Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan transaksi bisnis dan pelaporan keuangan. Proses tersebut mencerminkan siklus yang berkesinambungan dan tidak terputus. Akuntansi memiliki siklus yang berkaitan dengan aktivitas pencatatan transaksi bisnis dan pelaporan keuangan. Siklus tersebut merupakan suatu rangkaian atau urutan yang tidak bisa diubah – ubah posisinya. Hal tersebut disebabkan karena proses pencatatan akuntansi mengikuti kaidah atau aturan yang tertuang di dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).

Secara umum, siklus akuntansi dapat dijabarkan sebagai berikut (Weygand, 2015):

  1. Analisis Transaksi Bisnis

Tahap pertama dalam siklus akuntansi adalah melakukan analisis transaksi bisnis. Tahap ini merupakan tahap saringan awal. Mengapa tahap ini dikategorikan sebagai tahap saringan awal? Karena pada tahap ini kita memutuskan apakah transaksi tersebut tergolong transaksi bisnis yang perlu dicatat dalam jurnal akuntansi atau tidak. Cara untuk dapat membedakan apakah transaksi bisnis tersebut perlu dicatat ke dalam jurnal adalah dengan melihat pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi (harta = kewajiban + modal). Apabila transaksi bisnis tersebut memiliki pengaruh terhadap persamaan akuntansi, maka transaksi bisnis tersebut wajib dicatat di dalam jurnal akuntansi.

  1. Jurnal Umum

Setelah kita melakukan analisis transaksi bisnis, maka transaksi bisnis yang mempengaruhi persamaan akuntansi akan dicatat di dalam jurnal umum. Pada jurnal umum akan dicantumkan ayat jurnal yang sesuai dengan jenis transaksi di periode tersebut. Kaidah mengenai penempatan posisi debit dan kredit atau posisi saldo normal dari debet dan kredit perlu diperhatikan agar tidak ada kesalahan dalam mencatat ayat jurnal umum tersebut. Pencatatan jurnal umum menjadi salah satu dasar atau batu pijakan bagi proses pencatatan jurnal berikutnya.

  1. Posting ke Buku Besar

Setelah semua transaksi bisnis pada periode tertentu dicatat ke dalam jurnal umum, maka langkah selanjutnya adalah memindahkan ayat jurnal umum ke buku besar. Proses pemindahan ayat jurnal umum ke buku besar disebut dengan posting. Buku besar memuat akun – akun yang umumnya berbentuk “akun T” (T-Account) disertai dengan nomor akun masing – masing. Proses pemindahan tersebut perlu dilakukan agar di tiap akhir periode dapat diketahui saldo dari masing – masing akun. Sebagai contoh, melalui buku besar usaha bisnis dapat mengetahui jumlah saldo kas yang tercatat dalam akun kas di tiap akhir periode. Perlu diperhatikan bahwa setelah ayat jurnal umum dipindahkan ke buku besar, maka pada kolom “Ref” di jurnal umum perlu kita cantumkan nomor akun untuk mengindikasikan bahwa ayat jurnal umum tersebut sudah dipindahkan ke buku besar.

  1. Neraca Saldo

Setelah semua ayat jurnal umum di posting ke buku besar, maka saldo akhir di masing – masing akun akan dirangkum di dalam neraca saldo. Tiap saldo akhir dari akun – akun di buku besar akan diklasifikasikan apakah masuk kelompok debet atau kredit berdasarkan kaidah posisi saldo normalnya. Jumlah debet dan kredit pada neraca saldo haruslah sama. Hal itu menunjukkan validasi dari proses pencatatan di tahapan sebelumnya. Namun perlu diingat, jumlah debet dan kredit yang sama di neraca saldo tidak selalu menunjukkan bahwa hasil perhitungan yang telah dilakukan sudah benar. Bisa saja terjadi kekeliruan dalam proses pencatatan tetapi jumlah saldo debet dan kredit di neraca saldo tetap menghasilkan angka yang sama. Supaya dapat menghindari hal tersebut, maka pencatatan jurnal pada siklus akuntansi perlu dilakukan dengan teliti dan berdasarkan pada kaidah atau aturan yang terdapat dalam PSAK.

  1. Jurnal Penyesuaian & Posting ke Buku Besar

Proses pencatatan akuntansi memerlukan penyesuaian. Jurnal penyesuaian disusun di akhir periode. Penyusunan jurnal penyesuaian bertujuan untuk menyesuaikan perubahan saldo di suatu akun sehingga bisa diketahui jumlah saldo yang sesungguhnya di akhir periode (Priharto, 2020). Pencatatan pada jurnal penyesuaian merupakan sesuatu hal yang penting untuk menghindari bias dan kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu, penyusunan jurnal penyesuaian membantu usaha bisnis untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat tentang jumlah saldo akun yang riil pada akhir periode. Setelah jurnal penyesuaian disusun, maka ayat jurnal penyesuaian tetap harus dipindahkan atau diposting di buku besar. Hal itu dilakukan agar tiap akun di buku besar saldonya disesuaikan kembali dan menunjukkan saldo riil yang sebenarnya pada akhir periode.

  1. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Sebagai akibat dari aktivitas penyusunan jurnal penyesuaian, maka neraca saldo yang sebelumnya telah disusun di tahap 4 perlu juga untuk disesuaikan. Neraca saldo perlu disesuaikan agar saldo dari tiap akun mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Saldo akun yang disusun pada neraca saldo penyesuaian merupakan saldo akhir di buku besar yang telah disesuaikan nilainya. Selanjutnya perlu dipastikan juga bahwa jumlah debet dan kredit pada neraca saldo penyesuaian tetap menghasilkan nilai yang sama.

Bersambung ke bagian 2 …

Ajeng Mira Herdina, S.E., M.M.

Sumber:

Priharto, S. 2020. Mengenal Jurnal Penyesuaian, Fungsi, dan Contohnya Pada Bisnis. https://accurate.id/akuntansi/mengenal-jurnal-penyesuaian-dan-contohnya/. Diakses pada 1 Mei 2021.

Weygand, J.J. 2015. Financial Accounting: IFRS Edition. 03. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc. ISBN:9781118978085.