Usaha yang berkembang merupakan target utama bagi pengelola unit usaha. Perkembangan unit usaha menunjukkan kemampuan usaha tersebut untuk menghasilkan peningkatan penjualan dan kapasitas produksi. Jumlah penjualan dan kapasitas produksi merupakan bagian dari indikator pengukuran kinerja unit usaha. Wang (2008) memaparkan tiga indikator yang umum digunakan untuk mengukur kinerja unit usaha, yaitu: (1) jumlah penjualan, (2) kapasitas produksi, dan (3) kepuasan pemilik. Berdasarkan pemaparan di atas maka kita dapat menyimpulkan peningkatan kinerja unit usaha dapat menunjukkan bahwa suatu unit usaha memiliki perkembangan yang baik.

Peningkatan penjualan dan kapasitas produksi dapat tercapai apabila terdapat konsistensi dalam pengelolaan bisnis. Pemilik atau pengelola unit usaha perlu memastikan bahwa usaha yang mereka jalankan memiliki sistem yang handal sehingga mampu mencapai konsistensi dalam menghasilkan produk dan melayani konsumen. Manajemen kualitas merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dilakukan oleh pemilik atau pengeola unit usaha. Aktivitas pada manajemen kualitas meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan terhadap proses produksi, pengelolaan keuangan, hingga kegiatan pemasaran. Manajemen kualitas tidak hanya membantu pemilik atau pengelola unit usaha dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah dalam ketiga bidang manajemen tersebut, namun juga meningkatkan kualitas performa ketiganya dalam jangka pendek atau panjang.

Total Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas total merupakan istilah yang mendeskripsikan upaya perusahaan dalam menghasilkan kinerja operasional yang berorientasi pada konsumen dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang dikelola dengan efektif dan efisien. TQM menjelaskan bahwa untuk mencapai kepuasan konsumen, perlu adanya integritas dari seluruh bagian yang ada di dalam perusahaan dalam menghasilkan kualitas terbaik dalam rangka memuaskan konsumen. Terdapat tujuh konsep yang dapat membantu pencapaian TQM oleh perusahaan, antara lain: (1) continous improvement; (2) six sigma; (3) employee empowerment; (4) benchmarking; (5) just in time; (6) taguchi; dan (7) knowledge of TQM tools (Heizer, Render, dan Munson, 2014).

Aplikasi satu atau lebih dari ketujuh konsep yang disebutkan di atas dapat dilakukan oleh pemilik atau pengelola unit usaha dalam rangka mencapai TQM pada proses pengelolaan unit usaha, namun perlu diperhatikan pada konsep ketujuh perusahaan juga harus memahami alat-alat yang dapat digunakan dalam mengaplikasikan enam konsep TQM lainnya. Alat-alat dalam aplikasi TQM yang dapat digunakan oleh pemilik atau pengelola unit usaha antara lain: (1) check sheet; (2) scatter diagram; (3) cause and effect diagram; (4) pareto charts; (5) flow charts; (6) histogram; dan (7) statistical process control. Tujuh alat ini dapat digunakan secara individu atau bersamaan sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan unit usaha.

Aplikasi penggunaan alat-alat TQM yang baik mampu membantu pemilik atau pengelola unit usaha untuk mewujudkan TQM pada unit usahanya. Pencapaian TQM menunjukkan bahwa unit usaha mampu menjaga dan meningkatkan kualitas dalam proses produksi, pengelolaan keuangan, hingga pelayanan konsumen. Terakhir, peningkatan kualitas juga diharapkan berbanding lurus dengan kinerja dan pengembangan unit usaha yang tercermin dari peningkatan jumlah penjualan, kapasitas produksi, hingga kepuasan pemilik.

REFERENSI

Heizer, J., Render, B., & Munson, C. (2014). Operations Management-Sustainability and supply chain management (11. utg.). Essex: Pearson.

Wang, C. L. (2008) Entrepreneurial orientation, learning orientation, and firm performance. Entrepreneurship Theory and Practice, 32(4): 635-656