10 Teori Media Massa Menurut Para Ahli
Mungkin kalian baru tahu bahwa ada teori media massa yang terkait dengan pengaruh media yang kalian tonton. Dampak tersebut berbeda-beda, tergantung seberapa besar paparan media terhadap pengguna dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tidak ada penjelasan pasti mengenai bagaimana konten media berdampak pada norma, nilai, dan perilaku kita, ada sejumlah teori para ahli terkait hal ini.
Teori Agenda-Setting (McCombs & Shaw)
Teori The Agenda Setting Function of the Mass Media menekankan pada pentingnya media menetapkan agenda publik. Editor, staf redaksi, dan lembaga penyiaran memainkan peranan penting dalam membentuk realitas politik dalam memilih dan menampilkan berita. Pembaca tidak hanya belajar tentang suatu isu tertentu, tetapi juga seberapa penting isu tersebut dari jumlah informasi dalam sebuah berita dan posisinya. Dalam merefleksikan apa yang dikatakan para kandidat selama kampanye, media massa mungkin akan menentukan isu-isu penting—yaitu, media dapat menentukan “agenda” kampanye.
McCombs dan Shaw melanjutkan dengan menulis panjang lebar tentang agenda setting, dan telah menghasilkan banyak artikel dan penelitian tentang berbagai aspek teori. Sejak diperkenalkannya teori ini, telah banyak penelitian mengenai kegunaannya, dan kini terdapat perluasan teori yang disebut Second Level Agenda Setting.
Teori Cultivation (George Gerbner)
Teori yang dikembangkan pada tahun 1960-an ini mengeksplorasi persepsi penonton terhadap realitas. Gerbner mempelajari jumlah orang yang menonton televisi (TV) dan cara mereka menjawab pertanyaan tentang kejahatan di masyarakat. Tanggapan yang ia dapatkan dari penonton televisi kelas atas seringkali merupakan perkiraan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap tingkat kejahatan yang sebenarnya.
Gerbner menyebut perbedaan besar antara ‘realitas TV’ dan realitas aktual sebagai ‘perbedaan budidaya’. Menurutnya, konsumsi media memupuk asumsi, ekspektasi, dan konsepsi tertentu mengenai realitas sosial.
Gerbner berpendapat bahwa semakin kita melihat representasi tertentu di media, semakin kita mempercayainya sehingga seringkali membuat kita menerima ideologi yang disajikan kepada kita.
Teori Penerimaan Aktif (Stuart Hall)
Stuart Hall menciptakan teori Penerimaan Aktif atau Audience Reception pada tahun 1973. Teori ini berfokus pada gagasan bahwa setiap media mempunyai pesan yang ingin disampaikan oleh penciptanya.
Pesan-pesan ini dapat ditafsirkan dalam tiga cara hipotetis oleh penerimanya:
- Preferred reading, yaitu ketika konsumen memahami sepenuhnya pesan yang dimaksud.
- Negotiated reading, yaitu ketika konsumen memahami pesan, tetapi menyesuaikannya agar sesuai dengan nilai-nilai mereka.
- Oppositional reading, yaitu ketika konsumen tidak setuju dengan makna yang dimaksudkan.
Teori ini juga mengeksplorasi gagasan tentang penonton aktif dan pasif. Penonton aktif adalah mereka yang mempertanyakan aspek pesan apa pun di balik teks media. Sedangkan penonton pasif adalah mereka yang secara tidak sadar menyerap pesan tanpa bertanya. Teori ini menyatakan bahwa khalayak justru lebih aktif daripada pasif karena mereka harus memikirkan media yang mereka konsumsi untuk membentuk salah satu bacaan di atas.
Teori Uses and Gratifications (Elihu Katz & Jay Blumler)
Teori Uses and Gratifications menekankan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media. Penonton berperan aktif dalam proses komunikasi. Selain itu, penonton berorientasi pada tujuan dalam penggunaan media mereka.
Teori mereka menyatakan bahwa penonton atau pengguna media mencari sumber media yang paling memenuhi kebutuhan mereka. Teori kegunaan dan kepuasan berasumsi bahwa mereka mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur sebagai media system dependency theory.
