Istilah sustainable design saat ini menjadi istilah yang tak asing lagi dalam dunia desain. Para desainer saat ini dituntut untuk menciptakan karya yang sustain (berkelanjutan). Konsep serta penerapannya memperhatikan faktor-faktor seperti sosial, ekonomi, dan ekologi. Terutama pada faktor ekologi yang terkait dengan lingkungan.

Kehadiran desain memiliki dampak terhadap lingkungannya. Dan hal itu dapat berdampak dengan lingkungan sosialnya. Demikian pula dengan lingkup sosial. Ia dapat berdampak pada lingkup ekonomi. Ketiga faktor ini saling berdampak satu sama lainnya. Hal ini yang kemudian menjadi fokus dari sustainable design. Sustainable design berupaya untuk meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan dari desain. Dan hal ini merupakan sebuah proses. Sehingga sustainable design pun perlu dipahami sebagai sebuah proses. Proses dimana desain memiliki komitmen yang konsisten untuk  diaplikasikan dan berorientasi pada lingkungan.

Meskipun istilah sustainable design baru gencar di dengar pada pertengahan milenium ini. Namun sesungguhnya konsep sustainable design sendiri telah disadari oleh segelintir desainer dan mulai disuarakan di tahun 1960’an. Salah satunya dilakukan oleh Victor Josef Papanek. Papanek merupakan seorang pelopor dalam bidang desain kelahiran Austria. Ia menggunakan pendekatan sosial dan ekologi dalam karya desainnya. Hal ini yang kemudian membuatnya menjadi seorang desainer berpengaruh di abad ke-20.

Pemikirannya ia tuangkan dalam buku berjudul “Design for The Real World: Human Ecology and Social Change” (1971). Buku ini menjadi buku terlaris yang membahas mengenai desain serta relasinya dengan aspek sosial dan lingkungan.

 

Kehidupan Victor J. Papanek

Papanek adalah seorang penyintas yang berhasil melarikan diri dari kekejaman Nazi di Austria ke Amerika Serikat pada tahun 1939. Di Amerika ia menjalani profesinya sebagai seorang desainer produk industri (industrial designer). Hingga tahun 1960’an ia mulai melakukan kritik terhadap konsumerisme. Kritik ini tentu saja muncul lewat pengalaman empiris yang ia alami dalam melihat perubahan sosial yang terjadi karena produksi massal dari produk-produk industri. Puncaknya adalah di tahun 1970’an, dimana konsumerisme menjadi topik utama terkait perubahan sosial dalam masyarakat. Lebih jauh lagi menurut Papanek profesi desainer produk industri bertanggung jawab terhadap timbulnya kondisi ini, dimana dirinya pun termasuk di dalamnya. Ia melihat profesi ini memiliki dampak negatif terhadap ekosistem dunia dan manusia yang ada di dalamnya. Pemikiran inilah yang tertuang dalam buku “Design For The Real World”, yang menjadi semacam “pengingat” bagi para desainer untuk peduli dengan kebutuhan sosial serta lingkungan masyarakat dunia lewat karya desain yang dihasilkan.

 

Perspektif Victor J. Papanek

Papanek mendefinisikan desain sebagai “… the conscious and intuitive effort to impose meaningful order…”. Maksud dari definisi ini adalah desain merupakan sebuah kesadaran yang lewat proses intelektualisasi dari serangkaian pemikiran, penelitian, dan analisis. Unsur intuisi dalam desain di definisikan sebagai proses atau kemampuan yang turut terlibat di dalam rangkaian proses tersebut. Namun intuisi lebih berperan untuk mempengaruhi proses desain itu sendiri dengan caranya yang khusus. Intuisi ini berperan saat desainer sedang berpikir maupun mencari ide.

Dalam bukunya Papanek menjelaskan bahwa terdapat 6 aspek dalam mengelola sebuah desain, yaitu:

  1. Metode. Metode terbagi atas dua yaitu episteme dan techneEpisteme merupakan pengetahuan yang melibatkan daya serap, imajinasi, serta abstraksi. Sementara itu techne merupakan keterampilan atau kemampuan teknis yang dimiliki oleh seseorang.
  2. Asosiasi. Asosiasi merupakan kemampuan seseorang dalam menghubungkan antara gagasan dengan panca indera lewat sebuah gambar, bagan, dan sebagainya.
  3. Estetika. Estetika merupakan ilmu mengenai keindahan yang hadir dari perpaduan unsur penciptaan sebuah karya desain.
  4. Kebutuhan. Kebutuhan berarti segala hal yang diperlukan untuk merealisasikan sebuah karya desain.
  5. Telesis. Telesis merupakan fungsi desain dalam hal mewadahi dimensi sosial dan budaya sesuai dengan tempat dimana desain tersebut dibutuhkan atau digunakan.
  6. Kegunaan. Kegunaan adalah perihal fungsi dari karya desain itu sendiri.

Dalam perspektif Papanek, ia secara konsisten menggunakan bahasa desain sebagai sebuah media yang berfungsi untuk memenuhi hajat hidup manusia, dimana di dalamnya ditinjau dari sudut pandang fungsi dan estetika. Desain dapat menjadi sebuah alat yang kuat bagi manusia untuk membentuk lingkungannya. Namun desain pun sebagai produk manufaktur dapat menjadi materi yang tidak aman. Ia pun menekankan bahwa desain yang tidak mampu beradaptasi adalah desain yang tidak berguna.

Source: © University of Applied Arts Vienna, Victor Papanek Foundation

Source: © University of Applied Arts Vienna, Victor J. Papanek Foundation