4 Cara Mengatasi Miskomunikasi Secara Efektif
Mengapa Miskomunikasi Sering Terjadi
Miskomunikasi adalah salah paham yang kerap terjadi saat kita melakukan interaksi atau komunikasi dengan lawan bicara. Kesalahpahaman dapat diindikasikan dari datangnya respon yang tidak sesuai dengan maksud pembicara. Miskomunikasi dapat berakibat fatal jika tidak segera diselesaikan. Fenomena ini jadi makin penting di kondisi sekarang ketika ada begitu banyak orang yang melakukan work from home. Jika tidak diatasi dengan baik, bisa jadi pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan baik dan mengganggu produktivitas pekerjaan. Dampak jangka panjangnya, perusahaan akan memiliki iklim yang tidak kondusif dan membuat staf menjadi tidak betah.
Jadi mengapa miskomunikasi sering terjadi? Mengapa ada miskomunikasi? Untuk mengetahuinya, kita perlu memahami konsep empat channel komunikasi.
Empat Channel Komunikasi yang Sering Diabaikan
1. Konten (Content)
Konten adalah informasi yang disampaikan. Bila kita menggunakan bahasa yang lugas, makna dari setiap kata-kata dapat dicerna dengan baik. Konten pesan sangatlah penting untuk dibaca atau didengarkan dengan seksama agar tidak terjadi salah paham.
2. Meta (Makna Tersembunyi)
Meta adalah arti sesungguhnya dari sebuah informasi. Terkadang orang tidak mengatakan kebenaran secara utuh atau justru berusaha menutupi kebenaran. Karena itu, kita perlu memahami bahwa di balik kata-kata yang terucap, terkadang ada arti sesungguhnya yang perlu kita interpretasikan. Meta lebih sulit untuk ditebak dan lebih baik dikonfirmasikan kepada pembicara agar kita tidak salah mengartikan mimic, gestur, atau komunikasi nonverbal orang tersebut. Misalnya ketika seseorang keberatan untuk dimintai tolong, ia bisa saja tidak langsung berkata ‘tidak mau’. Ia mungkin akan menjawab bahwa dia sibuk, sedang ingin fokus di hal lain, atau menunjukkan wajah yang enggan. Inilah yang dimaksud dengan meta.
3. Emosi (Emotion)
Dalam berkomunikasi khususnya sebagai pendengar, kita harus peka terhadap adanya emosi yang menyertai setiap kata-kata. Melihat ekspresi muka dan mendengarkan intonasi suara lawan bicara dapat membuat kita lebih memahami maksud orang tersebut. Contohnya ketika seseorang mengatakan bahwa dia tidak apa-apa namun wajahnya murung, berarti dia sebenarnya sedang sedih.
4. Status
Status dapat menentukan bagaimana gaya komunikasi yang akan kita pilih. Saat akan berbicara dengan bos atau orang penting, kita perlu berbicara dengan gaya formal serta menunjukkan respek. Miskomunikasi dapat terjadi ketika seseorang tidak menyadari statusnya. Bila seorang murid berbicara dengan nada tinggi kepada gurunya atau menunjukkan raut wajah tak sopan maka sang guru bisa langsung marah karena merasa murid itu kurang ajar.
Konteks sebagai Faktor Tambahan
Selain empat channel yang sudah dibahas di atas, kita juga perlu memperhatikan konteks dalam berkomunikasi. Satu pesan yang sama dapat memiliki makna berbeda dalam konteks yang berbeda. Misalnya dalam konteks hubungan interpersonal antara dua kawan karib, kalimat, “Besok malam minggu ke rumahku ya” tidak memiliki makna apa-apa selain ajakan biasa. Namun bayangkan bila hal ini dikatakan oleh seorang bos pria pada sekretaris perempuannya. Konteks yang berbeda membuat dua kalimat ini memiliki arti yang sama sekali tak sama.
Penjelasan tadi menunjukkan bahwa miskomunikasi adalah hal yang sangat mungkin terjadi ketika kita tidak menyadari keempat channel komunikasi tadi. Sebagian besar orang hanya fokus pada channel konten saja tanpa mempertimbangkan tiga channel lainnya. Contohnya, orang terkadang membaca atau mendengarkan konten tanpa melihat bagaimana meta dan emosi lawan bicaranya. Hal ini sangat rentan menimbulkan miskomunikasi.
Baca juga: Komunikasi: Pengertian, Jenis, Tujuan, dan Etika Berkomunikasi
Cara Mengatasi Miskomunikasi Secara Efektif
1. Minta Umpan Balik (Feedback)
Mintalah feedback dari lawan bicara untuk memastikan apa yang kita katakan telah ia terima dengan benar. Kita bisa juga meminta mereka mengulangi perkataan kita karena hal ini dapat membuat mereka memproses pesan dengan lebih mendalam.
2. Komunikasikan Maksud dengan Jelas
Komunikasikan maksud dan tujuan secara jelas. Lebih baik komunikasikan informasi secara langsung dan to the point agar lebih mudah dipahami. Banyak orang yang masih sering berbicara ‘ke mana-mana’ atau melebar ke topik-topik lain yang tidak penting sehingga pendengar akhirnya malah kebingungan karena tak tahu ujung-pangkalnya.
3. Perhatikan Semua Channel Komunikasi
Dalam posisi penerima informasi, kita harus memahami pesan yang disampaikan dengan memperhatikan keempat channel yang sudah dibahas. Selalu perhatikan lawan bicara dengan seksama agar kita bisa mengetahui apa meta dari pesan yang mereka sampaikan. Bila kita menggunakan media perantara seperti aplikasi chatting, coba perhatikan emoji yang dipakai. Bisa juga kita menelepon lawan bicara tersebut apabila perlu melakukan klarifikasi satu hal yang penting.
4. Jangan Ragu untuk Bertanya
Terakhir, jangan pernah ragu atau malu untuk bertanya bila ada hal yang terasa mengganjal. Dalam komunikasi idealnya semua pihak bersikap aktif sehingga pembicaraan bersifat interaktif. Bila hanya ada satu orang yang terus berbicara dan pihak satunya tidak memberi respon maka miskomunikasi dapat sangat mudah terjadi.
Kesimpulan
Miskomunikasi bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Penyebab utamanya sering kali karena kurangnya kesadaran terhadap empat channel komunikasi yang terdiri dari konten, meta, emosi, dan status. Untuk mengatasinya, setiap individu harus belajar menjadi komunikator dan pendengar yang aktif. Gunakan feedback, sampaikan pesan secara jelas, dan pahami konteks setiap interaksi. Dengan cara ini, komunikasi bisa berjalan lebih efektif, hubungan kerja menjadi harmonis, dan miskomunikasi dapat diminimalkan.
Penulis: Raihan Amalia Yasmin (Binusian Communications 2021)
Editor: Lila Nathania, S.I.Kom., M.Litt.

Comments :