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang menguasai sebagian besar Jawa Barat.
Bandung termasuk dalam wilayah kerajaan yang disebut “Parahyangan”. Nama ini merujuk pada tempat tinggal para hyang atau leluhur suci. Sungai Citarum, yang mengalir melalui Bandung, memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat saat itu dan terus menjadi sumber daya vital hingga kini.
Asal-usul Nama “Bandung”
Nama “Bandung” dipercaya berasal dari kata “bendung” atau “banding” yang berarti bendungan atau danau. Konon, pada masa lalu Sungai Citarum terhambat oleh aliran lava dari letusan Gunung Tangkuban Parahu, yang kemudian membentuk danau purba raksasa di cekungan Bandung. Danau ini dikenal sebagai “Danau Bandung Purba” dan menginspirasi nama kota tersebut.
Ada pula cerita rakyat yang menyebutkan bahwa nama Bandung berasal dari perahu “bandung”, yaitu dua perahu yang disatukan. Cerita ini dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang juga menjadi bagian penting dari budaya lokal.
Masa Kolonial dan Pertumbuhan Kota
Perkembangan signifikan Bandung dimulai pada masa kolonial Belanda. Pada akhir abad ke-18, pemerintah kolonial membuka lahan-lahan perkebunan di wilayah Priangan karena tanahnya yang subur. Tanaman seperti kopi, teh, dan kina menjadi komoditas utama. Untuk mendukung aktivitas perkebunan, pada tahun 1786, Belanda membangun jalur transportasi dari Batavia (Jakarta) menuju Bandung.
Pada tahun 1809, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) sepanjang 1.000 km dari Anyer hingga Panarukan, melewati Bandung. Dampaknya sangat besar: Bandung menjadi kota yang strategis dalam jaringan logistik dan pemerintahan.
Bupati Bandung saat itu, R.A. Wiranatakusumah II, memindahkan pusat pemerintahan kabupaten dari Krapyak ke daerah dekat Sumur Bandung, lokasi yang kini dikenal sebagai Alun-Alun Bandung. Sejak itu, kota Bandung mulai berkembang sebagai pusat administrasi dan permukiman.
Bandung sebagai “Paris van Java”
Memasuki abad ke-20, Bandung mengalami modernisasi pesat. Pemerintah Hindia Belanda mulai mengembangkan Bandung sebagai kota hunian bagi para pejabat Eropa. Tata kota dirancang bergaya Eropa dengan jalan lebar, taman kota, dan bangunan megah.
Gaya arsitektur Art Deco mendominasi bangunan di Bandung pada 1920-an hingga 1930-an. Gedung-gedung ikonik seperti Gedung Sate, Hotel Savoy Homann, Gedung Merdeka, dan Villa Isola dibangun pada masa ini. Bandung pun dijuluki “Paris van Java” karena atmosfernya yang menyerupai kota-kota di Eropa.
Bandung bahkan sempat direncanakan menjadi ibu kota Hindia Belanda menggantikan Batavia, karena iklimnya yang lebih bersahabat dan lokasinya yang strategis. Namun, rencana ini gagal terwujud akibat pecahnya Perang Dunia II dan pendudukan Jepang.
Masa Pendudukan Jepang dan Revolusi
Pada tahun 1942, Jepang mengambil alih Indonesia dari tangan Belanda. Bandung tidak luput dari pendudukan ini. Selama masa perang, kota ini menjadi lokasi penting dalam strategi militer Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Bandung menjadi saksi perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan. Salah satu peristiwa penting adalah “Bandung Lautan Api” pada 24 Maret 1946, di mana pejuang dan rakyat membakar sebagian besar kota agar tidak direbut kembali oleh tentara Sekutu. Peristiwa heroik ini menjadi simbol perlawanan dan keberanian warga Bandung.
Bandung Sebagai Tempat diadakanya Konferensi Asia-Afrika
Pada tahun 1955, Bandung menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang mempertemukan pemimpin-pemimpin dari negara-negara Asia dan Afrika. Konferensi ini dipandang sebagai tonggak penting dalam gerakan Non-Blok dan perjuangan dekolonisasi.
Gedung Merdeka di Jalan Asia-Afrika menjadi saksi sejarah peristiwa ini. Sampai sekarang, tempat ini difungsikan sebagai museum dan simbol solidaritas negara-negara berkembang. Konferensi ini juga memperkuat posisi Bandung sebagai kota dengan peran internasional.
Bandung Sebagai Kota Pendidikan dan Kreativitas
Saat ini, Bandung dikenal sebagai kota pendidikan, teknologi, dan kreativitas. Kehadiran Institut Teknologi Bandung (ITB), yang didirikan pada 1920 sebagai Technische Hoogeschool te Bandoeng, menegaskan posisi Bandung sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Selain itu, Bandung menjadi pusat industri kreatif, mode, dan teknologi. Kawasan seperti Dago, Braga, dan Cihampelas dikenal sebagai destinasi belanja dan wisata kreatif. Pemerintah kota juga mendorong inisiatif smart city, ruang publik ramah warga, dan pengembangan ekonomi berbasis inovasi.
Warisan Sejarah dan Pelestarian Budaya
Meskipun terus berkembang, Bandung tetap mempertahankan warisan sejarahnya. Banyak bangunan kolonial masih berdiri dan dilestarikan. Kawasan Braga, misalnya, kini menjadi kawasan heritage dengan bangunan tua yang difungsikan sebagai galeri, kafe, dan toko seni.
Festival sejarah dan budaya seperti Braga Festival, Helaran Seni Budaya, serta acara peringatan Bandung Lautan Api terus digelar untuk mengenang dan merayakan identitas kota. Pemerintah daerah bekerja sama dengan komunitas untuk merawat cagar budaya dan menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan generasi muda.
Kesimpulan
Bandung bukan hanya kota modern dengan daya tarik wisata dan pendidikan, tetapi juga kota yang kaya akan sejarah. Dari zaman prasejarah, kerajaan Sunda, kolonialisme Belanda, perjuangan kemerdekaan, hingga era globalisasi, Bandung telah mengalami berbagai transformasi. Sejarahnya yang berlapis menjadikan kota ini unik, tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat nilai, perjuangan, dan inovasi bangsa Indonesia.
Comments :