Gabriella Sagita Putri, S.Sosio, M.Med.Kom

Setelah menjalani masa self quarantine dengan adanya himbauan pemerintah #StayatHome, kemudian diberlakukannya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh beberapa pemerintah daerah yang mana wilayahnya menjadi episentrum penyebaran covid-19 seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, dan beberapa kota besar lainnya sedang bersiap untuk menyambut new normal. Dengan kondisi new normal, masyarakat bisa kembali menjalankan aktivitas seperti sedia kala. Bisnis, perkantoran, hingga fasilitas publik akan kembali beroperasi dengan beberapa penyesuaian sesuai dengan anjuran dari pemerintah. Di masa new normal, para pelaku industry juga wajib tetap memperhatikan keamanan serta kesehatan para pekerja, karena kesehatan dan keamanan menjadi hal utama yang menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan operasional kerja oleh pelaku usaha. Penerapan protocol kesehatan secara ketat, pengaturan jam kerja karyawan, sampai pada pembagian ruang kerja yang harus disesuaikan dengan jarak aman psysical distancing merupakan hal utama yang perlu diatur sebagai langkah antisipatif penyebaran virus covid-19.

Kondisi di masa peralihan yang juga belum dapat diprediksi ini menjadi tantangan dalam mengelola strategi komunikasi internal antar karyawan, dan komunikasi yang sifatnya koordinasi antara supervisor dengan tim yang dipimpinnya. Perusahaan melalui HR dan tim corporate internal communication berperan penting untuk memastikan pengelolaan sumber daya manusia perusahaan berjalan baik dan memastikan produktivitas kerja terjaga. Beberapa isu seperti mental health, employee engagement, virtual coordination and communication team, virtual leadership, trust and transparency perlu mendapatkan prioritas di situasi saat ini. Seringnya terjadi miss-leading informasi, miss communication dalam tim, lambatnya respon dalam proses pengambilan keputusan menjadi masalah yang sudah sering terjadi saat bekerja dengan skema work from home kemarin, sehingga memasuki masa peralihan di new normal ini masalah-masalah tersebut harus diminimalisir. Belum lagi kondisi psikis dan mental karyawan yang harus terjaga di masa pandemic ini.

Penyesuaian code of conduct yang lebih banyak memfokuskan pada fleksibilitas kerja namun tetap mengacu pada ketercapaian KPI masing-masing divisi. Untuk menjaga produktivitas kerja demi tercapainya KPI, namun tetap fleksibel dengan menyesuaikan dengan kondisi maka peran para leader dari berbagai divisi dalam menciptakan suasana kerja yang kolaboratif dan suportif.