Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seorang milyarder muda di Kota Malang. Usianya masih 33 tahun, namun bisnis yang dijalankannya sudah melangit. Bisnisnya ada beberapa, diantaranya mendirikan sekolah coding untuk anak SMK dengan menggandeng Kominfo, mengelola air minum dalam kemasan Masjid Jami’ Kota Malang, muslim fashion, serta travel umroh dan haji. Ketika saya tanya “banyak sekali yang dikelola, bagaimana bisa?”. Dia menjawab dengan senyum sederhana “Itu hanya beberapa, masih ada bisnis lain diluar negeri yang belum saya ceritakan, saya juga mendanai beberapa perusahaan level start up, dan ada juga bisnis lainnya yang mungkin akan enak diperbincangkan saat ada waktu lebih”. Sontak saya terkaget, bagaimana bisa satu orang memegang kendali sedemikian banyak bisnis, resikonya pasti besar, apakah kemampuannya merupakan sebuah “gift” dari Tuhan, apakah memang dia sudah kaya karena “keturunan”, apakah dia punya “rahasia spiritual”, secara teori tidak mungkin ini “one man show”, pasti ada resep rahasia suksesnya.

Jika dilihat dari usia, saya berasumsi mungkin pengalamannya masih minim, lalu bagaimana bisa kesuksesan bisnisnya dicapai pada usia yang relatif muda? Perbincangan kami mengalir seru, kami berbincang selayaknya teman ngopi hingga tak terasa berjam-jam berlalu. Prinsip utama saat mencari ilmu adalah “kosongkan cawan”, baru-lah ilmu bisa masuk.

Pertanyaan default mengawali perbincangan kami adalah bagaimana definisi sukses dalam berbisnis dan apa resep mendapatkan kesuksesan tersebut? Meskipun terkesan receh, pertanyaan ini menunjukkan karekter seseorang dalam melihat kesuksesan. Begini jawabannya : Bisnis adalah tentang menghitung resiko, maka setiap keputusan dalam bisnis harus bisa diukur. Tidak ada namanya menerka-nerka, saya adalah orang yang bertindak berdasarkan data. Karena Pendidikan saya tidak tuntas, maka saya harus belajar sendiri, rutin saya habiskan minimal 50 buku dalam satu tahun dan menerapkannya langsung. Minimal ada lima ilmu yang harus dimiliki seorang pebisnis: 1) manajemen produksi, 2) marketing & komunikasi, 3) manajemen keuangan, 4) manajemen sumber daya manusia, dan 5) manajemen informatika. Lima keilmuan itu berguna untuk membuat Bisnis Model Manajemen yang tepat.

Saya beri contoh, 1 toko muslim fashion milik saya di Pasuruan dapat membayar biaya sewa tempat 1 tahun hanya dari penjualan satu hari. Penting untuk memproduksi yang disukai konsumen, bukan yang saya sukai. Saya memberdayakan para penjahit lokal yang sepi order untuk menjadi mitra saya, sistemnya seperti ojol, bermitra, bukan karyawan. Singkat cerita, saya buat beberapa design fashion lengkap dengan info harganya, saya pasang di iklan (facebook adds) sesuai segmen saya dengan radius 10 km dari toko. Saya pantau rasio view dan like postingan saya. Jika like ada 5.000 orang, maka saya produksi 500 pcs, dan dipastikan 99% laku. Ini masih salah satu trik, masih banyak cara lainya. Bisnis saya mampu terus tumbuh dari keuntungan, ini adalah indikator kesuksesan bisnis.

Tentang resep sukses, itu tergantung seberapa besar rasa lapar pelaku bisnis. Kenyang membuat manusia lumpuh, lapar membuat manusia bergerak untuk mendapatkan makan dan bertahan hidup, bergerak atau mati. Tanpa diberitahu resep sukses, jika menjadi sangat lapar, setiap orang akan menjumpai kesuksesan itu.

Mungkin ini yang dimaksud oleh Steve Jobs “Stay Hungry, Stay Foolish”, gumam saya.