Apa Itu Green Design? Tujuan, Prinsip, dan Contohnya

Di saat perkembangan teknologi yang semakin maju, pola pikir manusia mengenai lingkungan dan diri sendiri pun semakin berkembang. Krisis lingkungan global, pertumbuhan ekonomi yang drastis namun timpang, meledaknya populasi dunia, meningkatnya jumlah limbah dan sampah yang mencemari lingkungan, serta berkurangnya sumber daya alam menyebabkan manusia mau tidak mau harus memikirkan ulang dampak dari berbagai aktivitasnya.
Manusia mulai menyadari dampak negatif dari perkembangan teknologi dan peradaban yang banyak mengeksploitasi alam tanpa memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan. Pada akhirnya, alam tidak lagi mampu menyeimbangkan diri, sehingga terjadi anomali pada cuaca, peningkatan suhu global, serta punahnya berbagai keanekaragaman hayati yang dimiliki Bumi.
Apa Itu Green Design?
Green design adalah konsep perancangan yang berfokus pada upaya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, baik dalam proses produksi, penggunaan, maupun pembuangan produk. Dalam bidang arsitektur dan desain, green design menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam.
Menurut World Green Building Council, green design tidak hanya tentang menciptakan bangunan hemat energi, tetapi juga bagaimana proses perancangannya mampu mengurangi emisi karbon, menggunakan material berkelanjutan, dan menciptakan ruang hidup yang sehat bagi penghuninya.
Tujuan Green Design
Tujuan utama dari penerapan green design adalah untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan mendukung keseimbangan ekosistem. Secara umum, konsep ini memiliki beberapa sasaran utama, yaitu:
1. Mengurangi Dampak Negatif Limbah Produk
Produk dan bangunan yang dirancang dengan konsep green design diharapkan dapat mengurangi limbah yang sulit terurai dan menekan jumlah sampah dari proses produksinya.
2. Memaksimalkan Sumber Energi Terbarukan
Penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air menjadi prioritas agar emisi karbon berkurang dan pemanasan global dapat diminimalisir.
3. Meminimalisir Penggunaan Bahan Berbahaya
Desainer didorong untuk memilih material yang ramah lingkungan, tidak beracun, dan memiliki daur hidup panjang (life cycle).
Prinsip-Prinsip Green Design
Agar konsep ini dapat diterapkan secara efektif, terdapat beberapa prinsip utama dalam green design:
1. Efisiensi Energi
Desain harus memaksimalkan cahaya alami, sirkulasi udara, dan meminimalkan penggunaan energi listrik. Contohnya, penggunaan smart lighting system atau solar panel pada bangunan.
2. Pemilihan Material Ramah Lingkungan
Material yang digunakan sebaiknya berasal dari sumber terbarukan, mudah didaur ulang, dan tidak menimbulkan polusi. Contohnya, bambu, kayu bersertifikat, atau cat dengan kadar volatile organic compounds (VOC) rendah.
3. Pengelolaan Limbah dan Air
Konsep green design juga mencakup sistem daur ulang air, penggunaan rainwater harvesting, serta pengelolaan limbah organik dan anorganik yang efisien.
4. Desain Berorientasi Kesehatan Pengguna
Selain memikirkan lingkungan, green design juga memperhatikan kualitas udara, pencahayaan, dan kenyamanan termal agar pengguna dapat hidup lebih sehat dan produktif.
Sub-Konsep Green Design di Dunia Arsitektur dan Desain
Di beberapa negara, terminologi green design telah berkembang menjadi berbagai sub-konsep yang lebih spesifik, di antaranya:
1. Eco-Design
Fokus pada penggunaan material dan proses produksi yang ramah lingkungan dengan memperhatikan siklus hidup produk dari awal hingga akhir.
2. Environmental Design
Menitikberatkan pada interaksi antara manusia dan lingkungan sekitar. Dalam arsitektur, hal ini berarti bagaimana bangunan dapat beradaptasi dengan kondisi alam tanpa merusaknya.
3. Sustainable Design
Konsep yang berorientasi pada keberlanjutan dengan tiga pilar utama: People (manusia), Planet (lingkungan), dan Profit (keuntungan). Filosofi ini tidak hanya berlaku untuk arsitektur, tetapi juga diterapkan dalam perencanaan kota, desain produk, desain grafis, hingga industri mode.
Contoh Penerapan Green Design
Penerapan green design dapat ditemukan di berbagai bidang, baik dalam skala kecil maupun besar:
1. Skala Mikro (Desain Produk)
Misalnya penggunaan kemasan biodegradable pada produk makanan atau upcycled furniture yang dibuat dari material bekas.
2. Skala Makro (Bangunan dan Kota)
Contohnya adalah bangunan green building yang menggunakan sistem ventilasi alami, panel surya, serta taman vertikal untuk menjaga kualitas udara dan suhu ruangan.
Beberapa proyek arsitektur terkenal seperti The Edge di Amsterdam dan Bosco Verticale di Milan adalah contoh nyata penerapan green design yang berhasil menggabungkan estetika, efisiensi energi, dan kelestarian lingkungan.
Baca juga: Pengaplikasian Green Design Secara Sederhana bagi Rumah Tinggal
Manfaat Green Design bagi Kehidupan dan Lingkungan
Penerapan green design memberikan banyak manfaat, baik secara ekologis, ekonomi, maupun sosial:
- Mengurangi emisi karbon dan polusi udara.
- Menghemat energi dan air.
- Meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan.
- Mengurangi biaya operasional jangka panjang.
- Mendorong kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, green design bukan sekadar tren, tetapi sebuah kebutuhan yang penting untuk menjawab tantangan krisis iklim dan keberlanjutan di masa depan.
Ingin Jadi Desainer Ramah Lingkungan? Yuk, Kuliah di Interior Design BINUS @Malang!
Konsep green design merupakan jawaban dari permasalahan lingkungan yang dihadapi manusia modern. Dengan memadukan teknologi, estetika, dan tanggung jawab terhadap alam, green design menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan bumi.
Di jurusan Interior Design BINUS @Malang, Anda tidak hanya belajar tentang estetika ruang, tetapi juga bagaimana menerapkan konsep green design dalam setiap karya. Dapatkan pengalaman belajar dengan pendekatan berkelanjutan yang relevan dengan tren industri kreatif masa kini. Jadilah desainer yang mampu menciptakan ruang hidup yang indah, fungsional, dan ramah lingkungan!
Comments :