Pada tanggal 21 Mei 2019, tepatnya hari selasa BINUS Bandung, khsusunya Prodi Desain Komunikasi Visual mendapatkan kunjungan dari bapak Daryl Wilson, selaku pendiri dan CEO dari KUMATA Studio (PT. KUMATA INDONESIA). Ini adalah kunjungan beliau yang kedua dalam rangka sharing knowledge di kampus BINUS Bandung.

Pada kunjungannya yang kedua ini, beliau khusus membawakan topik tentang “Mengangkat Kearifan Lokal Dalam Animasi Indonesia”. Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah wilayah dan bangsa yang dianugerahi oleh kekayaan budaya dan tradisi yang beraneka ragam. Kekayaan budaya tersebut menjadi potensi yang sangat melimpah ruah untuk dijadikan gagasan awal bagi terciptanya sebuah karya kreatif. Ketika kita berbicara tentang budaya dan tradisi, maka kita sedang membicarakan tentang kebiasaan dan tata cara hidup sebuah bangsa atau kuminitas masyarakat. Menurut Daryl Wilson, ketika kita misanya bicara tentang budaya Sunda, tidak cuma sekedar diwakilkan oleh artefak berupa senjata khas nya (kujang), pakaian adat, dan motif batiknya saja, namun dibutuhkan sebuah riset dan kajian mendalam untuk dapat menemukan apa sebenarnya kearifan lokal atau konten lokal dari sebuah bangsa ataupun komunitas masyarakat. Ketika kita berhasil menggali dan mengangkatnya, maka akan tercipta sebuah karya kreatif yang sangat unik dan dapat diapresiasi dengan nilai apresiasi yang tinggi.

Bagi KUMATA studio kekayaan dan keunikan budaya dan tradisi masyarakat Indonesia adalah hal yang sangat dapat mengangkat value proposition dari produk kreatif mereka. Keunikan kebiasaan, kepercayaan, gaya hidup, tutur kata, dialek, dan wujud  dari arsitektur maupun tata letak ruangan di sejumlah daerah di Indonesia seakan menjadi hamparan ide yang sangat kaya. Dibuktikan oleh sejumlah karya Film Animasi (2 Dimensi ), diantaranya : J-Town, The Demits, sampai pada karya Si Juki The Movie (Panitia Hari AKhir).

J-Town

Animasi 2D yang menggunakan teknik cut-out ini bercerita tentang keluarga Pak Jaya yang kaya raya, dan terbiasa hidup serba berkecukupan di kampung, tiba-tiba harus kehilangan segalanya. Satu-satunya harta yang ditinggalkan oleh mendiang ayah Pak Jaya adalah J-TOWN, sebuah rumah susun reyot di tengah kota. Dalam rusun itu, mendiang ayah Pak Jaya yang bergentayangan di J-Town meminta Jaya, Ayu, Bu Tini, Kevin, dan Keti untuk tetap tinggal dan menjaga J-Town serta para penghuninya.

Menurut, Ruben, Animation Director J-Town, proyek ini menjadi semacam percontohan. Di mana program serial animasi 2D yang diproduksi oleh studio animasi lokal kembali muncul di televisi Indonesia setelah 15 tahun berlalu. Ini membuktikan bahwa stasiun televisi dan studio animasi dapat bekerja sama dalam memproduksi sebuah serial animasi sebagai alternatif acara televisi.

Serial Animasi ini tayang di Net TV mulai Sabtu, 21 Oktober 2017. Karya ini mengambil latar belakang budaya betawi sebagai gagasan utamanya. Unsur lokal konten pada karya serial ini digambarkan lewat dialek, cara bertutur kata, pakaian keseharian (bukan melulu pakaian adat), sampai pada penggambaran kondisi lokasi dan lingkungan serta bentuk bangunannya. Dalam proses kreatifnya KUMATA mengirim tim kreatifnya untuk melakukan survey ke sejumlah daerah di Jakarta, dan dipilihlah daerah Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Daerah ini dipilih karena dianggap paling dapat mewakili latar belakang cerita dari serial J-Town.

