Sejak dini dari bangku sekolah dasar kita pasti mengenal ungkapan, “berbahasa Indonesia yang baik dan benar”. Berbahasa yang baik dan benar bukanlah keharusan untuk menggunakan bahasa resmi setiap waktu, tetapi menerapkan penggunaan bahasa sesuai kaidahnya. Anjuran untuk berbahasa yang baik dan benar adalah untuk menjaga dan melestarikan suatu bahasa karena bahasa merupakan identitas suatu bangsa. Bangsa Indonesia memiliki bahasa yang dijunjung tinggi yaitu bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sebagaimana tertera dalam salah satu butir sumpah pemuda. Namun, pernyataan tersebut apakah benar berlaku di seluruh lapisan masyarakat Indonesia?

Fenomena penggunaan bahasa dilihat dari sudut pandang kajian sosiolingustik, khususnya mengenai campur kode masih menarik untuk dibahas. Campur kode dapat terjadi di semua kalangan dan latar belakang penuturnya. Indonesia memiliki bahasa yang sangat beragam terjadinya campur kode dengan bahasa daerah atau latar belakang etnis tertentu sangat memungkinkan. Bukan hanya campur kode dalam lingkup itu saja, campur kode dengan bahasa asing juga pasti terjadi karena kita tidak hidup dalam satu negara saja, melainkan berdampingan dengan negara lain dengan bahasanya di dunia ini. Campur kode merupakan hal yang wajar terjadi, tetapi dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar tentu ada batasannya.

Campur kode dapat terjadi baik lisan maupun tulis. Campur kode secara lisan dapat kita jumpai di kehidupan sehari-hari baik dalam percakapan, pidato, atau ceramah.  Campur kode dalam tulisan dapat dijumpai dalam karya tulis berupa novel, surat kabar, majalah, atau bahkan karya ilmiah. Berikut ini disajikan wujud campur kode tersebut.

  • “Kita bisa mendapatkan insight yang berharga dari experience itu”.
  • “Seorang pengajar harus bisa mendeliver isi pelajaran dengan menarik kepada para siswa”.
  • “Kalau mau sehat, kamu harus mengurangi makan gula which is gula itu mengandung banyak glukosa(Kumala, 2018).
  • Presiden Joko Widodo sepertinya mulai tak nyaman dengan isu reshuffle kabinet (Tahoni, 2016).
  • Dalam upaya menangani wabah virus Corona yang semakin meluas, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk menerapkan social distancingatau pembatasan sosial (alodokter.com, 2020).
  • Black Pink masuk daftar ‘Time 100 Next’ di majalah Time (Adrian & Dinda, 2020).

Sudah tepatkah penggunaan bahasa Inggris dan berdasarkan kaidah bahasa Indonesia pada tuturan-tuturan tersebut, mari kita bahas. Tuturan (1) menunjukkan wujud campur kode pada tataran kata dasar. Kata insight merupakan kata benda dan dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada padanannya yaitu pemahaman atau wawasan, sementara kata experience pun juga yaitu pengalaman. Tuturan (2) menunjukkan wujud campur kode dalam kata berimbuhan, meN + deliver. Hal ini menjadi sebuah kejanggalan ketika terjadi penggunaan bahasa Inggris dengan kaidah imbuhan bahasa Indonesia. Sebenarnya dalam bahasa Indonesia ada padanan kata yang lebih tepat, misalnya kata menyampaikan. Tuturan (3) fungsi kata which is dalam bahasa Inggris adalah kata pengganti (relative pronoun) yang digunakan untuk mengacu subjek hewan atau benda, sebagai subjek, sebagai penjelas dipakai Bersama preposisi, dipakai untuk mengacu keseluruhan kalimat. Jadi, fungsi which dalam bahasa Inggris punya porsi masing-masing. Lagi pula kalua menggunakan which is sebagai pengganti yang mana dan di mana sebenarnya dalam bahasa Indonesia juga dinilai tidak tepat karena bentuk itu merupakan kaidah bahasa Inggris. Dari ketiga wujud tersebut dapat diberikan saran penggunaan bahasa yang lebih baik dan benar sebagai berikut.

  • “Kita bisa mendapatkan wawasan yang berharga dari pengalaman itu”.
  • “Seorang pengajar harus bisa menyampaikan isi pelajaran dengan menarik kepada para siswa”.
  • “Kalau mau sehat, kamu harus mengurangi makan gula karena gula itu mengandung banyak glukosa (Kumala, 2018).

Selanjutnya wujud kalimat (4) terdapat kata reshuffle yang merupakan istilah politik. Namun, sebenarnya ada juga padanan yang sesuai misalnya kata perombakan. Kalimat (5) dengan kata social distancing yang artinya pembatasan sosial. Sebenarnya, sudah ada arti yang lebih mudah dipahami seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang tidak semua mengerti bahasa Inggris. Kalimat (6) terdapat kata Black Pink, Time 100 Next, dan Time, yang merupakan sebuah nama dan judul yang tidak mungkin untuk diterjemahkan atau dicarikan padanan dalam bahasa Indonesia.

Terjadinya campur kode dilatarbelakangi beberapa faktor di antaranya faktor penggunaan nama, istilah khusus, atau istilah umum yang lebih tepat. Faktor-faktor tersebut tergolong keterbatasan dalam penggunaan bahasa. Namun, ada juga faktor lain seperti factor registral, situasi, dan gengsi yang menjadi kebiasaan pengguna bahasa. Jika campur kode dilakukan tanpa dasar kaidah bahasa yang tepat, akan berakibat negatif. Misalnya, kosakata dalam bahasa Indonesia yang sudah mapan dapat terancam punah karena para penutur dan generasi penerusnya tidak mengetahui kosakata yang sudah ada itu. Oleh sebab itu, sebagai bangsa yang memiliki bahasa persatuan sudah seharusnya menjaga dan menanamkan rasa bangga dan memiliki terhadap bahasa Indonesia. Mari kita semua menerapkan makna dari jargon “utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing”. Pesan terakhir dari jargon tersebut “kuasai bahasa asing!” bukannya “dikuasai bahasa asing”.

 

Daftar Pustaka

Adrian, M., & Dinda, A. (2020, Juni 26). Makin Mendunia, BLACKPINK Tak Ingin Berfokus Pada Rekor, https://20.detik.com/e-flash/20200626-200626076/makin-mendunia-blackpink-tak-ingin-berfokus-pada-rekor. Retrieved from 20.detik.com.

alodokter.com. (2020, Mei 27). Pentingnya Menerapkan Social Distancing Demi Mencegah COVID-19. Retrieved from alodokter.com: https://www.alodokter.com/pentingnya-menerapkan-social-distancing-demi-mencegah-covid-19

Kumala, A. (2018, Maret 15). Tentang Penggunaan Kata “Which is” yang Kian Merajalela: Sudah Tepatkah? Retrieved Juli 1, 2020, from mojok.co: https://mojok.co/apk/komen/versus/tentang-penggunaan-kata-which-is/

Tahoni, Y. R. (2016). Campur Kode Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Timor Express Edisi Januari 2016. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.