Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kepuasaan bagi pelanggan. Dengan kemajuan teknologi saat inipun siklus hidup produk semakin pendek. Sehingga inovasi memainkan peran penting untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Inovasi dalam sistem manajemen diyakini sebagai salah satunya keunggulan kompetitif yang krusial untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja bisnis. Inovasi dalam sistem manajemen diartikan sebagai perbaikan cara orang-orang dikelola dan pekerjaan diatur sebagai respons terhadap perubahan lingkungan Hidup. Namun, karena kerumitannya, tidak mudah untuk berinovasi. Sehingga inovasi butuh pendekatan sistematik untuk dipahami dan diterapkan secara efektif. Salah satu pendekatan sistematik yang dibutuhkan untuk meningkatkan inovasi adalah six sigma. Six sigma sebagai alat manajemen memberikan pendekatan sistematis untuk meningkatkan kinerja. Munculnya Six sigma menjadi satu dari perkembangan utama dalam praktik manajemen. Six sigma telah diterima secara luas sebagai model manajemen yang akan menjamin dalam mencapai daya saing yang dapat diterima oleh pelanggan.   Six sigma pertama kali diperkenalkan oleh Motorola pada tahun 1987 oleh seorang Engineer yang bernama Bill Smith. Six sigma adalah metode yang berfokus pada peningkatan kualitas , Six sigma berasal dari kata Six yang berarti 6 dan Sigma yang merupakan satuan dari standar deviasi yang dilambangkan dengan simbol σ. Six sigma juga sering disimbolkan menjadi 6σ. Konsep dasar dari Six Sigma awalnya berasal dari gabungan antara Konsep TQM (Total Quality Management) dan Statistical Process Control (SPC).

Sehingga dibutuhkan keefektifan Six sigma sebagai alat inovasi di sistem manajemen. Six sigma memiliki dua proses sistematis yaitu :

  1. Bagaimana mendefinisikan, mengukur, menganalisis, meningkatkan dan mengontrol proses (Metode DMAIC) yaitu Define, Measure, Analysis, Improve, Control) dalam memecahkan masalah
  2. Desain untuk pendekatan Six Sigma (DFSS atau Desain For Six Sigma).

DMAIC lebih fokus pada masalah penyelesaian kondisi yang ada dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja dan biaya pengurangan. Sedangkan DFSS cenderung lebih proaktif dengan merancang produk baru, layanan, dan proses bisnis. Oleh karena itu, diyakini bahwa metodologi DMAIC memungkinkan adanya inovasi berkelanjutan karena didasarkan pada kondisi yang ada untuk menyelesaikan dan meningkatkan  perbaikan. Pendekatan DFSS lebih merupakan inovasi radikal dengan desain ulang atau desain produk, layanan, dan proses bisnis baru, sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan harapan.

Konsep six sigma ini saat ini mengalami perkembangan, yaitu adanya konsep lean six sigma. Jika Six sigma berfokus pada pengurangan variasi proses dan peningkatan kendali proses, maka lean menghilangkan lebih banyak pemborosan yang terjadi dan meningkatkan  standarisasi dan aliran kerja. Istilah “Lean six sigma” semakin sering digunakan karena perbaikan proses membutuhkan aspek dari kedua pendekatan untuk mencapai hasil yang positif. Lean six sigma adalah filosofi perbaikan berbasis fakta dan berbasis data yang mendorong peningkatan nilai pelanggan dengan mengurangi variasi, pemborosan, dan waktu siklus, sekaligus meningkatkan penggunaan standardisasi dan aliran kerja, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif. Ini berlaku di mana pun variasi dan pemborosan ada. Prinsip ini juga harus melibatkan seluruh karyawan yang ada didalam organisasi untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan lean six sigma, sehingga kinerja organisasi dapat ditingkatkan dan keunggulan bersaing organisasi dapat diraih dengan baik.