Pada awal tahun 2019 dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos- Swiss, Perdana Menteri Jepang  Shinzo Abe mengemukakan  Visi Jepang mengenai Society 5.0.  Istilah Society 5.0 muncul pertama kali di Jepang pada tahun  2016, setelah mendapat persetujuan dari kabinet Jepang. Society 5.0 diawali dengan era perburuan (Society 1.0), pertanian (Society 2.0), industri (Society 3.0), dan teknologi informasi (Society 4.0). Society 5.0 menciptakan masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Manusia mempunyai peran di era digital. Sehingga dibutuhkan keseimbangan antara pencapaian ekonomi dan penyelesaian masalah sosial. Society 5.0 dimaksudkan untuk mengantisipasi era Industri 4.0, dimana peran masyarakat dirasakan masih kurang.

Dampak Penerapan Ekonomi Digital dan Internet of Things di Era Society 5.0

Dalam Society 5.0 kecerdasan buatan digunakan untuk mengubah semua data di semua aspek kehidupan. Internet of Things diharapkan dapat membentuk kearifan, yaitu nilai humanistik secara keseluruhan. Dalam Society 5.0 transformasi teknologi memiliki arti “memanusiakan manusia”. Oleh karena itu bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar namun dengan sebaran ilmu pengetahuan dan pendidikan yang tidak merata, Society 5.0 bisa menjadi faktor pelengkap keberhasilan jika diimplementasikan dengan baik.

Di Indonesia sampai dengan saat ini implementasi Era Industri 4.0 masih belum tuntas. Memang transformasi digital yang mengalami perkembangan yang sangat cepat telah mengubah kebiasaan masyarakat dan industri. Salah satu dampak transformasi digital adalah menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi sangat pesat. Sehingga bisa dinikmati semua orang dengan mudah . Dampak penerapan ekonomi digital dalam menghadapi era society 5.0 di indonesia juga harus dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia secara merata. Dalam hal ini, big data dan Internet of Things (IoT) harus menjangkau setiap aspek kehidupan masyarakat, yang akan berubah menjadi kecerdasan buatan. Sehingga untuk memperkuat peran masyarakat dalam menyukseskan transformasi digital tersebut, masyarakat harus mampu memanfaatkan teknologi yang berkembang pesat menjadi peluang bisnis. Sehingga untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan peran seluruh pihak baik dari pemerintahan maupun non pemerintahan, agar mampu menjawab tantangan bangsa dengan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat.

Era Society 5.0 menjadi tantangan tersendiri bagi Pebisnis Milenial Indonesia. Generasi Milenial merupakan generasi yang mengagumi Revolusi Industri 4.0, namun cenderung mengabaikan masalah sosial.  Dalam era Society 5.0 perlu diarahkan pada peran generasi milenial untuk kemajuan masa depan bangsa indonesia. Sehingga diperlukan integrasi selain dengan pemerintah sebagai regulator, juga dengan perguruan tinggi, industri, komunitas / masyarakat dan peran media untuk mensukseskan ini. Sehingga dalam era Society 5.0, salah satu kunci kesuksesan bisnis yang dikelola para milenial  di Indonesia adalah jika konsep pentahelix dapat diimplementasikan dengan baik. Sebagaimana kita ketahui konsep pentahelix menekankan bagaimana integrasi dan kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, industri, komunitas / masyarakat dan media dapat bekerja sama dengan baik. Diharapkan dengan adanya integrasi dan kolaborasi tersebut, para milenial memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai tambah secara konsisten dari inovasi teknologi mulai dari input hingga output. Sehingga inovasi yang dihasilkan dapat menciptakan keunggulan bersaing.


(Baca Juga: IoT dengan Pendidikan)