By: Dr. Kukuh Lukiyanto, S.T.,M.M.,M.T.

 

Berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia memberikan banyak pengalaman menarik tentang banyak hal. Salah satu yang menarik adalah tentang perbedaan kinerja dari karyawan. Tanpa bermaksud merendahkan satu diantara yang lain, setiap karyawan yang dipindahkan dari Jawa selalu ke luar jawa selalu mengeluh kinerja orang lain ditempat yang baru kurang memuaskan bagi mereka. Bahkan sering mereka menganggap kinerja teman-teman baru atau staff baru mereka tidak seperti sebelumnya.

 

Benarkah demikian, atau itu hanya perasaan mereka karena berada di lingkungan yang berbeda? Inilah yang sering terjadi, anggapan kinerja orang didaerah tertentu lebih rendah tidak bisa sepenuhnya dibenarkan. Bisa jadi karena perbedaan budaya saja yang menjadikan penilaian negatif bagi orang lain. Jadi kita harus berusaha memahami ofang lain secara utuh supaya kita bisa menilai dengan benar. Jangan menilai berdasarkan ukuran kita dan hanya mengikuti perasaan.

 

Penilaian rendahnya kinerja orang lain bisa jadi hanya karena dasar penilaian yang mnggunakan standar berbeda. Contohnya: Raja Jawa jaman dahulu hanya dengan “berdehem” (batuk kecil), semua punggawa tahu ada suatu kesalahan yang membuat raja tidak berkenan. Di perusahaan pun sekarang mungkin masih berlaku, yang di daerah tertentu ketika atasan berbicara dengan keras maka para bawahannya sudah mengerti kalau mereka berbuat kesalahan. Tetapi di daerah lain berbicara keras satu dengan yang lain adalah hal biasa.

 

Oleh sebab itu janganlah mengukur baik buruk kinerja hanya berdasarkan kebiasaan kita sendiri. Sebaiknya dibuat suatu acuan tertulis tantang ukuran penilaian itu. Dengan adanya ukuran tertulis maka dimanapun dan oleh siapaun penilaian kinerja bisa disamakan. Tidak ada lagi orang dari daerah ini lebih baik dari yang lain. Standardisasi menjadikan kayawan memiliki acuan baku untuk menilai kinerja mereka sendiri atau orang lain.

 

Salam Sukses