The Demits

Sebuah karya film animasi (2 Dimensi) dengan ide dan premis yang sangat unik dan menggelitik. Dibungkus dalam paduan tema horror dan komedi yang sangat kental. Ceritanya berputar sekitar kehidupan setelah kematian dimana sang karakter utama dipertemukan dengan sejumlah hantu yang oleh budaya kita dipercayai sebagai manifestasi dari kehidupan setelah kematian. Cerita-cerita rakyat maupun urban legend termasuk salah satunya cerita-cerita mengenai keberadaan makhluk astral alias makhluk ghaib alias makhluk halus seperti Genderuwo, Kuntilanak, Pocong, dan makhluk-makhluk lainnya yang seringkali dicitrakan sebagai makhluk yang mengerikan dan membuat bulu kuduk berdiri. Namun keseraman dan keangkeran mahluk-mahluk astral ini justru akan membuat penonton tertawa.

The Demits adalah karya animasi kreatif KUMATA Studio  yang mengangkat konten lokal dengan gaya yang kocak. Masyarakat pada umumnya mengenal, atau paling tidak, mendengar tentang cerita horror dan tokoh-tokoh hantu seperti pocong, sundel bolong, genderuwo, suster ngesot dan sebagainya, bisa membuat bulu kuduk terangkat, sebaliknya The Demits membawa para penontonnya pada pandangan yang berbeda.

It turns out that life after death can be just as awkward and embarrassing as life before death. At least that is the case for our hero Demi. After leaving the world of the living by way of a humiliating misfortune, Demi finds himself in the realm of the unliving and have to adjust to his new environment filled with a variety of wacky ghost and ghouls. Luckily he meets some new friends that help show him the ropes and even enlist their help to settle some unfinished business he has in the living world. (https://www.kumata-studio.com/thedemits)

 

Si Juki The Movie-Panitia Hari Akhir

Pada karya ini, Faza Meonk sebagai kreator sekaligus sutradara film ini melakukan pendekatan yang berbeda dengan komik dan cerita Si Juki terdahulu. Tidak lagi mengangkat keseharian dan kesederhanaan karakter Si Juki, namun ,mengngkat cerita ketika Si Juki berada di puncak ketenarannya. Di sisi lain, Juki mulai jengah dengan kehidupan sebagai selebriti yang serba diatur. Hingga akhirnya ia pun melakukan kesalahan yang menjadi bumerang untuk kariernya sendiri. Di tengah eksistensinya yang punah, secara bersamaan Indonesia juga diceritakan sedang dilanda bencana akan jatuhnya meteor yang dapat menghancurkan bumi pertiwi ini. Sampai akhirnya, Juki pun terlibat dalam misi penyelamatan Indonesia dari jatuhnya meteor besar bersama ilmuwan Badan Antariksa Seluruh Indonesia Erin (disuarakan Bunga Citra Lestari), Profesor Juned (Indro ‘Warkop’) dan sepupunya, Juleha (Wizzy). Jika berhasil, hal itu pun seolah menjadi misi Juki menyelamatkan eksistensinya sendiri yang kian memburuk.

Cara ungkap dari karya Si Juki ini juga berbeda dengan karya sebelum nya dimana rumitnya cerita dengan alur yang begitu cepat membuat film animasi ini tampaknya kurang pas untuk menyasar penonton semua umur. Dialog-dialog yang dihadirkan begitu rumit untuk dapat dicerna anak-anak, apalagi cerita yang melompat-lompat semakin sulit rasanya untuk mencapai nilai-nilai yang ingin disampaikan. Unsur lokal konten yang diangkat dari cerita ini terpusat pada karakter Si Juki dan juga karakter pendukung lainnya, Tokoh Babeh (Jaja Miharja) dan Enyak (Maya Wulan) lah yang tampaknya memiliki karakter kuat di film ini. Dengan logat betawi dan lelucon khasnya, karakter ini terasa yang lebih tepat sasaran.
Yang lainnya, dua karakter pendukung Congky (Pocong) dan Coro (Kecoa) cukup berkesan. Bagaimana karakter mereka yang biasanya menjadi musuh sehari-hari, justru diangkat sebagai teman, bahkan pahlawan. Selain dari sisi penokohan juga dapat dilihat kekuatan lokal kontennya dari penamaan Institusi Badan Antariksa yang meniru dari badan antariksa AS, NASA. Pada film ini digambarkan bahwa Indonesia pun memiliki badan antariksa serupa, Badan Antariksa Seluruh Indonesia disingkat BASI. Digambarkan bahwa badan antariksa ini terkesan bekerja sangat lamban disebabkan kinerja staff karyawannya yang malas dan kurang termotivasi. Pada karya film ini, unsur komedi satir dan sindiran dapat ditemukan di sejumlah adegan.

Daryl Wilson ketika memberikan sharing Knowledge

 

 

.Aris Darisman.

D3272

Dosen DKV BINUS Bandung