Ludruk Surabaya dan Sejarahnya

Surabaya dan kesenian ludruk seakan tidak dapat dipisahkan. Ludruk memang seakan sudah menjadi ciri khas sebuah kesenian asal Jawa Timur ini. Ludruk merupakan seni pertunjukan teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan bersumber apa yang terjadi di tengah-tengah kehidupan rakyat. Tentunya jika di Surabaya maka ludruk disampaikan dengan bahasa khas Suroboyoan, diiringi gamelan, tari ngremo, parikan, kidungan dan dagelan  yang benar-benar menghibur dan membuat penonton terbahak-bahak mesikpun ada kalanya juga diselingi oleh kritik-kritik sosial. Karena disampaikan dengan bahasa sehari-hari dan mengangkat tema yang ringan sehingga ludruk merupakan kesenian yang sangat merakyat dan bisa diterima oleh semua kalangan pada jamannya.

Kesenian Ludruk.

Ludruk sendiri bukan merupakan kesenian asli dari Surabaya namun Ludruk dan Surabaya seakan tidak terpisahkan. Darimana asal muasal ludruk pun hingga saat ini masih belum jelas. Namun menurut sebuah artikel dari www.kompasiana.com yang menyatakan bahwa Menurut Hendricus Supriyanto, dosen Universitas Negeri Surabaya dan juga peniliti ludruk, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907 oleh Pak Santik dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Diwek adalah kampung kelahiran Asmuni anggota Srimulat, dan Kholik pelawak anggota Depot Jamu Kirun. Awalnya, ludruk dimulai dari kesenian ngamen yang berisi syair-syair dan iringan musik sederhana, Pak Santik berteman dengan Pak Pono dan Pak Amir berkeliling dari desa ke desa. Pak Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata “Wong Lorek”. Dari sinilah penonton melahirkan kata “Wong Lorek”. Akibat variasi dalam bahasa, maka kata “Lorek” berubah menjadi kata “Lerok” [1]. Kesenian yang berasal dari ngamen tersebut ternyata mendapat sambutan dari penonton sehingga kemudian ludruk berkembang menjadi sebuah pementasan untuk acara pesta pernikahan dan pesta rakyat.

Seiring dengan perkembangannya dari masa ke masa maka perjalanan ludruk dapat dikategorikan dalam beberapa periode diantaranya:

1. Periode Lerok Besud (1920-1930)

Periode ini merupakan asal muasal dari kesenian ludruk yang bermula dari kesenian mengamen di Kecamatan Diwek, Jombang  dan berkembang menjadi pementasan kesenian dalam acara-acara rakyat.

2. Periode Lerok dan Ludruk (1930-1945)

Pada periode ini kesenian ludruk telah tumbuh subur di Jawa dan seiring dengan masa perjuangan meraih kemerdekaan saat itu maka di tahun 1933 berdiri Ludruk Oraganizatie atau LO oleh Cak Durasim yang mana dalam pementasannya sering mengkritik pemerintaan Belanda atau Jepang. Selain sebagai hiburan pada masa ini kesenian ludruk juga berfungsi sebagai alat penyampaian pesan persiapan kemerdekaan hingga ditangkapnya Cak Durasim karena memunculkan kidungan jula juli yang menjadi legenda di seluruh grup ludruk Indonesia.

Patung Cak Durasim di Gedung Cak Durasim, Surabaya.

3. Periode Ludruk Kemerdekaan (1945-1965)

Pada periode ini atau periode pasca kemerdekaan, selain sebagai hiburan ludruk juga berfungsi sebagai alat propaganda pemerintah untuk mengkampanyekan pembangunan. Pada masa ini juga terdapat dua grup ludruk yang sangat popular yaitu Ludruk Marhaen milik Partai Komunis Indonesia dan Ludruk Tresna Enggal. Melalui ludruk PKI saat itu mencoba merangkul rakyat dan  sebagai alat untuk menggalng masa karena ludruk merupakan kesenian yang sangat merakyat.

4. Periode Ludruk Pasca G30S PKI (1965)

Periode ini merupakan titik awal meredupnya ludruk sebagai sebuah seni pertunjukan bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan imbas dari peristiwa G30S PKI karena ludruk juga dipegunaka sebagai alat propaganda oleh PKI sehingga ludruk yang berafiliasi dengan PKI dilebur dan dibina kembali oleh ABRI. Hingga tahun 1975 ludruk-ludruk di daerah-darah di Jawa Timur dibina oleh ABRI namun setelah itu grup-grup ludruk menjadi grup kesenian yang berdiri sendiri dan perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat.

 

Daftar Pustaka

[1] http://www.kompasiana.com/cakpattomadeozawa/sejarah-ludruk-jawa-timur_54f711e2a33311612c8b46ae