FENOMENA KILIR LIDAH PADA DISKUSI SISWA KELAS 5 SDN PURWANTORO IV MALANG
Tuturan terjadi akibat gerakan alat ucap yang berkontraksi di sekitar mulut. Akan tetapi, ketika bertututur seseorang acapkali melakukan kesalahan yang disebut dengan kilir lidah (slip of the tongue). Kilir lidah bisa dikarenakan kekeliruan seleksi dan kekeliruan asembling. Menurut Soenjono (2012:147), kilir lidah disebabkan oleh dua hal, yaitu kekeliruan seleksi dan kekeliruan asembling dapat dijelaskan sebagai berikut. Kekeliruan seleksi terjadi karena tiga kekeliruan, yaitu kekeliruan pemilihan bentuk semantik, malapropism dan kata-kata yang dicampur (blends). Berdasarkan data yang terkumpul, kekeliruan yang terjadi pada fenomena kilir lidah pada siswa kelas 5 SDN Purwantoro 4 Malang tergolong kekeliruan asembling. Sebelum masuk ke dalam analisis data, berikut penjelasan lebih rinci tentang kekeliruan asembling.
Kekeliruan Asembling
Kekeliruan asembling adalah bentuk kekeliruan karena pemilihan kata yang sudah benar hanya asemblingnya yang salah. Terdapat tiga macam kekeliruan yang terjadi pada asembling.
Pertama, kekeliruan transposisi. Pada kekeliruan jenis ini, seseorang memindahkan kata atau bunyi dari suatu posisi ke posisi yang lain. Contohnya adalah I caked my bake. Kata kedua sebenarnya adalah baked sedangkan kata keempat adalah cake. Pada kekeliruan transposisi, seseorang menukar tempat /b/ dengan /k/ sehingga terjadi kekeliruan pada kalimat I caked my bake. Kasus transposisi yang terkenal dinamakan spoonerism. Kata itu berasal dari pendeta Inggris yang bernama William Spooner yang banyak menukar tempat bunyi sehingga terdengar aneh.
Kedua, kekeliruan antisipasi. Kekeliruan ini terjadi karena penutur mengantisipasi kata berikutnya sehingga penutur salah menyebutkan bunyi yang seharusnya. Contohnya adalah seruling bambu à seluling bambu.
Ketiga, preservasi. Kekeliruan jenis ini berkebalikan dengan antisipasi. Kalau kekeliruan pada antisipasi terletak di depan, maka pada preservasi kekeliruan terletak di belakang. Contohnya adalah pulled a tantrum à tantrum a pulled.
Unit-unit Pada Kilir Lidah
Kilir lidah berarti pembicara melakukan kesalahan dalam berujar karena lidahnya “terkilir” sehingga kata-kata yag diproduksi bukanlah kata-kata yang ia maksudkan. Kilir lidah tersebut terjadi karena unit yang terkilir bermacam-macam. Menurut Clark dan Clark (1977:280), unit-unit penyebab terjadinya kilir lidah adalah fitur distingtif, segmen fonetik, sukukata maupun kata, dan konstituen yang lebih besar dari kata. Berikut akan dijelaskan tentang masing-masing unit.
Pertama, kekeliruan fitur distingtif. Kilir lidah akibat kekeliruan distingtif apabila yang terkilir bukan fonem melainkan hanya fitur distingtifnya saja. Sebagai contoh Paris menjadi Baris.
Kedua, kekeliruan segmen fonetik. Kekeliruan yang lebih umum adalah kekeliruan yang jumlah fiturnya lebih dari satu. Contohnya adalah with this ring I thee wed menjadi with this wing I thee red. Bunyi /r/ pada ring mempunyai titik artikulasi dan cara artikulasi yang berbeda dengan /w/ pada wing. Kekeliruan segmen fonetik terjadi apabila dua fonem tertukar tempat.
Ketiga, kekeliruan sukukata. Kekeliruan juga terjadi pada sukukata. Biasanya yang tertukar adalah konsonan pertama dari suatu suku dengan konsonan pertama dari suatu suku suku lain. Contohnya harp-si-cord menjadi carp-si-hod. Contoh yang lain a-ni-mal menjadi a-mi-nal.
Keempat, kekeliruan kata. Kekeliruan ini terjadi apabila kata yang tertukar. Contohnya adalah tank of gas menjadi gas of tank. Kesalahan tersebut kadang disadari dan tidak disadari oleh pembicara. Jika pembicara menyadarinya, maka mereka akan segera mengoreksinya. Akan tetapi, jika mereka tidak menyadarinya maka mereka akan membiarkannya begitu saja.
