Usaha start-up merupakan organisasi bisnis yang dalam kesehariannya menjalankan beberapa fungsi manajemen seperti manajemen pemasaran, manajemen operasional, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen keuangan. Salah satu fungsi vital yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha bisnis baru adalah pengelolaan keuangan yang tepat. Pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola keuangan turut menduukung keberhasilan start-up. Banyak kasus yang sering kita dengar bahwa beberapa usaha start-up memiliki usaha hidup yang singkat karena kesalahan dalam pengelolaan keuangan.

            Pada hakikatnya, manajemen keuangan usaha start-up merupakan suatu upaya untuk mengaplikasikan dan menyesuaikan aspek serta tehnik keuangan pada kegiatan perencanaan, pembiayaan, operasional, seta valuasi atas entitas tersebut. Berdasarkan hal itu, terdapat prinsip – prinsip manajemen keuangan yang perlu diperhatikan oleh pemilik usaha start-up agar dapat mengelola keuangan usahanya dengan tepat. Prinsip – prinsip tersebut juga berfungsi sebagai rambu agar dapat memandu wirausahawan dalam mengambil keputusan keuangan yang tepat. Adapun tujuh prinsip utama manajemen keuangan yang perlu disimak oleh usaha start-up adalah sebagai berikut:

  1. Real, human, and financial capital must be rented from owners; prinsip tersebut secara tersirat mencerminkan bahwa segala jenis aset dimiliki oleh seseorang. Secara khusus, aset dalam bentuk uang dimiliki oleh seorang “owner” atau investor, sehingga ada biaya yang ditanggung sebagai akibat dari peminjaman uang tersebut. Melalui sudut pandang “owner”, biaya yang ditanggung adalah dalam bentuk nilai waktu dan risiko. Investor atau “owner” dari uang bisa saja menempatkan dananya ke bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan daripada berinvestasi di usaha start-up. Selain itu, “owner” juga menanggung risiko dalam bentuk kerugian yang ditanggung saat berinvestasi pada usaha start-up. Supaya dapat mengantisipasi kedua hal yang ditakutkan oleh “owner” uang tersebut, maka sebagai wirausahawan sebaiknya kita meyakinkan kepada “owner” atau investor bahwa usaha start-up yang dirintis memiliki prospek yang baik dan menguntungkan. Kegiatan operasional harus dikelola dengan efektif dan efisien agar usaha bisnis tersebut mampu menghasilkan keuntungan. Apabila usaha start-up mampu menghasilkan keuntungan, maka usaha tersebut dipandang menguntungkan dan mampu menarik minat investor atau “owner” dari aset uang.
  2. Risk and expected reward go hand in hand; prinsip ini masih memiliki kaitan dengan prinsip pertama yaitu dalam hal risiko. Seperti yang sudah menjadi pemahaman umum, apabila risiko semakin tinggi maka imbalan yang dituntut juga akan semakin tinggi. Keputusan untuk mengambil risiko yang tergolong rendah atau tinggi tergantung pada preferensi tiap individu atas risiko. Individu yang tergolong risk-taker cenderung menyukai risiko yang tinggi dengan ekspektasi mendapatkan imbalan yang lebih tinggi. Sebaliknya, individu yang merupakan risk-avoider cenderung menghindari risiko yang tinggi. Sebagai wirausahawan penting bagi Anda untuk menilai dan menimbang risiko keuangan yang akan diambil. Pehatikan kondisi keuangan usaha binis Anda dan perhatikan juga kondisi pasar yang sedang berlangsung. Pelajari informasi sebanyak mungkin dan jika perlu lakukan konsultasi dengan para ahli keuangan agar Anda dapat memperhitungkan risiko dengan baik dan mengambil risiko yang sesuai dengan kemampuan Anda.
  3. While accounting is the language of business, cash is the currency; prinsip ini pada dasarnya menekankan optimalisasi aplikasi akuntansi bagi kinerja arus kas usaha bisnis. Prinsip akuntansi yang diterapkan dalam transaksi bisnis dapat memberikan gambaran kepada wirausahawan mengenai kinerja bisnisnya. Lebih lanjut lagi, penerapan prinsip akuntansi juga turut menyiratkan pengelolaan keuangan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi, penggunaan prinsip akuntansi sebaiknya tidak hanya terbatas pada proses pencatatan transaksi finansial saja, namun dapat digunakan untuk mengoptimalkan arus kas. Terdapat idiom finansial yang menyebutkan bahwa arus kas merupakan urat nadi usaha bisnis. Melalui akuntansi, wirausahawan dapat melihat besarnya pendapatan yang belum diterima dari kegiatan penjualan. Hal ini dapat membantu wirausahawan dalam mengestimasi besarnya pendapatan yang diharapkan akan diterima. Selain itu, melalui akuntansi, wirausahawan dapat melihat apakah bisnisnya “membakar” kas atau “menimbun” kas. Jika terbukti “membakar” kas, maka wirausahawan perlu mencari investasi tambahan dari pihak eksternal. Apabila usaha bisnis ternyata “menimbun” kas, maka usaha tersebut menghasilkan lebih banyak kas daripada yang dikeluarkan. Hal itu menyiratkan usaha bisnis tersebut sedang menciptakan nilai dari kegiatan finansial serta operasionalnya.

Bersambung ke bagian 2 ….

 

Sumber:

Chris Leach. (2018). Entrepreneurial Finance. 06. Cengage Learning. Boston. ISBN: 9781305968356.