analytical

Sejarah dan Latar Belakang AHP

AHP pertama kali diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty, seorang profesor di University of Pittsburgh, sebagai alat untuk membantu pengambil keputusan dalam situasi yang melibatkan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Saaty menyadari bahwa dalam banyak kasus, pengambil keputusan tidak hanya berhadapan dengan satu kriteria tunggal, tetapi dengan berbagai kriteria yang sering kali bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu, ia mengembangkan AHP sebagai metode yang dapat mengurai masalah kompleks menjadi komponen-komponen yang lebih mudah dikelola.

Saaty menggabungkan konsep matematika dan psikologi dalam pengembangan AHP, dengan fokus pada bagaimana manusia membuat penilaian dan preferensi ketika berhadapan dengan berbagai alternatif. Sejak diperkenalkan, AHP telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang, termasuk manajemen proyek, pemilihan lokasi, evaluasi risiko, dan perencanaan strategis.

Definisi AHP

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis  (Syaifullah, 2010).

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:

  1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
  2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
  3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Penggunaan AHP bukan hanya untuk institusi pemerintahan atau swasta namun juga dapat diaplikasikan untuk keperluan individu terutama untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kebijakan atau perumusan strategi prioritas. AHP dapat diandalkan karena dalam AHP suatu prioritas disusun dari berbagai pilihan yang dapat berupa kriteria yang sebelumnya telah didekomposisi (struktur) terlebih dahulu, sehingga penetapan prioritas didasarkan pada suatu proses yang terstruktur (hirarki) dan masuk akal. Jadi pada intinya AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menyusun suatu hirarki kriteria, dinilai secara subjektif oleh pihak yang berkepentingan lalu menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas (kesimpulan).

Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub – sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki (Kusrini, 2007).

Prosedur AHP

Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut Saaty, yaitu: Decomposition, Comparative Judgement, dan Logical Concistency. Secara garis besar prosedur AHP meliputi tahapan sebagai berikut (Saaty, 1993).

  1. Dekomposisi masalah Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan (Goal) yang telah ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional. Dengan kata lain, suatu tujuan yang utuh, didekomposisi (dipecahkan) kedalam unsur penyusunnya.
  2. Penilaian/pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen Apabila proses dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun dengan baik. Selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan berpasangan (pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya.
  3. Penyusunan matriks dan Uji Konsistensi Apabila proses pembobotan atau pengisian kuisioner telah selesai, langkah selanjutnya adalah penyusunan matriks berpasangan untuk melakukan normalisasi bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen pada hirarkinya masingmasing. Pada tahapan ini analisis dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan program komputer seperti Expert Choice.
  4. Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki Untuk setiap kriteria dan alternatif,perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
  5. Sistesis dari prioritas Sistesis dari prioritas didapat dari hasil perkalian prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan yang ada pada level atasnya dan menambahkannya ke masing-masing elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau lebih dikenal dengan istilah prioritas global yang kemudian dapat digunakan untuk memberikan bobot prioritas lokal dari elemen yang ada pada level terendah dalam hirarki sesuai dengan kriterianya.
  6. Pengambilan/penetapan keputusan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana alternatifalternatif yang dibuat dipilih yang terbaik berdasarkan kriterianya.

Dasar-Dasar Konsep AHP

AHP didasarkan pada prinsip decomposisi, perbandingan berpasangan, dan sintesis prioritas. Metode ini memungkinkan pengambil keputusan untuk:

  1. Mengurai masalah kompleks menjadi hierarki yang terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif.
  2. Melakukan perbandingan berpasangan antara elemen-elemen dalam setiap tingkatan hierarki untuk menentukan tingkat kepentingan relatif mereka.
  3. Menggabungkan hasil perbandingan tersebut untuk menghitung prioritas akhir bagi setiap alternatif.

Langkah-Langkah dalam Proses AHP

AHP melibatkan beberapa langkah sistematis untuk menyelesaikan masalah pengambilan keputusan. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam proses AHP:

  1. Definisikan Masalah dan Tujuan: Tentukan masalah yang akan diselesaikan dan tetapkan tujuan utama dari pengambilan keputusan.
  2. Bangun Hierarki: Buat hierarki keputusan yang terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif.
  3. Lakukan Perbandingan Berpasangan: Bandingkan elemen-elemen dalam setiap tingkat hierarki secara berpasangan untuk menentukan kepentingan relatif mereka.
  4. Hitung Bobot Relatif: Gunakan hasil perbandingan berpasangan untuk menghitung bobot relatif atau prioritas untuk setiap elemen dalam hierarki.
  5. Gabungkan Prioritas: Sintesis prioritas untuk menghasilkan skor akhir bagi setiap alternatif.
  6. Analisis Konsistensi: Evaluasi konsistensi penilaian perbandingan berpasangan. AHP memungkinkan pengujian konsistensi untuk memastikan bahwa penilaian yang dibuat tidak mengandung kontradiksi. Konsistensi yang tinggi menunjukkan bahwa penilaian tersebut dapat diandalkan.
  7. Buat Keputusan: Berdasarkan skor akhir, tentukan alternatif yang paling sesuai dengan tujuan keseluruhan.