PENERAPAN SMART CITY DI INDONESIA
Kota-kota besar di Indonesia tentunya memiliki banyak kesamaan, namun ternyata penerapan konsep Smart City di setiap kota besar tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Implementasi smart city di Jakarta dan implementasi di Surabaya ternyata tidak sama. Begitu pula smart city yang dikembangkan di Bandung dengan smart city di Yogyakarta pun terdapat perbedaan pada tataran fokus smart city. Perbedaan potensi daerah baik dari sumber daya alam dan sumber daya manusia berdampak pada dimulai dari mana sebuah smart city tersebut akan dibangun. Oleh karenanya, sebuah konsep smart city dan potensi daerah tersebut harus diteliti dan dilakukan pengkajian secara mendalam.
- DI Yogyakarta
Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memerangi KKN diwujudkan dengan mempermudah sambungan komunikasi Antara pemerintah dengan masyarakat. Untuk membuka akses partisipasi masyarakat dibentuk Unit Pelayanan Informasi dan Keluhan (UPIK). Unit ini tidak sekadar menampung keluhan masyarakat, seperti halnya layanan hotline service yang memiliki kelemahan, karena masyarakat tak dapat mengetahui status tindak lanjut keluhannya, serta pencatatan laporan yang masih manual. UPIK bertanggung jawab menerima pengaduan dan keluhan masyarakat, serta menyampaikan informasi dan keluhan kepada setiap dinas atau unit kerja. UPIK juga juga memberikan informasi terkait respons atau tindak lanjut keluhan dan masukan.
Gagasan awal layanan informasi dan keluhan yang mudah diakses masyarakat ini, pertama kali digagas Walikota Yogyakarta Herry Zudianto tahun 2001. Semula layanannya sangat sederhana, informasi dan keluhan masyarakat disampaikan secara lisan atau terulis melalui SMS ke hotline. Sistem informasi ini keudian dievaluasi dan dikembangkan menjadi system komputerisasi. Sejak 14 November 2003, unit pelayanan informasi dan keluhan masyarakat dikelola oleh Kantor Humas dan Informasi.
Namun sekarang, konsep smart city di Yogyakarta semakin berkembang dengan menerapkan tujuh dimensi Smart City yaitu smart economy, smart people, smart governance,
smart mobility, smart environment, smart living, dan smart disaster management. Visi Yogyakarta memiliki 4 (empat) kata kunci yakni pariwisata, pendidikan, budaya
dan pusat pelayanan jasa. Empat kata kunci inilah yang akan dikembangkan sebagai sebuah tujuan pengembangan smart city di Kota Yogyakarta, dengan payung utama yaitu smart culture. Apabila dijabarkan lebih lanjut, smart tourism; smart education; dan smart culture merupakan 3 (tiga) tujuan utama smart city Kota Yogyakarta yang dapat dicapai melalui penerapan 7 (tujuh) dimensi smart city tersebut.
- Kota Surabaya
Di Indonesia, istilah smart city mulai dipopulerkan lebih dahulu oleh Kota Surabaya dalam penghargaan nasional yang diraihnya di ajang Smart City Award pada tahun 2011 dalam tiga kategori yaitu Smart Governance, Smart Living, dan Smart Environment. Penghargaan tersebut diberikan oleh Majalah Warta Ekonomi dan Warta eGov untuk kabupaten dan kota yang telah mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam tatanan kehidupan, sehingga menciptakan kota yang cerdas/ pintar. Pada kategori Smart Governance, kota Surabaya telah unggul dalam menerapkan rencana strategis penggunaan TIK, melibatkan warga dalam pengambilan keputusan, menggunakan sistem administrasi kependudukan yang terintegrasi, sistem administrasi perizinan, partisipasi warga, dan sistem monitoring area publik. Pada kategori Smart Living, Kota Surabaya unggul dalam berbagai fasilitas pendidikan maupun fasilitas penting lainnya yang diterapkannya, yaitu meliputi penerimaan murid baru secara online, portal pariwisata, CCTV pemantau lalu lintas, traffic management center, fasilitas wifi gratis di tempat publik, sekolah online, dan lain sebagainya. Kemudian pada kategori Smart Environment, Kota Surabaya telah menerapkan sistem peringatan dini bencana (early warning system), sistem pengolahan sampah berbasis TI, dan sistem monitoring air berbasis TI. Sejak saat itu, Kota Surabaya terus mengembangan pelayanan dengan konsep smart city dan telah menerima banyak penghargaan lainnya terkait konsep smart city baik skala nasional maupun internasional.
