Data Verbal Film:

Judul                        : Daun Diatas Bantal

Tema film                 : Based on True Story / Drama

Tahun Pembuatan   : 1998 oleh Christine Hakim Film

Produser                  : Christine Hakim

Penulis                     : Aramantono dan Garin Nugroho

Penghargaan           : Asia-Pasific Film Festival – 1998- Best Actress – Christine Hakim

                                   Asia-Pasific Film Festival – 1998 – Best Film

                                   Award Best Asian Feature Film – Garin Nugroho

                                   Tokyo International Film Festival – 1998 – Special Jury Price – Garin Nugroho

 

Sinopsis Film

Daun di Atas Bantal adalah sebuah film Indonesia tahun 1998 yang disutradarai Garin Nugroho, tentang seorang ibu yang bernama Asih (Christine Hakim) beserta tiga orang anaknya Heru, Sugeng, dan Kancil yang tinggal di jalanan kota Yogyakarta. Dalam film ini dikisahkan kehidupan Heru, Sugeng dan Kancil sebagai anak jalanan dan ibu angkat mereka yang bernama Asih. Mereka hidup miskin di tempat yang kumuh. Diawal cerita, film ini menggambarkan kehidupan anak jalanan dengan menampilkan kegiatan yang sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh anak seusia mereka, seperti merokok, menindik tubuh, mengintip orang mandi, menghisap lem, dan minum minuman keras buatan mereka sendiri.

Heru, Sugeng, dan Kancil yang merupakan anak jalanan memiliki kegiatan yang jauh berbeda dengan masyarkat pada umumnya. Mereka mengais rejeki dengan menjadi tukang semir sepatu dan pengamen. Meskipun berada dalam posisi serba kesulitan Asih, ibu angkat mereka yang bekerja serabutan selalu mengajarkan mereka untuk tidak mencuri, merampok dan melakukan tindak kriminal lainnya. Keadaan anak jalanan yang tidak terdaftar sebagai penduduk ini dimanfaatkan oleh mafia asuransi yang  ingin mendapatkan keuntungan dengan cara memberikan identitas palsu kepada anak jalanan kemudian membunuhnya.

Makna Signifier dan Signified Adegan dalam Film “Daun diatas Bantal”

Sebuah karya film pasti memiliki pesan yang ingin disampaikan. Pesan tersebut tersirat dalam adegan-adegan dalam film tersebut. Begitu juga dengan film “Daun Diatas Bantal” ini juga memiliki pesan. Dalam membedah pesan yang ada dalam film, saya menggunakan metode analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Menurut Saussure sebuah tanda memiliki 2 makna yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified).

Penanda (signifier) adalah tanda yang dapat dilihat oleh mata, terlihat bentuk wujud/fisiknnya sedangkan petanda (signified) adalah makna yang terkandung dlam pesan yang memiliki konsep, fungsi, dan nilai yang terkandung didalam tanda tersebut. Contohnya seorang warga asing yang melihat sebuah kain yang berwarna merah dan putih (signifier) tidak akan ‘membaca tanda’ tersebut sebagai bendera, berbeda dengan rakyat Indonesia yang melihat kain merah dan putih maka dia akan langsung ‘membaca tanda’ tersebut sebagai bendera bangsa Indonesia (signifier). Hal ini terjadi karena rakyat Indonesia sudah memiliki konsep dalam pikiran mereka.