Mengenal Fenomena Echo Chamber di Media Sosial
Media sosial adalah salah satu hasil perkembangan teknologi digital yang telah banyak merubah cara manusia dalam berkomunikasi, mendapatkan berita hingga berhubungan dengan lingkungan sekitar. Algoritma berperan mengatur konten yang sering muncul di feeds merupakan konten-konten yang hanya memiliki resonansi dengan apa yang dipercayai saat ini dan membuat tampilan lain menjadi tersingkirkan. Hal ini disebutkan dengan fenomena echo chamber di media sosial.
Mengenal Apa Itu Echo Chamber?
Era digital membuat semakin banyaknya jenis media sosial yang bermunculan. Mulai dari Facebook, Instagram, Tiktok dan sebagainya. Hal ini membuat pengguna mendapatkan informasi dari berbagai sumber dengan beragam perspektif. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengetahuan dan keterbukaan supaya bisa beradaptasi di media sosial agar tidak kesulitan saat menerima perspektif lain.
Echo chamber atau ruang gema sendiri adalah suatu fenomena, dimana orang-orang hanya mau menerima informasi yang bisa menguatkan pendapat atau perspektif mereka sendiri. Tidak jika kemudian echo chamber bisa menciptakan informasi yang tidak benar (hoax).
Echo chamber dapat menimbulkan distorsi terkait perspektif orang-orang, sehingga mereka menjadi sulit melihat dan mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Orang-orang seperti ini biasanya sulit diajak diskusi tentang sesuatu yang rumit atau yang bertentangan dengan pandangan dan pendapatnya.
Echo chamber sebenarnya sudah sering terjadi. Yaitu ketika informasi dipertukarkan baik itu secara daring seperti di media sosial maupun di kehidupan nyata. Namun media sosial membuat echo chamber cenderung massive. Pasalnya orang lebih mudah dan lebih cepat menemukan orang-orang dengan perspektif yang sama dengan dirinya di media sosial. Hal ini bisa memunculkan fenomena echo chamber yang bisa membahayakan.
Bagaimana bisa? Fitur algoritma dalam media sosial hanya melacak apa yang diminati dan disukai pengguna tanpa memperhatikan aspek lainnya. Hal ini membuat pengguna kesulitan mendapatkan konten lain yang memberikan mereka perspektif baru sehingga mereka terjebak dengan informasi yang serupa.
Cara Mengetahui dan Menghindari Echo Chamber
Orang-orang yang terkena fenomena echo chamber sulit dikenali. Jika kamu ingin mengetahui, apakah kamu termasuk di dalamnya atau tidak, cobalah tanyakan beberapa pertanyaan kepada diri sendiri. Apabila nanti kamu lebih banyak menjawab, ‘iya’, artinya kamu termasuk salah satu orang yang terkena efek ini:
- Apakah kamu hanya mencari dan melihat informasi yang sesuai dengan kepercayaan satu sisi saja?
- Apakah kamu mengesampingkan informasi yang sifatnya oposisi?
- Apakah kamu hanya fokus pada masalah/isu/kelompok dengan pandangan yang sejalan?
- Apakah kamu bersifat defensif terhadap perspektif dan pendapat sendiri?
Saat kamu menjumpai lingkungan echo chamber, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar terhindar dampak negatifnya.
- Cobalah berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki perspektif berbeda dan diskusikan beberapa hal baru.
- Periksa beberapa sumber berita baru untuk mendapat informasi yang lebih objektif dan lengkap.
- Jangan tertutup dengan isu-isu maupun perspektif baru yang terjadi di lingkungan sekitar. Sebab bukan berarti saat perspektif kamu berbeda dengan orang lain, lantas kamu menganggap opini orang tersebut salah sepenuhnya.
Cara Echo Chamber Memperkuat Opini di Media Sosial
Algoritma merupakan salah satu penyebab seseorang semakin terjebak dalam echo chamber. Algoritma ini semakin membuat mereka yakin dengan perspektifnya dan sulit menerima perspektif lain. Algoritma juga memprioritaskan informasi dari orang-orang yang masih dalam lingkungan pertemanan penggunanya dengan mengabaikan informasi lainnya. Hal ini bisa menyebabkan berbagai dampak seperti:
- Profil identitas pengguna media sosial cenderung sama, baik itu jenis kelamin, usia, hobi hingga pendidikan.
- Pengguna hanya mendapat informasi yang homogen, yaitu preferensi informasi yang seseorang atau teman-teman suka.
Dua kondisi di atas bisa memicu echo chamber yang bisa memberi efek berupa kemunculan informasi sejenis yang relevan. Kondisi seperti ini memudahkan pengguna mencari informasi lain yang bisa mendukung opininya hingga pada akhirnya akan menimbulkan pergerakan ekstrim.
Contoh Echo Chambers
Untuk memudahkan kamu memahaminya, berikut contoh echo chamber sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan.
Sebutlah namanya Andi, dia sangat gemar berolahraga voli, sehingga membuatnya sering dan terus menonton berbagai pertandingan voli di media sosial melalui smartphone. Lambat laun, feeds yang muncul di media sosialnya hanya menampilkan pertandingan voli, meskipun saat Andi tidak sedang mencarinya. Hal ini menimbulkan perspektif Andi untuk melambungkan olahraga voli saat ini. Padahal, kenyataannya hal ini tidak sepenuhnya benar.
Media sosial Andi terus menerus menampilkan tayangan olahraga voli karena algoritma mencatat apa saja yang sering dilihat oleh Andi sebelumnya.
Bahaya Echo Chambers
Echo chamber sangat berbahaya, terlebih jika membuat seseorang meyakini informasi yang salah. Berikut beberapa bahaya echo chamber yang mungkin beberapa pernah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
1. Tersebarnya Berita Hoax
Saat seseorang hanya mau melihat dan mendengarkan informasi berdasarkan kepercayaan mereka saja, maka informasi salah bisa cepat tersebar meskipun kebenarannya belum ada konfirmasi secara jelas. Contohnya, kebohongan tentang politik yang sedang hangat dibicarakan dan gerakan anti vaksinasi yang marak menggema saat pandemi covid-19.
2. Radikalisme, Ekstrimisme, dan Rasisme
Pada beberapa situasi, echo chamber membuat cara berpikir pengguna yang ekstrim menjadi normal. Hal ini dapat membuat mereka lebih percaya pada pemikiran yang radikal. Contohnya stereotip terhadap agama, suku dan ras.
Cara Mengatasi Echo Chambers
Untuk mengatasi fenomena echo chamber di media sosial, kamu bisa memulainya dengan meningkatkan literasi media dan cobalah berpikir kritis. Hal ini bisa membuatmu lebih berhati-hati saat menerima informasi dan memastikan sumbernya.
Kamu juga perlu memiliki pemikiran yang terbuka dan sering mengadakan diskusi dengan mereka yang berbeda perspektif. Hal ini mampu mengurangi informasi yang bias. Kamu juga perlu menggunakan fitur Digital Wel-lbeing untuk mengurangi penggunaan teknologi digital. Selengkapnya tentang Apa itu Digital Well Being dan Cara Penggunaanya di Android.
Comments :