Oleh: Mochammad Haldi Widianto

Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan daging, sebagai bahan pangan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai alat transportasi, pengolahan lahan tanam, dan alat industri khusunya pertanian. Penggemukan sapi potong merupakan suatu sistem pemeliharaan terhadap sapi yang akan diambil dagingnya. Maksudnya sapi tersebut tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan apapun. Jadi sapi tersebut hanya dikandangkan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang ditentukan dengan tujuan utama memperoleh bobot badan yang cepat meningkat sehingga diperoleh daging dengan kualitas baik dan kuantitas yang banyak sebelum dipotong. Biasanya terdapat tiga tahapan utama dalam produksi daging sapi, yaitu tahap rekondisi, penggemukan, dan pengakhiran. Sapi potong yang masih berumur di bawah 1 tahun menghasilkan daging sapi muda yang memiliki kualitas berbeda dengan sapi dewasa.

Dalam menentukan bobot sapi penggemukan, para peternak mengukurnya dengan cara penimbangan dan mengukur dengan alat timbang, memprediksi berat badan dengan pengukuran bagian tubuh seperti panjang badan, perkiraan secara visual, maupun dengan rumus yang telah ditetapkan. Namun, cara tersebut masih dinilai kurang efektif karena bobot (berat) yang ditentukan tidak cukup akurat sehingga merugikan para peternak dalam proses jual beli. Dampaknya, pemilik awal dapat menjualnya dengan harga yang terlalu rendah atau pembeli harus membeli dengan harga yang terlalu tinggi.

  • Pengukuran Bobot Sapi Berdasarkan Fisik

 Perubahan ukuran ternak dapat dikatakan pula sebagai indikator pertumbuhan ternak. Perubahan pada ukuran tubuh ternak menunjukkan bahwa: ternak mengalami pertumbuhan atau tidak. Berikut beberapa tahapan untuk mengukur berat sapi secara fisik, Pengukuran dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

  • Mengukur panjang badan

Panjang badan adalah panjang dari titik bahu ke tulang duduk (pin bone). Pengukuran dapat dilihat pada gambar 2.

  • Mengukur lingkar dada

Lingkar dada merupakan salah satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengukuran lingkar dada diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Pengukuran lingkar dada dapat dilihat pada gambar 3.

  • Pengolahan Citra Digital

Citra digital merupakan pemrosesan gambar dua dimensi menggunakan komputer. Dalam konteks yang lebih luas pengolahan citra digital mengacu pada pemrosesan setiap data dua dimensi. Citra digital merupakan sebuah larik (array) yang berisi nilai–nilai real maupun kompleks yang direpresentasikan dengan deretan bit tertentu. Suatu citra didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) dengan ukuran M baris dan N kolom, dimana x dan y adalah koordinat spasial, dan amplitudo f di titik koordinat (x,y) sebagai intensitas atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut. Apabila nilai x, y, dan nilai amplitudo f secara keseluruhan berhingga (finite) dan bernilai diskrit maka dapat dikatakan bahwa citra tersebut citra digital, dengan matrik sebagai berikut :

Citra digital mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar, transformasi gambar, ekstraksi ciri citra (feature images) untuk analisis, deskripsi objek atau pengenalan objek yang terkandung pada citra, kompresi atau reduksi data untuk penyimpanan data, transmisi data, dan waktu proses data. Input dari pengolahan citra adalah suatu citra, sedangkan outputnya adalah citra hasil pengolahan tersebut, dan memiliki beberapa

  • Citra Grayscale

Citra grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pikselnya, atau dengan kata lain nilai bagian RED = GREEN = BLUE. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam, keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan di sini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih. Citra grayscale berikut memiliki kedalaman warna 8 bit (256 kombinasi warna keabuan).

  • Citra Biner

Citra biner adalah citra digital yang hanya memiliki dua kemungkinan nilai piksel yaitu hitam dan putih. Citra biner disebut juga sebagai citra B&W (black and white) atau citra monokrom. Hanya dibutuhkan satu bit untuk mewakili nilai setiap piksel dari citra biner. Citra biner sering kali mucul sebagai hasil dari proses pengolahan seperti segmentasi, pengambangan, morfologi, ataupun dithering. Gambar 4 merupakan contoh dari citra biner sapi.