Teori Framing (Erving Goffman)
Teori framing menyatakan bahwa media memusatkan perhatian pada peristiwa tertentu dan kemudian menempatkannya dalam suatu bidang makna. Framing merupakan topik yang penting karena dapat memberikan pengaruh yang besar. Intinya, teori framing menyatakan bahwa bagaimana frame yang disajikan kepada audiens mempengaruhi pilihan yang diambil seseorang dalam memproses informasi tersebut.
Goffman mengemukakan bahwa orang menafsirkan apa yang terjadi di dunia mereka dengan primary framework atau kerangka utama. Menurut Goffman, terdapat dua perbedaan dalam kerangka utama, yaitu natural dan sosial. Keduanya berperan membantu individu menafsirkan data sehingga pengalaman mereka dapat dipahami dalam konteks sosial yang lebih luas. Perbedaan keduanya terletak pada fungsi.
Baca Juga: Psikologi Komunikasi: Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan
Teori Efek Persuasi (Albert Bandura)
Teori efek persuasi adalah keyakinan yang dipersonalisasi pada kemampuan media untuk dapat mempengaruhi perilaku audiens. Terdapat tiga jenis informasi yang meningkatkan persuasi diri seperti berikut ini:
- Perilaku kita sendiri, di mana ketika kita sukses, kita menjadi yakin bahwa kita akan sukses lagi.
- Perilaku orang lain, di mana ketika kita melihat orang lain sukses dengan perilaku tertentu, kita menjadi yakin bahwa dengan perilaku yang sama, kita juga bisa sukses.
- Menghargai umpan balik, di mana umpan balik positif juga berkontribusi pada gagasan bahwa kita akan mencapai tujuan dengan terus berjuang.
Teori Efek Ketakutan (George Gerbner)
Gerbner juga menciptakan istilah mean world syndrome atau sindrom dunia yang kejam. Hal ini menggambarkan bias kognitif yang membuat pemirsa televisi merasa ketakutan karena menonton konten kekerasan. Pemirsa cenderung melihat dunia sebagai lebih berbahaya daripada yang sebenarnya.
Teori Pemberdayaan (McQuail)
Posisi komunikasi massa dalam ilmu komunikasi terlihat melalui piramida peringkat proses komunikasi dalam masyarakat. Proses komunikasi masyarakat memiliki peringkat berdasar perbedaan level organisasi sosial komunikasi. Setiap level proses komunikasi termasuk masalah dan prioritas tertentu dengan berbagai kenyataan dan teori.
Teori Penekanan dan Pengabaian (Stuart Hall)
Audiens menerima karya kreatif serta memahaminya, di mana makna pesan dapat berubah sesuai dengan konteks sosial mereka. Pesan yang dikirimkan dengan isyarat dan gerak tubuh verbal atau non-verbal tidak selalu memberikan hasil yang sama seperti yang diinginkan pengirimnya. Distorsi terjadi ketika penonton tidak dapat memahami konsep sehingga mempunyai pandangan berbeda terhadap kesimpulan itu sendiri.
Teori Teknologi Media (Marshall McLuhan)
Teori ini menggambarkan bahwa setiap penggunaan media secara luas membentuk masyarakat dan budaya. Setiap media menarik indra manusia dengan membentuk pengalaman audiensnya secara berbeda. Hal ini karena setiap media memiliki perangkat berbeda yang memproses pesan secara berbeda.
Belajar teori media massa penting untuk dipelajari karena teknologi baru terus mengubah cara media massa beroperasi. Tidak hanya itu, media massa memengaruhi pemikiran, keyakinan, dan perilaku masyarakat. Media massa mengacu pada sumber media yang menjangkau khalayak luas.
Teori media massa terkait erat dengan bagaimana orang memilih, mengonsumsi, dan dipengaruhi oleh media. Mereka mengeksplorasi hubungan spesifik antara khalayak dan media. Para ahli merasa penting untuk mengeksplorasi dinamika ini karena semakin banyak media yang dikonsumsi setiap hari.
Jika kamu ingin tahu pengetahuan-pengetahuan lainnya seputar komunikasi dan media massa, pantau terus website BINUS @Malang, ya! Dijamin pemahamanmu akan informasi yang kamu cari akan meningkat!
Comments :