SCOPUS? Why not? (Bagian 1: Novelty)
Dalam dunia Pendidikan, Pendidikan tinggi khususnya. Artikel ilmiah merupakan sebuah pembuktian hasil dari riset kita yang selama ini kita kerjakan dengan susah payah. Namun, dalam kenyataannya, jalan menuju pembuktian tersebut sangatlah jauh dari kata mudah. Banyak sekali hal yang harus kita lewati untuk berhasil mempublikasi hasil riset yang kita teliti.
Kalau boleh saya bercerita, tentang pengalaman saya yang paling berkesan. Yaitu Ketika saya pertama kali menulis jurnal ilmiah dan pada waktu itu dosen pembimbing saya mentargetkan jurnal ilmiah bereputasi cukup tinggi, yaitu scopus Q3. Saya yang pada saat ini sedang duduk di semester pertama bangku perkuliahan magister merasa hal itu biasa-biasa saja, bukan hal yang susah menurut saya. Tapi presepsi saya tersebut tidak bertahan lama, dan itu semua dimulai Ketika saya melakukan riset. Sudah bukan rahasia umum bahwa ada ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang yang menunggu dan bersaing dengan kita tentang ide, inovasi dan gagasan baru. Namun, tidak cukup hanya disitiu, Jurnal ilmiah bereputasi memiliki kriteria tersendiri yang tidak semua orang mudah untuk menembusnya, yaitu “Novelty”.
Lalu bagaimana kita menemukan novelty tersebut ? mau tidak mau, suka tidak suka, Ketika kita telah memutuskan untuk berkarir di perguruan tinggi, kita harus terjun ke dunia riset. Hanya dengan risetlah novelty dapat ditemukan. Lalu bagaimana kita harus memulai riset dengan benar ?
Riset merupakan hal yang sangat wajib dilakukan, baik itu oleh dosen ataupun mahasiswa. Keluaran dari riset bisa berbagai macam, mulai dari artikel, essay, produk, sampai inovasi. Lalu, seperti yang disebutkan diawal, belum lengkap rasanya riset tanpa publikasi. Kita Kembali ke Novelty, novelty disini adalah hal yang sengaja dicari untuk dan hal tersebut berbeda dengan yang selama ini dilakukan. Dari hal tersebut, kita mampu memecahkan masalah dengan lebih mudah, efektif, ataupun lebih akurat daripada menggunakan metode-metode yang sudah ada sebelumnya. Untuk itu, kita harus banyak sekali menggali literatur dengan cara membaca buku, jurnal dan isu-isu yang sedang trend saat ini.
Sulit bukan berarti tidak bisa, pada saat saya menulis jurnal imiliah pertama saya, saya membaca cukup banyak referensi. Referensi yang saya pilih sengaja dari publisher jurnal ilimiah bergengsi. Semakin tinggi rating jurnal yang kita baca maka semakin mudah kita dalam mengetahui detail-detail yang dikerjakan. Mengapa seperti itu ? karena semakin tinggi rating jurnal maka saringan untuk accepted atau diterimanya sebuah artikel ilmiah akan semakin tinggi. Untuk itu biasanya jurnal-jurnal yang berating tinggi akan memiliki standard penulisan yang bagus dan jelas.
Yang perlu kita tanamkan dalam diri kita adalah, bukan berarti jurnal ilmiah yang memiliki rating tinggi tersebut tidak memiliki kekurangan. Semua penelitian pasti memiliki kekurangan, dan dari kekurangan itulah kita temukan celah untuk memperbaikinya atau lebih kita kenal dengan nama ”improvement”.
Dari improvement itulah biasanya kita menemukan suatu cara, dan cara tersebut adalah “Novelty”. Saat itulah saya menyadari bahwa pentingnya literatur dan referensi. Dari referensi kita bisa mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan, dan hal-hal apa sajakah yang belum dan akan dilakukan. Lalu, apa sebenarnya point dari riset ? point dari riset adalah membaca, setelah membaca kita akan mengetahui hal apa yang harus kita lakukan. Memang tidak akan semudah seperti apa yang kita bayangkan, tapi percayalah Ketika kita sudah banyak membaca maka kita akan lebih berpandangan luas terhadap sesuatu dan sedikit demi sedikit membuka pintu “novelty” yang kita cari-cari itu.
Comments :