Y.B Mangunwijaya menghipnotis pembacanya melalui karyanya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Dari kisah yang dituliskannya, pembaca bisa belajar bahwa cinta tak harus memiliki. Hanya ketulusan yang mampu membuat cinta itu terus abadi. Bahkan, terus bersemai walaupun ada setitik sesak di dada. Di sisi lain, dikisahkan pula bahwa cinta yang diikat dalam sebuah pernikahan pun nyatanya belum tentu bahagia.  

Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Teto dan Larasati. Mereka saling mencintai, tetapi tak bisa memiliki. Namun, rasa cinta Teto kepada Larasati yang disimpan selama berpuluh-puluh tahun nyatanya masih sama. Hal itu menunjukkan bahwa Teto mencurahkan segala perasaannya kepada Larasati. Bahkan, Ketika Larasati sudah menikah pun, rasa Teto tak pernah lekang oleh waktu. Dia dengan berlapang dada membiarkan Larasati hidup bersama pria lain walaupun di sisi lain hatinya teriris.  

Kisah romantisme antara Teto dan Larasati dibumbui dengan atmosfer politik pada masa itu. Teto yang lebih memihak sekutu daripada bangsanya sendiri merasa malu saat mengetahui bahwa Belanda mundur dari Indonesia. Apalagi, dia juga mendapati Larasati sudah menikah dengan pria lain. Berbeda dengan Teto, Larasati malah berjuang membela bangsanya sendiri dan mengabdi di departemen luar negeri. Akhirnya, Teto memutuskan masuk Universitas Harvard untuk mengambil gelar doktor di jurusan Komputer. 

Teto hidup serba berkecukupan di Amerika dan mempunyai pekerjaan yang mentereng. Bahkan, ia menikahi seorang gadis bernama Barbara yang merupakan anak direktur perusahaan itu. Namun, hatinya bergejolak karena ingin pulang ke tanah air. Akhirnya, dia benar-benar kembali ke tanah air setelah bercerai dengan Barbara. Betapa terkejutnya dia melihat Indonesia yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain tanah kelahirannya, diam-diam dia juga rindu sosok gadis yang dicintainya, yaitu Larasati. 

Kedatangan Teto ke tanah air rupanya sampai ke telinga Larasati. Mendengar kabar itu, Larasati mengundang Teto dating ke rumahnya. Tidak sampai di situ, suami Larasati bisa mencium gelagat keduanya bahwa mereka memiliki kisah yang belum usai. Akan tetapi, suami Larasati ialah orang yang bijak. Dia tidak merasa cemburu sama sekali. Bahkan, suami Larasati menawarkan bantuan kepada Teto untuk mengungkap kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan tempat Teto bekerja.  

Tidak lama kemudian, musim haji tiba. Larasati dan suaminya melaksanakan haji pada musim itu. Nasib naas pun terjadi, pesawat mereka jatuh di Colombo. Keduanya ditemukan tewas dalam kecelakaan tersebut. Betapa hancur perasaan Teto mendengar kabar itu. Akhirnya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Larasati demi membalas kebaikan yang telah dilakukannya. Dia berjanji untuk menjaga dan mendidik anak mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan negara.