  • Citra RGB

Citra RGB (Red Green Blue) merupakan suatu citra berwarna yang setiap pikselnya direpresentasikan dalam tiga lapisan (layer). Ketiga lapisan tersebut mendefinisikan matriks warna Red (R-layer), Green (G-layer), dan Blue (B-layer). Pada citra RGB 8 bit, setiap piksel dari citra diwakili oleh 8 bit. Jumlah warna maksimum yang dapat digunakan yaitu 256 warna. Sedangkan untuk citra RGB 16 bit, setiap piksel dari citra diwakili oleh 16 bit (2 byte) dan mempunyai 2 x 2 atau 65536 warna.

Gambar 5. Citra RGB

  • Registrasi Citra

Registrasi Citra adalah proses overlay dua atau lebih citra dengan objek yang sama, yang diambil pada waktu yang berbeda, dari sudut pandang yang berbeda, dan atau oleh sensor yang berbeda pula. Definisi lain adalah kegiatan penemuan parameter-parameter nilai transformasi korespondensi spasial yang optimal dari dua citra berbeda, sehingga struktur anatomi objek pada kedua citra berbeda tersebut menempati lokasi spasial yang sama. Tujuan registrasi citra adalah menemukan titik-titik yang bersesuaian antara citra pertama (reference) dan citra kedua (sensed) sehingga struktur objek yang sama antara kedua citra tersebut dapat menempati pada posisi yang sama.

Secara umum, metode registrasi citra terdiri dari pendeteksian fitur, pencocokan fitur, dan estimasi model transformasi dan transformasi citra. Proses pendeteksian objek yang menonjol dan merupakan ciri khas khusus, seperti batas area, tepian, kontur, persimpangan garis baik secara manual maupun otomatis adalah langkah awal untuk melakukan deteksi fitur. Selanjutnya, fitur ini dapat dipresentasikan oleh titik-titik yang dapat mewakilinya, seperti titik pusat gravitasi, akhir dari suatu garis, maupun titik-titik dengan nilai intensitas yang tinggi. Tahap selanjutnya adalah pencocokan fitur. Pada tahap ini dilakukan proses membangun korespondensi antara fitur yang terdeteksi pada citra reference dengan citra sensed. Citra sensed adalah citra reference yang mengalami transformasi geometri berupa translasi, rotasi, dan skala perbesaran. Measure of Match yang merupakan ukuran kesamaan (similarity measure) hubungan spasial antara fitur-fitur terdeteksi digunakan untuk tujuan ini. Selanjutnya tahap estimasi model transformasi dan transformasi citra. Pada tahap estimasi model transformasi, akan dilakukan estimasi terhadap parameter-parameter geometri yaitu translasi, rotasi, dan skala perbesaran. Dan tahap transformasi citra akan digunakan fungsi pemetaan yang dihitung dengan teknik interpolasi yang sesuai[8].

Referensi

Mery, Chyndi. Bambang Hidayat. Muhammad Fatah Wiyatna. 2018 “Estimasi Berat Karkas Sapi Menggunakan Metode Active Contour (Snakes) Berbasis Android” Bandung: Telkom University

Yulianto, Purnawan dan Cahyo Saparinto, “Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif” Jakarta: Penebar Swadaya, 2010.

Saputro, Thomas “Pendugan Bobot Badan Ternak Dengan Berbagai Macam Rumus” [Online] ilmuternak.com , 2015 (Diakses : 25 Februari 2018)

Munir, Renaldi, Pengolahan Citra Digital, Bandung: Penerbit Informatika, 2004

Supianto, D. Setiawan, Registrasi Citra Dental Menggunakan Feature From Accelerated Segment Test dan Local Gabor Texture For Iterative Point Correspondence, Malang: Universitas Brawijaya, 2017