(Image by Freepik)

​​Istilah “job-hopping” bermula pada tahun 1990-an saat generasi baby boomer mulai mengambil kendali lebih besar atas jalur karier mereka. Istilah ini dengan cepat menjadi kata kunci yang negatif, dan orang-orang yang berpindah-pindah pekerjaan sering kali diabaikan karena tidak tampak berdedikasi pada pekerjaan mereka seperti mereka yang telah lama bekerja di satu tempat.

Kita kini menyaksikan pergeseran dalam dunia kerja, dengan Gen X dan Gen Z mengambil alih kendali. Generasi-generasi ini, dengan perspektif unik mereka tentang stabilitas karier, merangkul perpindahan pekerjaan sebagai sarana pemberdayaan. Meningkatnya ekonomi serabutan dan peluang kerja jarak jauh telah semakin menjadi hal yang normal dan membuat perpindahan pekerjaan lebih dapat diterima di pasar kerja saat ini.

Beberapa orang berpendapat bahwa perubahan pekerjaan yang terus-menerus dapat menghambat kemajuan karier seseorang. Yang lain melihat manfaat dari berpindah pekerjaan dan merasa hal itu dapat memberikan pengalaman dan keterampilan baru yang mengarah pada peluang yang lebih baik dan lebih permanen di masa depan.

Job hopping mengacu pada praktik berganti pekerjaan secara berkala, biasanya dalam kurun waktu dua tahun atau kurang. Tren ini semakin meningkat, khususnya di kalangan karyawan milenial dan Gen Z, yang lebih mengutamakan pertumbuhan dan kepuasan pribadi daripada masa kerja jangka panjang.

Menurut artikel Forbes baru-baru ini, “Lebih dari 22% pekerja berusia 20 tahun ke atas menghabiskan waktu satu tahun atau kurang di pekerjaan mereka pada tahun 2022. Itu adalah persentase tertinggi dengan masa kerja sesingkat itu sejak tahun 2006, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Employee Benefit Research Institute.”

(Image by macrovector on Freepik)

Pendorong Utama Perpindahan Pekerjaan

A. Kemajuan karir

Salah satu motivasi utama untuk berpindah pekerjaan adalah mengejar kemajuan karier. Karyawan sering kali merasa bahwa bertahan dengan satu pemberi kerja membatasi peluang promosi dan pengembangan profesional mereka. Dengan berganti pekerjaan, mereka dapat memperoleh keterampilan baru, mengambil lebih banyak tanggung jawab, dan menaiki jenjang karier lebih cepat.

B. Tekanan Inflasi

Faktor lain yang menyebabkan orang pindah kerja adalah meningkatnya inflasi dan biaya hidup. Karena gaji tidak dapat mengimbangi peningkatan biaya hidup, karyawan mungkin merasa perlu pindah kerja untuk mendapatkan peluang gaji yang lebih baik.

C. Pergeseran budaya

Meningkatnya pola pikir yang lebih berjiwa wirausaha di kalangan generasi muda juga berperan penting dalam meningkatnya keinginan untuk pindah kerja. Banyak yang lebih suka memiliki kendali lebih besar atas pekerjaan mereka dan mencari peluang untuk bekerja mandiri atau bekerja lepas.

D. Kompensasi dan Tunjangan yang Lebih Baik

Kompensasi dan paket tunjangan yang kompetitif merupakan faktor penting yang memengaruhi perpindahan pekerjaan. Karyawan cenderung berpindah pekerjaan jika mereka yakin dapat memperoleh gaji yang lebih tinggi, tunjangan kesehatan yang lebih baik, atau rencana pensiun yang lebih menarik. Perusahaan yang gagal menawarkan paket yang kompetitif berisiko kehilangan bakat terbaik ke pesaing mereka.

E. Kepuasan Kerja dan Keseimbangan Kehidupan Kerja

Karyawan modern sangat menghargai kepuasan kerja dan keseimbangan kehidupan kerja. Pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas, lingkungan kerja yang positif, dan pekerjaan yang bermakna dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan secara signifikan. Karyawan lebih cenderung mencari peluang di tempat lain ketika elemen-elemen ini tidak ada.

F. Budaya Tempat Kerja

Budaya tempat kerja memainkan peran penting dalam retensi karyawan. Budaya kerja yang mendukung, inklusif, dan menarik dapat memotivasi karyawan untuk bertahan di suatu organisasi. Sebaliknya, lingkungan kerja yang beracun atau tidak produktif mendorong karyawan untuk mencari prospek yang lebih baik.

G. Keahlian yang Diperluas

Pergantian pekerjaan menawarkan individu kesempatan unik untuk tumbuh dan belajar. Ini memungkinkan mereka untuk mendiversifikasi keterampilan mereka dan mendapatkan pengalaman berharga di berbagai industri dan peran. Ini tidak hanya membuat mereka lebih laku tetapi juga menginspirasi pemberi kerja dan profesional SDM dengan potensi pengembangan dan peningkatan berkelanjutan. Jaringan yang Meningkat

Dampak dari Job Hopping

Bagi Karyawan

Job hopping dapat memiliki konsekuensi positif dan negatif bagi karyawan. Di sisi positif, hal ini memungkinkan individu untuk mempercepat pertumbuhan karier mereka, memperoleh berbagai pengalaman, dan meningkatkan kondisi keuangan mereka. Namun, calon pemberi kerja juga dapat memandang perubahan pekerjaan yang sering terjadi secara negatif, yang menimbulkan kekhawatiran tentang loyalitas dan stabilitas.

Bagi Pemberi Kerja

Pemberi kerja menghadapi tantangan yang signifikan karena perpindahan pekerjaan. Pergantian karyawan yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan biaya perekrutan dan pelatihan, hilangnya pengetahuan kelembagaan, dan terganggunya dinamika tim. Untuk mengurangi dampak ini, perusahaan mesti meningkatkan keterlibatan karyawan, menawarkan kompensasi yang kompetitif, dan menumbuhkan budaya kerja yang positif.

 

 

Reference:

https://oggitalent.com/is-job-hopping-still-a-thing-in-2024/

https://www.gallup.com/workplace/231587/millennials-job-hopping-generation.aspx