Supply chain saat ini menjadi elemen kunci untuk meningkatkan bisnis di masa depan. Supply chain merupakan salah satu alat untuk meraih keunggulan kompetitif. Dalam lingkungan bisnis global saat ini, setiap organisasi menghadapi berbagai jenis risiko yang dapat mengganggu aliran material dan informasi sehingga dapat  mengganggu persediaan. Meskipun efek dari beberapa gangguan mungkin relatif mudah untuk dikelola, akan tetapi yang lain mungkin memiliki dampak yang jauh lebih signifikan pada kinerja supply chain dalam jangka panjang.

Pada tahun 2013 Mc. Kinsey & Company menuliskan tentang “Next Generation Supply Chain : Supply Chain 2020”. Dalam laporan resmi tersebut tersebut terdapat lima tren utama yang akan sangat memengaruhi jalannya perkembangan supply chain. Kelima tren tersebut adalah: inovasi dalam bisnis; siklus bisnis yang lebih pendek dan lebih ketat; konsumen yang semakin berkembang; peningkatan biaya; dan evolusi big data. Masing-masing akan berdampak besar pada cara supply chain saat ini beroperasi dan akan mendorong peningkatan supply chain generasi berikutnya.

Dalam merespon kelima tren tersebut, Indonesia melalui Kementerian Perindustrian meluncurkan “Making Indonesia 4.0” pada April 2018. Didalam Making Indonesia 4.0 tersebut  dijabarkan 10 langkah prioritas dalam menghadapi era disrupsi. Kesepuluh prioritas tersebut adalah perbaikan alur produksi material di sektor hulu, perancangan ulang kawasan industri, akomodasi standar keberlanjutan untuk memperkuat daya saing global. Kemudian, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembentukan ekosistem inovasi, penerapan insentif investasi teknologi, harmonisasi aturan dan kebijakan, pemberdayaan UMKM, pembangunan infrastruktur digital, dan penarikan investasi asing. Dari 10 langkah prioritas tersebut terlihat bahwa pentingnya supply chain dalam menghadapi tantangan disrupsi teknologi. Sehingga dibutuhkan inovasi bisnis yang berlangsung secara terus menerus yang dapat mendorong perubahan pada supply chain. Menurut laporan resmi Mc Kinsey Global Institute terdapat beberapa inovasi yang berpotensi mengalami disrupsi teknologi secara ekonomi yang dijelaskan dalam  The 12 disruptive technologies, yaitu : mobile Internet, automation of knowledge and work, Internet of things, cloud technology, advanced robotics, autonomous and near-autonomous vehicles, next-generation genomics, energy storage, 3D printing, advanced materials, advanced oil and gas exploration and recovery, renewable energy. Sehingga dengan perkembangan supply chain dimana terjadi disrupsi teknologi maka perlu adanya antisipasi terhadap ketidakpastian lingkungan yang mungkin terjadi. Sehingga dengan siklus bisnis yang semakin pendek maka ketidakpastian didalam lingkungan supply chain juga semakin besar.  Di dalam konteks supply chain, ketidakpastian lingkungan merupakan perubahan baik secara internal maupun eksternal yang dapat memengaruhi strategi, struktur dan kinerja supply chain. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan pembagian informasi (information sharing) yang jelas dan infrastruktur IT yang sangat memadai. Hal ini dibutuhkan agar proses integrasi dan koordinasi mulai dari berbagai supplier termasuk seluruh partner bisnis sampai dengan end customer dapat berjalan dengan sangat baik..Telah disebutkan sebelumnya bahwa didalam tren supply chain 2020, selain inovasi bisnis, maka perlu diantisipasi siklus bisnis yang lebih pendek dan lebih ketat. Dengan Semakin singkatnya siklus bisnis, bagi perusahaan yang menangani produk-produk inovatif, kecepatan meluncurkan rancangan-rancangan yang baru sangatlah penting. Time to market yang tepat menjadi syarat agar produk atau jasa yang dikeluarkan mampu direspon dengan baik oleh pelanggan. Time to market merupakan waktu antara gagasan perancangan produk baru dimulai sampai produk tersebut dipasarkan. Sehingga dalam perkembangan supply chain, time to market menjadi salah satu keunggulan bersaing perusahaan di era disrupsi teknologi saat ini.