Prinsip Etika Profesi Humas, Anak PR Wajib Tahu!

Bagi para mahasiswa yang baru masuk jurusan Public Relation, mereka tentu harus memahami dan siap mengaplikasikan prinsip etika profesi humas. Seorang public relation tidak hanya harus ramah dan energik serta siap menjadi juru bicara perusahaan atau organisasi di mana mereka bekerja, tetapi juga perlu menerapkan beberapa prinsip etika seperti berikut ini.

Baca Juga: Apa Itu Public Relations dan Tugasnya? Yuk, Kita  Cari Tau!

Kehandalan (Reliability)

Seorang staf public relation atau PR atau sering disebut humas harus handal dalam penyampaian informasi. Tugas ini tidak mudah karena komunikasi yang salah dapat menimbulkan kesalahpahaman. Arus informasi yang semakin bebas dapat menjadi keuntungan atau kerugian, di mana staf humas harus dapat mengatasinya.

Staf PR harus dapat menjaga integritas dari keseluruhan proses komunikasi. Perusahaan atau organisasi harus dapat bertindak segera untuk melakukan klarifikasi melalui departemen PR secara jujur dan akurat. Tanpa harus mengurangi informasi yang diterima publik, departemen PR perlu mempertahankan reputasi perusahaan melalui komunikasi secara jelas dan intens.

Keterbukaan (Transparency)

Transparansi atau keterbukaan juga menjadi salah satu prinsip etika profesi humas yang harus dijaga. Tanpa transparansi, maka tidak ada kepercayaan publik sehingga hal ini dapat merusak reputasi perusahaan. Di era serba digital saat ini, publik dapat dengan mudah melakukan investigasi yang bisa saja salah atau benar.

Di sinilah pentingnya transparansi atau keterbukaan perusahaan atau organisasi. Keterbukaan informasi ini dapat berwujud akurasi dan kejujuran dalam semua bentuk komunikasi. Apabila ada kesalahan komunikasi, PR harus segera bertindak dalam memperbaiki kesalahan komunikasi. Bahkan, departemen PR harus menjamin kebenaran informasi sebelum mereka merilis kepada publik. Transparansi akan dapat menjadi penilaian bisnis dari publik, mitra, dan juga calon investor.

Keberpihakan (Advocacy)

Salah satu tugas utama public relation adalah advokasi kepada pihak yang terwakili. Tentu dalam hal ini adalah perusahaan atau organisasi yang diwakili. Keberpihakan ini sangat mutlak melalui pemberian informasi, fakta, dan ide kepada publik.

Keberpihakan menjadi tanggung jawab dari departemen dan seluruh staf PR. Advokasi menjadi salah satu bentuk komitmen pada pekerjaan yang terkait dengan komunikasi ini. Tentunya, dengan mempertahankan advokasi, staf PR dapat meningkatkan karir karena telah menjaga nama baik perusahaan.

Profesionalisme (Professionalism)

Tentu saja profesionalisme memang harus dimiliki oleh semua pihak dalam setiap perusahaan. Terkait dengan profesionalisme dalam dunia public relation, seluruh staf departemen PR perlu memahami semua etika dalam profesi humas. Dengan demikian, perusahaan dapat memiliki nilai lebih di mata publik.

Tugas staf PR profesional tidak hanya berpegang pada standar dalam menyebarkan informasi kepada publik secara jujur saja. Staf humas juga perlu memberi distribusi terbaik kepada konsumen perusahaan yang diwakilinya, sekaligus membangun hubungan serta kredibilitas dengan perusahaan lain serta mitra.

Dengan kata lain, Anda harus terus memperoleh dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman khusus. Untuk melakukannya, Anda harus secara konsisten mengembangkan profesionalisme Anda dengan bantuan penelitian dan pendidikan.

Keberagaman (Diversity)

Saat ini, tim hubungan masyarakat juga mengedepankan keberagaman yang dulu hanya dijalankan oleh tim HRD atau sumber daya manusia. Keragaman mengacu pada perbedaan demografi karyawan, suku agama, ras, gender, usia, status, serta keadaan fisik. Keragaman yang ada harus dapat meningkatkan produktivitas, kreativitas, serta kesejahteraan di tempat kerja secara menyeluruh.

Fungsi PR dalam menuntut keragaman antara karyawan, klien, dan pemangku kepentingan sangat penting. Tim PR merupakan departemen yang mewakili sekaligus berkomunikasi dengan orang-orang dari semua latar belakang, di mana pengerjaan proyek harus fokus pada keragaman setiap orang yang terlibat.

Inisiatif keragaman adalah langkah ke arah yang benar, tetapi begitu tim mempekerjakan lebih banyak orang yang beragam, mereka perlu memastikan individu tersebut merasa disertakan. Sebaiknya, pertimbangkan untuk melakukan sesi di seluruh perusahaan tentang komunikasi lintas budaya. Memilih mereka atau memproyeksikan stereotip kepada mereka yang berasal dari kelompok terpinggirkan akan mengurangi retensi dan pada akhirnya mempengaruhi keuntungan Anda.

