Apakah mungkin seseorang memang dilahirkan sebagai individu yang kreatif? Ataukah kreatifitas merupakan suatu kemampuan yang diperoleh individu yang mau berusaha untuk mengasah kreatifitas yang dimilikinya? Tidak terdapat jawaban atau argumen yang kuat untuk kedua pertanyaan tersebut, namun Kaufman dan Sternberg penulis Buku The Cambridge Handbook of Creativity menemukan model yang dapat kita gunakan untuk menggambarkan bagaimana seorang individu dapat menjadi individu yang kreatif.

Pada model creative personality yang diperkenalkan oleh Kaufman dan Sternberg, terlihat bahwa faktor genetik memiliki peran dalam menentukan kreatifitas individu. Kedua penulis sepakat bahwa peran genetik dapat menentukan bagaimana karakteristik struktur otak pada setiap individu, yang mana apabila dikembangkan dengan baik akan menentukan seberapa cepat individu tersebut dapat meningkatkan kreatifitas yang dimilikinya. Faktor genetik merupakan faktor yang diturunkan oleh orang tua individu. Sehingga, apabila Anda menemukan seorang individu yang lahir dari Ayah atau Ibu dengan kemampuan menggambar, memainkan instrumen musik, atau memasak maka kemungkinan besar individu tersebut secara alamiah memiliki kreatifitas di bidang-bidang tersebut karena adanya peran genetik yang diturunkan oleh orang tuanya.

Kaufman dan Sternberg kemudian melengkapi model yang dibentuknya dengan faktor-faktor yang kemudian dapat menentukan seberapa cepat atau baik seorang individu dapat meningkatkan kreatifitas yang dimilikinya. Faktor-faktor ini dapat bersifat mendukung atau menghambat seorang individu dalam menjadi individu yang kreatif. Terdapat empat faktor yang disampaikan oleh Kaufman dan Sternberg, yaitu: cognitive traits, social traits, motivational-affective traits, dan clinical traits. Tiga dari empat faktor, yaitu: cognitive traits, social traits, dan motivational-affective traits merupakan faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh individu yang ingin menjadi pribadi yang kreatif. Sementara itu, faktor keempat yaitu clinical traits merupakan faktor yang dipengaruhi oleh penggunaan obat, rekayasa genetik, dan lainnya yang berhubungan dengan aktivitas medis yang mana membutuhkan bimbingan dokter atau ahli psikiatri dalam rangka mengembangkan kreatifitas individu.

Cognitive traits merupakan faktor yang membentuk kepribadian kreatif berdasarkan sikap individu tersebut terhadap suatu ilmu pengetahuan. Individu yang terbuka dan mau belajar hal-hal baru yang belum pernah diketahui sebelumnya, memiliki kemungkinan untuk menjadi individu yang kreatif dibandingkan dengan individu yang kurang terbuka akan ilmu pengetahuan baru. Social traits merupakan faktor yang membentuk kepribadian kreatif berdasarkan sikap sosial yang dimiliki oleh individu tersebut. Individu yang berani menempatkan diri di lingkungan sosial yang terbuka akan ide atau pendapat untuk pengembangan diri sendiri serta kelompok, akan lebih mudah menjadi individu dengan kepribadian yang kreatif dibandingkan dengan yang tidak. Terakhir, motivational-affective traits merupakan faktor yang membentuk kepribadian kreatif berdasarkan sikap individu terhadap orang-orang di sekitarnya. Individu dapat lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang kreatif ketika ingin membahagiakan orang yang dianggapnya penting, atau karena dorongan dan motivasi dari orang-orang yang disayangi oleh individu tersebut.

References

Kaufman, J. C., & Sternberg, R. J. (Eds.). (2010). The Cambridge handbook of creativity. Cambridge University Press.