Proses penguasaan bahasa yang natural dilakukan dengan cara anak mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang dewasa, biasanya orang tua berperan banyak dalam masa pemerolehan bahasa ibu. Pemerolehan bahasa ibu tergantung lingkungan anak. Proses pemerolehan bahasa anak didapatkan secara alamiah untuk pengembangan kompetensi linguistik. Kompetensi linguistik tampak dalam performansi berbahasa. Apabila seorang anak dapat menggunakan bahasanya untuk komunikasi, baik aktif maupun pasif, berarti ia telah memiliki kompetensi komunikatif. Bahasa yang di tuturkan anak biasanya sulit untuk dipahami oleh orang yang lebih tua sebagai mitra tuturnya, karena pada tahap ini merupakan tahap awal dalam pemerolehan bahasa dan sebagai tahap peralihan dalam berbicara. Sehingga mitratutur dalam hal ini orang tua seringkali salah tafsir terkait dengan tutran si anak tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah struktur bahasa, penguasaan leksikon, dan pelafalan fonemnya pun juga masih kacau.  

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan bahasa anak. Pada tahap balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat mendidik. Pendidikan bahasa dalam rangka pemerolehan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik bagi si anak. Pemerolehan bahasa pertama pada anak sangat bergantung dengan kondisi fisik anak dan kondisi lingkungan tempat anak tinggal. 

Bahasa pertama yang dikuasai anak disebut dengan bahasa ibu. Bahasa ibu sangat berbeda dengan bahasa yang dituturkan orang dewasa pada anak atau biasa disebut bahasa sang ibu, dan tidak selalu bahasa ibu itu merupakan bahasa sang ibu. Kemampuan anak dalam menggali bahasanya tidak lepas dari komperehensi dan produksi bahasa. Produksi dan komprehensi merupakan dua tingkat kemampuan bahasa yang saling berkaitan. Komprehensi lebih dahulu muncul sebelum produksi. Pada usia 9-18 bulan (tahun pertama) masih belum sepenuhnya dapat memproduksi bahasa dengan baik. Pada tahapan tersebut, anak mudah sekali dalam mengingat kosa kata yang sederhana. Hal yang paling awal pada tahap usia ini adalah produksi fonem. Pemberian penekanan/stressing pada kata memudahkan seorang balita untuk mengingat sebuah kata. Selain pemberian stressing, bunyi bilabial pada stressing semakin memperkuat ingatan si anak, seperti bunyi ma, pa, mam, mik, buk dan seterusnya. Hal ini biasa disebut sebagai tahapan one-word utterances, yaitu tahap ujaran satu kata. Jika hal seperti ini terjadi pada anak, maka sebenarnya wajar.  

Pada tahap usia selanjutnya, yaitu tahun kedua, ketiga, dan seterusnya seorang anak menuju tahap two-word utterances, tahap telegrafis, dan tahap multikata lanjut dikarenakan perkembangan fisik dan psikologis yang semakin baik. Di Indonesia seringkali produksi bahasa anak dibarengi dengan mitos antara bisa jalan terlebih dahulu atau berbicara terlebih dahulu atau mitos lain seperti anak laki-laki akan lebih cepat berbicara daripada anak perempuan. Hal ini tentu harus melalui tahap penelitian lebih lanjut untuk memastikan mitos tersebut.