- Kota Bandung
Tidak hanya Kota Surabaya, kota-kota besar lainnya di Indonesia juga telah menerapkan konsep smart city, misalnya Bandung, Jakarta, Malang, dan Yogyakarta. Kota Bandung merupakan kota yang unggul dalam penerapan smart city dan telah menerima beberapa kali penghargaan bergengsi internasional, salah satunya adalah sebagai pemenang ajang Smart City Award 2015 yang diadakan oleh majalah Asia’s Tech Ecosystem. Kota Bandung dalam kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil lebih fokus pada konsep Smart Governance dengan harapan dapat membuat sistem pelayanan yang ada menjadi lebih efisien.
Dengan adanya perombakan struktur birokrasi dan perampingan manajemen pemerintah maka tujuan dari Smart Governance akan tercapai. Contoh paling nyata dalam penerapannya adalah didirikannya Bandung Command Center (BCC) yaitu pusat kendali Kota Bandung yang didukung dengan berbagai fasilitas seperti Global Positioning System (GPS) Tracking sebanyak 50 dan Closed Circuit Television (CCTV) sebanyak 4000 yang dipasang di daerah rawan pelanggaran lalu lintas, kriminalitas dan bencana. Pemantauan puluhan CCTV canggih di BCC didukung oleh sistem yang disebut Intelligent Operations Center (IOC), yang memudahkan operator dalam mengawasi kondisi kota. Namun secara keseluruhan, penerapan tiga poin seperti control, connect, dan observe menjadi perhatian Ridwan Kamil dalam menerapkan smart city di Kota Bandung, sebagai berikut:
- Control: Mengontrol jalannya pembangunan kota, manajemen, dan analisa data serta memantau kinerja seluruh organisasi perangkat daerah dan aparatur sipil negara. Didukung aplikasi seperti e-Governance, e-Budgeting, e-Remunerasi Kinerja (e-RK), SI Kepegawaian, dan lain-lain.
- Connect: Membangun sistem pemerintahan yang saling terhubung dan terintegrasi untuk mendukung smart government dan smart society, serta membangun pola komunikasi publik yang lebih efektif (layanan pengaduan, open data, dan open communication/social media).
- Observe: Memantau dan mengamati segala bentuk kejadian dan situasi kota seperti lalu lintas, cuaca atau banjir, gangguan ketertiban umum dan keamanan kota. Alat pemantau berupa CCTV.
- Ibukota Jakarta
Kota Jakarta juga memanfaatkan beberapa aplikasi Internet of Things (IoT) demi mewujudkan mimpi menjadi sebuah smart city. Berikut adalah lima penerapan IoT yang menjadi andalan Jakarta Smart City di tahun 2016.
- Jakarta One Card. Sebuah “kartu pintar” yang bisa berfungsi sebagai e-KTP, alat pembayaran ketika berbelanja, serta kartu BPJS.
- City Surveillance System. Akan ada sekitar 6.000 CCTV yang terpasang di seluruh kota Jakarta untuk memantau lalu lintas dan kerumunan orang.
- Dump Truck Tracker. Memasang sensor GPS di setiap truk pengangkut sampah milik pemerintah, agar posisi mereka bisa dipantau selama 24 jam.
- Heavy Equipment Tracker. Alat-alat berat yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan dipasang sensor khusus. Selain untuk mengetahui lokasi mereka, sensor tersebut juga bisa digunakan untuk memantau kapan mereka harus menjalani perawatan rutin dan penggantian suku cadang.
- Smart Street Lighting System. Demi menghemat pemakaian listrik yang tinggi, 90.000 lampu yang ada di DKI Jakarta akan diganti dengan sistem ini agar nantinya bisa dikendalikan dari jarak jauh dan bisa memberikan notifikasi apabila sudah harus diganti.
Sumber:
Chandra Eko W. U., Moch. Hariadi, 2016, Strategi Pembangunan Smart City dan Tantangannya bagi Masyarakat Kota, Teknik Elektro, ITS, Surabaya.
Danang Setiaji, 2018, Apa Itu Smart City dan Tantangan Penerapannya di Indonesia. https://id.techinasia.com/apa-itu-smart-city-dan-penerapan-di-indonesia
Tim PSPPR UGM, 2016, Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City, UGM, Yogyakarta.
Rahmadona, dkk., 2014, Smart City di Indonesia, http://smartcityindonesia.blogspot.com/
Comments :