Virus Corona pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Kemudian virus ini terus menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia mengonfirmasi kasus pertama infeksi Covid-19 pada awal bulan Maret 2020. Sejak diumumkannya hal itu, sudah banyak upaya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk menanggulangi dampak dari pandemi ini. Tenaga medis sebagai garda terdepan di masa pandemi juga bekerja keras setiap harinya dikarenakan kasus postif yang bertambah setiap harinya. Penularan virus yang sangat cepat merupakan salah satu penyebab virus ini sangat cepat menyebar di tengah masyarakat. Hampir seluruh sektor terdampak dengan adanya pandemi ini. Tidak hanya sektor kesehatan saja, sektor ekonomi juga salah satu yang terdampak cukup serius akibat adanya pandemi ini. Hal ini sejalan dengan Saragih & Saragih (2020), menjelaskan bahwa dampak dari penyebaran virus corona (Covid-19) ini tentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, dan pangan. Pembatasan aktivitas yang diperintahkan oleh pemerintah berpengaruh pada aktivitas bisnis yang selanjutnya berimbas pada perekonomian di negara kita.

Dampak pada sektor ekonomi merupakan dampak yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam kesehariannya. Dampak ini terlihat dari aktivitas beragam usaha di badan-badan usaha swasta maupun milik negara. Salah satu paling yang diberitakan oleh media yaitu meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Terhambatnya aktivitas perekonomian secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan efisiensi untuk menekan kerugian, akibatnya banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan di berhentikan (PHK). Tingkat penyerapan tenaga kerja di masa pandemi tidak akan sebesar jumlah tenaga kerja yang terkena PHK. Selisih tenaga kerja yang tidak terserap ini, kemudian akan masuk ke dalam kelompok pengangguran. Dampak lainnya yaitu meningkatnya pengeluaran yang dirasakan oleh masyarakat di tengah pandemi. Menurut hasil survei Badan Pusat Statistik (2020) sebesar 56% responden mengalami peningkatan pengeluaran di masa pandemi, 17% mengalami penurunan,dan sisanya tetap selama pandemi ini. Dapat diambil kesimpulan bahwa lebih dari 50% masyarakat mengalami peningkatan pengeluaran di saat pandemi.

Dapat dilihat bahwa sebesar 36% responden hanya mengalami peningkatan pengeluaran sebesar 1% hingga 25% saja. Lalu sebesar 44% mengalami peningkatan pengeluaran sebesar 26% hingga 50% dibandingkan sebelum wabah pandemi. Hanya 9% dari responden saja yang mengalami peningkatan pengeluaran sebesar 51% hingga 75%. Dan yang terakhir sebesar 11% responden mengalami penigkatan pengeluaran hingga 76% bahkan hingga 100%. Dapat diambil kesimpulan bahwa 20% responden mengalami peningkatan pengeluaran lebih dari 50% dibandingkan sebelum adanya pandemi Covid-19.

Adanya perintah pembatasan jarak oleh pemerintah (social distancing), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah, dan kebijakah untuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH) membuat masyarakat melakukan segala aktivitasnya di rumah saja. Mulai dari kegiatan bekerja, sekolah, bahkan berbelanja sekalipun dapat dilakukan di rumah saja. Sekalipun hanya berada di rumah, pengeluaran dapat meningkat.

Beberapa penyebab meningkatnya pengeluaran yaitu pengeluaran untuk bahan makanan. Hal ini diakibatkan karena selama di rumah masyarakat akan lebih sering memasak sendiri di rumah dibandingkan membeli makanan jadi seperti sebelum adanya pandemi. Penyebab kedua yaitu pengeluaran di bidang kesehatan. Selama pandemi ini masyarakat dituntut untuk memiliki daya tahan yang kuat agar tidak terkena virus Covid-19. Obat-obatan, vitamin, masker, handsanitizer, dan beberapa barang kesehatan lainnya merupakan keharusan yang dimiliki di masa pandemi. Maka dari itu pengeluaran untuk bidang kesehatan meningkat dibandingkan sebelum adanya pandemi. Penyebab berikutnya yaitu pengeluaran konsumsi listrik. Penggunaan listrik dilakukan untuk kegiatan seperti sekolah dan bekerja. Di waktu luang jika biasanya masyarakat dapat berlibur ke tempat wisata atau mencari hiburan di tempat umum, saat pandemi tidak dapat dilakukan. Salah satu pelarian di waktu luang untuk masyarakat yaitu tontonan di TV ataupun berselancar di dunia maya. Semua hal itu membutuhkan tambahan untuk penggunaan listrik dan paket data. Itu hanya sebagian alasan mengapa pengeluaran meningkat saat pandemic berlangsung. Perubahan gaya hidup di masa pandemi ini mempengaruhi pengeluaran. Agar dapat menekan pengeluaran, maka harus dilakukan penekanan pengeluaran oleh setiap rumah tangga agar pengeluaran tidak semakin melonjak di masa-masa sulit seperti ini.

 

Sumber :
Badan Pusat Statistik. (2020). Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Saragih, B. & Saragih, F.M. (2020). Hubungan Berbagai Faktor Dengan Kebiasaan Makan Pada Masa Pandemi COVID-19. https://www.researchgate.net/publication/ (diakses tanggal 20 Mei 2020).