Emotional Design: Pengertian, Level dan Pengaplikasianya
Emotional Design, apakah itu? Jika kamu pernah terpancing clickbait di internet, artinya kamu telah berhadapan dengan sebuah produk yang dipoles dengan emotional design. Metode ini sering digunakan untuk memancing emosi audience agar melakukan interaksi atau tindakan. Namun tak perlu khawatir karena emotional design bisa diterapkan dengan cara yang terbilang positif.
Apa Itu Emotional Design?
Emotional design merupakan suatu cara atau konsep untuk membuat sebuah desain mampu mempengaruhi emosi seseorang. Tak hanya itu, sebuah desain juga harus mampu meningkatkan user experience yang sifatnya positif. Penerapan dari konsep ini ditujukan untuk meraih behavioral, visceral dan reflective agar audience mampu mengembangkan asosiasi positif dan negatif yang berkaitan dengan merek atau produk.
Pada dasarnya, manusia memiliki hubungan emosional dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu suatu desain juga akan mempengaruhi mereka. Desain yang cantik akan berdampak pada timbulnya emosi positif, juga sebaliknya.
Berikut Adalah level kognitif dalam emotional design
Dalam emotional design, ada tiga level kognitif yang harus diketahui. Berikut ulasannya:
1. Emosi visceral
Emosi ini ditujukan agar seseorang bisa merasakan emosi jatuh cinta pada pandangan pertama ketika pertama kali melihat sebuah produk. Oleh sebab itu, tahapan ini fokus pada pemberian kesan pertama yang baik. Misalnya dengan membuat micro interaction dengan pengguna.
Jadi kunci utamanya terletak pada bagaimana tampilan awal saat kamu mengenalkan produk pada pengguna baru.
2. Emosi behavioral
Tahapan selanjutnya adalah emosi behavioral. Emosi ini akan muncul setelah pengguna menggunakan produk yang kamu tawarkan. Untuk membantumu mencapai tahapan ini, kamu bisa menggunakan maskot. Misalnya Tokopedia yang menggunakan burung hantu sebagai maskotnya. Maskot burung hantu ini menandakan bahwa Tokopedia ingin menjadi sebuah marketplace yang bijaksana, tidak memihak dan cerdas.
3. Emosi reflective
Ini adalah tahapan terakhir dari emotional design. Seorang pengguna yang mencapai tahapan ini telah benar-benar sadar atas dampak yang mereka rasakan setelah menggunakan produk yang kamu tawarkan. Misalnya setelah membaca sebuah post, pengguna akan berhenti dan memikirkan reaksi apa yang tepat diberikan untuk post tersebut. Di laman digital juga sudah banyak disediakan fitur yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai emosi reflective yaitu fitur love, like, insightful, curious, atau celebrate.
Bagaimana Mengaplikasikan Emotional Design
Mengaplikasikan emotional design tentu membutuhkan desain fungsional yang bagus. Selain itu seorang desainer juga harus memahami penggunanya. Agar emotional design bisa diaplikasikan dengan baik, kamu bisa ikuti langkah-langkah dibawah ini:
1. Berikan ciri khas
Untuk memaksimalkan penggunaan emotional design, berikanlah kepribadian yang khas dari produk yang kamu tawarkan. Hal ini ditujukan agar pengguna bisa mengenali produk lebih cepat. Misalnya dengan memberikannya maskot yang digunakan cocok dengan brand atau produk milikmu.
2. Desain yang Relate
Buatlah desain yang relate dengan pengalaman pengguna. Misalnya dengan menggunakan personal touches dalam sebuah percakapan.
3. Penggunaan Warna yang Tepat
Warna juga mampu mempengaruhi emosi seseorang, oleh sebab itu gunakanlah warna atau kontras yang tepat. Misalnya jika produk kamu berhubungan dengan lingkungan, kamu bisa menggunakan warna hijau. Atau jika produk kamu berkaitan dengan kepercayaan seperti bank, kamu bisa menggunakan warna biru.
4. Buatlah Copy dengan Tone yang Pas
Cara tersebut mampu mengakomodir dan memunculkan emosi. Namun perlu diingat, gunakanlah kalimat, jenis dan gaya huruf yang sesuai dengan image yang akan ditampilkan.
5. Lakukan Kustomisasi Microcopy
Microcopy merupakan informasi singkat yang terdapat dalam aplikasi, produk atau laman website. Kustomisasi ini ditujukan agar pengguna relate dengan copy yang telah dibuat sebelumnya.
6. Gunakan Video dan Suara
Agar proses penyampaian pesan bisa lebih maksimal, gunakanlah suara dan video untuk mendukungnya. Namun pastikan memilih karakter yang cocok dengan produk yang hendak kamu tawarkan.
7. Personalisasi Pengalaman Pengguna
Setiap orang mungkin saja memiliki pengalaman yang berbeda. Oleh sebab itu berikanlah saran terkait dengan apa yang mereka suka berdasarkan dari informasi yang mereka berikan.
8. Tawarkan Harga dan Kejutan
Jangan lupa memberikan penawaran harga yang menarik dengan kejutan khusus bagi para pengguna.
9. Manfaatkan Storytelling
Gunakan teknik bercerita untuk membangun kedekatan emosional dengan pengguna.
10. Pertahankan Attention to Detail
Setelah semua cara di atas dilakukan, terakhir kamu harus mempertahankan attention to detail. Kamu bisa menggunakan bahasa yang terkesan humoris namun tetap sopan untuk meredam emosi pengguna ketika mereka berhadapan dengan masalah.
Perlu diingat, emotional design harus dibuat dengan mempertimbangkan pengalaman pengguna. Karena emosi sekecil apapun mampu membuat impresi yang salah dari keseluruhan desain.
Seberapa Penting Emotional Design?
Dari ulasan di atas, tentu kamu akan bertanya, “Seberapa penting emotional design? Apakah emotional design bisa membuat kita mengabaikan aspek reliability atau usability produk? ” Jawabannya tentu saja tidak.
Dalam sebuah piramida yang dibuat oleh AArron Walter, emotional design menempati posisi teratas. Artinya ini adalah prioritas terakhir yang mana sebelumnya ada hal lain yang harus dipikirkan yaitu functionality, reliability dan usability.
- Functionality berkaitan tentang bagaimana produk tersebut bisa menyelesaikan masalah pengguna
- Reliability berkaitan dengan bagaimana produk bisa bekerja dengan baik
- Usability berkaitan dengan bagaimana sebuah produk bisa digunakan dengan efektif dan efisien.
Penerapan emotional design dengan mengabaikan ketiga hal diatas jelas akan sia-sia. Meski begitu, emotional design tidak boleh diabaikan karena kemampuannya dalam meningkatkan pengalaman pengguna.
Bagi kamu yang tertarik mempelajari semua hal terkait dengan dan teknologi seperti diatas, kamu bisa mengambil jurusan Interactive Design and Technology. Jurusan Interactive Design and Technology bisa kamu temukan di BINUS @Malang. Jurusan ini merupakan salah satu jurusan double degree di BINUS. Artinya kamu bisa lulus kuliah dengan dua gelar yaitu S.Ds (Sarjana Desain) dan S.Kom (Sarjana Komputer).
Ingin tahu informasi lebih lengkap berkaitan dengan jurusan Interactive Design and Technology? Yuk klik link berikut, S1 Interactive Design and Technology BINUS Malang
Comments :