Data dan Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah tindak tutur pada siswa kelas 5 SDN Purwantoro 4 Malang. Wujud datanya berupa data verbal yang dilihat dari fenomena kilir lidah serta unit penyebab kilir lidah yang terjadi pada siswa kelas 5 pada saat melaksanakan diskusi pelajaran agama Islam. Data diperoleh dari tindak tutur selama diskusi berlangsung. Data-data tersebut dipilih berdasarkan tujuan peneliti, yaitu untuk mengetahui fenomena kilir lidah dan unit penyebabanya. Data-data tersebut ditranskrip oleh peneliti untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Setelah selesai dianalisis, peneliti dapat menguak fenomena kilir lidah pada anak usia SD kelas 5 serta unit-unit kilir lidah yang menjadi penyebabnya.
Hasil Analisis
Berikut penggalan diskusi yang menunjukkan fenomena kilir lidah pada
siswa kelas 5 SD Purwantoro 4 Malang.
Penggalan Percakapan 1
Bu Wati: “5, Jasmine!”(1)
Jasmine: “Burung yang mengantar surat adalah burung Huhud.”(2)
Bu Wati: “Burung Hudhud (membenarkan pengucapan Jasmine).”(3)
Berdasarkan percakapan no (2), tampak bahwa Jasmine mengalami kilir lidah. Kilir lidah yang dilakukan oleh Jasmine akibat dari kesalahan asembling. Pilihan katanya sudah tepat, tetapi asemblingnya yang salah. Kesalahan asembling yang dilakukan Jasmine masuk ke dalam jenis kesalahan antisipasi. Kata yang seharusnya “burung hudhud” menjadi “burung huhud”. Kekeliruan antisipasi terjadi akibat Jasmine mengantisipasi huruf selanjutnya sehingga terjadi kesilapan pada kata sebelumnya yang seharusnya diucapkan.
Unit penyebab terjadinya kesalahan tersebut disebabkan karena kekeliruan suku kata. Jika biasanya yang tertukar adalah konsonan pertama dari suatu suku dengan konsonan pertama dari suatu suku kata lain, misalnya ke-pa-la menjadi ke-la-pa atau sebaliknya. Hal yang berbeda terjadi pada tuturan nomer (2). Pada kasus yang ada pada tuturan nomer (2), huhud memiliki dua suku kata, yaitu hu-hud. Begitu pula dengan hudhud yang juga mempunyai dua suku kata, yaitu hud-hud. Tidak ada konsonan yang tertukar, tetapi konsonan suku kata pertama yang dihilangkan yang mengakibatkan kesalahan. Penghilangan tersebut karena konsonan pertama dan kedua bunyinya sama sehingga kesalahan pun terjadi, kata yang seharusnya hudhud menjadi huhud.
Penggalan Percakapan 2
Bu Wati: “Nomer 5!” (4)
Clarisa: “Khadir mengambil singsana.”(5)
Murid yang lain: “Singgasana!!!” (murid yang lain mengoreksi)(6)
Berdasarkan percakapan nomor (5), tampak bahwa Clarisa mengalami kilir lidah. Sama seperti kesalahan yang terjadi pada percakapan 1. Pada percakapan 2, Clarisa mengalami kesalahan asembling. Kesalahan asembling yang dilakukan karena tergolong kesalahan antisipasi. Clarisa sudah memilih kata yang benar, tetapi antisipasinya ke suku kata selanjutnya membuatnya menghilangkan satu suku kata, yang seharusnya sing-ga-sa–na menjadi sing-sa-na. Unit yang terkilir terjadi pada sukukata sehingga mengakibatkan hilangnya satu suku kata. Kata yang seharusnya terdiri dari empat kata berubah menjadi tiga suku kata akibat kesalahan antisipasi.
Penggalan Percakapan 3
Rifqy: “……terletak di Yerusalim”.(7)
Siswa lain: “Terletak di Yerusalem”.(8)Kesalahan yang terjadi pada percakapan 3 sama halnya dengan kesalahan yang ada pada penggalan percakapan 1 dan 2, yaitu kesalahan asembling. Penggunaan katanya sudah sesuai, tetapi asemblingnya yang masih salah. Unit yang mengalami kilir lidah pada ujaran Rifqy tergolong kekeliruan fitur distingtif. Kekeliruan distingtif terjadi apabila yang terkilir bukannya suatu fonem, tetapi hanya fitur distingtif dari fonem itu saja. Kata yang seharusnya Yerusalem menjadi Yerusalim.Jika dihubungkan dengan sistem ejaan bahasa Jawa, maka huruf e dibaca i, begitu pula sebaliknya huruf i dibaca e. Latar belakang budaya siswa yang merupakan masyarakat Jawa, maka kekeliruan fitur Yerusalem menjadi Yerusalim adalah hal yang lumrah. Jika dihubungkan dengan fonologi, bunyi i dan e adalah bunyi yang hampir mirip sehingga lidah mereka terkilr dengan mengucapkan bunyi yang hampir sama tersebut.
DAFTAR RUJUKAN:
Clark, Herbert. H dan Clark, Eve V. 1977. Psychology and Language An
Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace and Jovanovich, Inc.
Soenjono, D. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Comments :