Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya mengenai rasio likuiditas dan pengertian leverage ratio. Berikut ini adalah beberapa kelompok rasio yang masuk ke dalam leverage ratio, yaitu:

  1. Total-debt-to-total-asset ratio (rasio hutang), yaitu rasio yang mengukur seberapa besar usaha bisnis mengandalkan hutang dalam pembiayaannya. Rasio ini membandingkan antara total hutang dan total aset yang dimiliki usaha bisnis. Jika jumlahnya melebihi angka 50%, maka usaha bisnis tersebut membiayai asetnya menggunakan hutang. Hal penting yang perlu diingat adalah porsi hutang terhadap harta nilainya harus lebih kecil.
  2. Equity multiplier, yaitu rasio yang membandingkan antara total aset yang dimiliki dengan jumlah ekuitas yang dimiliki pemilik usaha bisnis. Rasio ini dapat mengukur tingkat ekuitas yang digunakan sebagai sumber pembiayaan. Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin besar pendanaan yang digunakan dalam bentuk ekuitas untuk membiayai aset.
  3. Current-liabilities-to-total-debt-ratio, yaitu rasio yang membandingkan antara kewajiban lancar dengan total hutang. Rasio ini dapat menunjukkan persentase hutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun. Jika nilainya di atas 50% maka hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar hutang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun; sehingga usaha bisnis perlu menyiapkan dana untuk memenuhi kewajiban tersebut.
  4. Interest coverage ratio, yaitu rasio yang membandingkan antara pendapatan sebelum dipotong bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) dengan bunga pinjaman. Melalui rasio ini dapat diketahui kemampuan usaha bisnis dalam membayar bungan pinjaman. Jika nilainya semakin tinggi, maka usaha bisnis tersebut dianggap semakin mampu membayar bunga pinjaman.

Kelompok rasio berikutnya adalah profitability ratio (rasio profitabilitas). Rasio ini mengindikasikan efisiensi usaha bisnis dalam mengontrol biayanya. Apabila usaha bisnis tersebut efisien dalam mengontrol biayanya, maka seharusnya laba yang dihasilkan semakin tinggi. Rasio ini terdiri dari:

  1. Gross profit margin (margin laba kotor), yaitu perbandingan antara laba kotor dengan penjualan. Semakin tinggi nilainya, maka usaha bisnis dianggap memiliki kondisi keuangan yang baik. Usaha bisnis tersebut dianggap semakin efektif mengendalikan biaya operasionalnya.
  2. Operating profit margin (margin laba operasional), yaitu perbandingan antara laba operasional dengan penjualan bersih. Rasio ini mengukur usaha bisnis menghasilkan laba operasional dari penjualan bersihnya. Semakin tinggi nilainya, maka usaha bisnis dianggap semakin mampu mengendalikan biaya produksi dan operasional untuk menghasilkan laba.
  3. Net profit margin (margin laba bersih), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Rasio ini mengukur kemampuan usaha bisnis menghasilkan laba bersih dari penjualan bersihnya. Semakin tinggi nilainya maka semakin baik kegiatan operasonal usaha bisnis.

Kelompok rasio yang terakhir adalah efficiency ratio, yaitu rasio yang mengindikasikan efisiensi usaha bisnis dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Kelompok rasio ini terdiri dari:

  1. Sales-to-total-asset ratio, yaitu rasio yang membandingkan antara penjualan bersih dengan total aset. Rasio ini mengukur efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi nilainya, maka usaha bisnis semakin efektif dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan penjualan.
  2. Return on total asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini mengukur efektifitas usaha bisnis dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi nilainya, maka semakin baik produktivitas aset usaha bisnis dalam menghasilkan laba bersih.
  3. Return on equity (ROE), yaitu perbandingan laba bersih dengan jumlah ekuitas yang dipegang pemilik usaha bisnis. Rasio ini mengukur efektivitas perusahan dalam memberikan tingkat pengembalian dari dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Jika nilainya semakin tinggi, maka usaha bisnis dianggap semakin efektif dalam menggunakan ekuitas untuk menghasilkan keuntungan.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai rasio keuangan sebagai alat untuk melakukan analisis keuangan. Wirausahawan perlu untuk melakukan analisis keuangan agar kinerja keuangan terus dapat dipantau. Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi keuangan kepada pihak investor atau pemberi pinjaman; sehingga pihak – pihak tersebut dapat diyakinkan bahwa usaha bisnis Anda merupakan usaha bisnis yang sehat dan menguntungkan. Salam sukses selalu….

 

Sumber:

Chris Leach. (2018). Entrepreneurial Finance. 06. Cengage Learning. Boston. ISBN: 9781305968356.