Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat media juga semakin beragam. Perkembangannya menjadikan kebutuhan kitapun semakin beragam, jika dulu kita bertukar informasi dengan surat, sekarang muncul telepon genggam, media sosial, yang pada era sekarang semua orang menjadi butuh akan alat tersebut. Mediamorphosis adalah transformasi media komunikasi, biasanya sebagai akibat dari interplay rumit dari kebutuhan-kebutuhan yang dibayangkan, tekanan-tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi-inovasi sosial dan teknologis. Istilah ini pertama kali ditemukan oleh Roger Fidler dan dijadikan sebuah artikel koran yang berjudul Mediamorphosis: Understanding New Media. Artikel tersebut bercerita tentang perubahan teknologis dalam sistem komunikasi manusia dan bisnis-bisnis media sekarang ini.

Sebagian analis media meramalkan bahwa media televisi akan segera mengalami nasib seperti radio. Bahkan konsep tentang saluran-saluran yang terpisah nampaknya akan segera menjadi usang. Dalam beberapa tahun kedepan, penonton akan bisa dengan mudah mengumpulkan program-program yang ingin mereka tonton, pada waktu yang mereka kehendaki, tanpa harus mengarungi (surfing) saluran-saluran atau belajar mensetting program VCR mereka.

Kemunculan bentuk media baru ini tentu akan menimbulkan ketegangan persaingan di antara perusahaan media dalam mendapatkan perhatian dari khalayak. Untuk itu media pun berusaha dengan segala macam cara agar mereka tidak kehilangan pemirsanya dengan cara yaitu memprogram (dalam hal ini berarti mendesain) tayangan mereka. Para perusahaan media televisipun mendesain tayangan mereka agar sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan impian para pemirsanya akan program televisi yang mereka tonton. Di Indonesia media saluran televisi berjumlah 150 channel yang terdiri dari channel tv daerah dan tv nasional. Semua saluran tersebut mempunyai citranya masing-masing, MetroTV terkenal akan beritanya yang akurat, TransTV dikenal sebagai saluran entertainmen yang fresh, TVRI dikenal sebagai saluran tv tua yang hanya pantas ditonton oleh orang-orang tua. Secara tidak sadar media televisi telah menyuntikkan persepsi-persepsi baru pada audience yang mengkaitkan antara saluran televisi yang ditonton dengan gaya hidup pemirsanya. Sehingga muncul anggapan bahwa orang yang merupakan pemirsa MetroTV adalah orang terpelajar, pemirsa TransTV adalah kaum metropolitan yang haus hiburan, dan pemirsa TVRI adalah orang-orang kuno dan tidak berkembang.

REFERENSI

Burton, Graeme. Yang Tersembunyi Dibalik Media, Yogyakarta & Bandung, Jalasutra, 2008.

Davis, Howard. Bahasa, Citra, Media, Yogyakarta, Jalasutra, 2010

Fidler, Roger. Mediamorfosis : Memahami Media Baru, Yogyakarta, Bentang Budaya, 2003

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010

http://arenakal.wordpress.com/catatan-kampus/sejarah-desain/ (diakses 22 Oktober 2013, 20.30 WIB (GMT+7)