Perusahaan dapat mengembangkan tenaga kerja inovatif sekaligus mempertahankan bakat sebagai upaya dalam peningkatan keragaman. Faktanya, karyawan dari berbagai latar belakang akan menghadapi masalah dengan cara yang sangat berbeda. Integrasi ragam suara dalam memecahkan masalah bisnis menjadi kekuatan perusahaan.

Keragaman juga dapat mendukung komunikasi yang lebih baik. Staf profesional hubungan masyarakat adalah pihak yang menyusun pesan organisasi kepada publik. Staf profesional harus sangat fasih tentang keragaman. Dengan demikian, mereka dapat memastikan komunikasi relevan secara budaya yang positif untuk beragam audiens.

Keragaman sangat krusial sebagai prinsip etika profesi karena audiens yang ingin dijangkau klien sangat beragam. Industri PR harus mencerminkan audiens yang beragam sebagai pihak yang dilayani. Perusahaan raksasa di dunia sangat menghargai keberagaman, yang terlihat pada proses perekrutan dan pelatihan.

Kerahasiaan (Confidentiality)

Menghargai kerahasiaan merupakan salah satu prinsip etika profesi humas yang cukup fundamental. Privasi klien, mitra, investor, dan karyawan harus dihargai selama berprofesi sebagai hubungan masyarakat. Informasi rahasia harus tetap terjaga sehingga tidak ada yang dirugikan. Memang, dalam banyak hal ada beberapa rahasia yang memang perlu terungkap. Namun, tim humas harus sudah mendapatkan izin khusus dari yang berwenang.

Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Prinsip terakhir dari etika profesi humas adalah tanggung jawab sosial. Staf PR harus memiliki tanggung jawab secara sosial dengan menghormati pendapat siapapun. Departemen Public Relation perlu memiliki hubungan sosial baik dengan siapa saja yang terkait, seperti klien, karyawan, mitra, vendor, pers, dan bahkan kompetitor. Siapapun yang terkait merupakan bagian dari pekerjaan departemen humas.

Sebagai staf PR profesional, tugas utama adalah melindungi citra dari merek atau perusahaan. Tantangan untuk menjunjung standar akurasi serta kebenaran sangat tinggi dalam mewakili perusahaan. Hal ini terutama saat berkomunikasi dengan publik.

Tidak sedikit hubungan masyarakat melebih-lebihkan detail kecil untuk mempromosikan perusahaan atau citra merek. Namun, sesuai kode etik public relation secara internasional, staf public relation harus benar-benar jujur dan akurat saat memberikan informasi kepada publik terkait dengan detail perusahaan yang diwakili.

Hal-Hal yang Tidak Etis di Dunia Humas

Jika ada prinsip etika profesi humas, tentunya ada prinsip non-etis yang juga harus diperhatikan. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Koersif
    Tindakan koersif adalah perilaku penyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki oleh staf dalam departemen PR. Contoh paling mudah adalah adanya penolakan dalam mendengarkan pendapat orang lain. Membatasi kebebasan berbicara juga tidak dibenarkan. Terlebih jika humas sampai membatalkan diskusi yang berujung pada perbedaan pendapat.
  2. Menyembunyikan Fakta
    Prinsip yang tidak etis adalah menyembunyikan fakta yang. Pesan yang tidak jujur serta menyesatkan dapat berupa eufemisme, yakni mengaburkan perbuatan yang cacat. Bahkan kesengajaan dalam menyampaikan pesan ambigu juga merupakan tindakan tidak etis.
  3. Destruktif
    Informasi yang disampaikan secara agresif, di mana ada pihak yang terlecehkan merupakan tindakan destruktif. Informasi ini termasuk komentar pedas, sindiran, lelucon sarkas, pembunuhan karakter, dan sebagainya.
  4. Intrusif
    Pelanggaran privasi juga perlu mendapatkan perhatian. Saat ini, komunikasi dapat dengan bebas dilakukan melalui berbagai media. Staf PR harus dapat memberikan komentar yang menyerang atau menolak hak privasi orang lain.
    Tim dari public relation tidak diperkenankan melanggar privasi dalam bentuk menyadap pesan atau pembicaraan telepon atau chat, membaca file pribadi orang lain, serta berbagai bentuk gangguan perusahaan lain.
  5. Manipulatif
    Tindakan tidak etis lainnya adalah berkomunikasi tanpa mempedulikan kepentingan publik, atau sebaliknya mencegah penerima mengetahui maksud sebenarnya di balik pesan. Tindakan ini termasuk hasutan, yaitu memanfaatkan ketakutan, ketidaktahuan, atau prasangka orang untuk keuntungan serta menggunakan nada menggurui atau merendahkan.

Menjadi seorang humas atau staf public relation memang memerlukan beberapa skills penting yang sudah disebutkan di atas. Walau terdengar cukup tricky, dengan latihan dan bantuan dari orang-orang yang lebih senior, bukan tidak mungkin jika kamu mampu menjadi staf humas yang handal. Yuk, belajar menerapkan beberapa prinsip etika profesi humas di atas supaya citra perusahaan atau organisasi tetap terjaga!