Ancaman Biosekuriti dan Penggunaan Kecerdasan Buatan

By : Elizabeth Paskahlia Gunawan, S.Kom., M.Cs.

 

Hewan dapat membawa berbagai macam penyakit seperti influenza, cryptosporidium, salmonella bahkan berbagai mikoorganisme lainnya yang dapat menyebar dengan cepat dan sewaktu-waktu dapat berpindah ke manusia. Meskipun demikian, hal ini dapat ditangani dengan melakukan biosekuriti yang merupakan strategi dan pendekatan terintegrasi untuk menganalisis dan mengelola ancaman bahaya atau risiko terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, serta risiko yang berhubungan dengan lingkungan. Salah satu yang dapat dilakukan sebagai tindakan biosekuriti adalah mencuci tangan dengan benar.

Seiring meningkatnya populasi penduduk dunia, melesatnya arus imigrasi, emigrasi serta perubahan iklim, risiko munculnya wabah penyakit infeksi baru (New Emerging Infectious Disease) di dunia pun meningkat. Peningkatan ancaman keamanan kesehatan global menjadi ancaman serius bagi sistem kesehatan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, berbagai hal dilakukan untuk menangani hal tersebut.

Setelah berbagai pendekatan dilakukan dalam upaya mengatasi ancaman biosekuriti tersebut, kecerdasan buatan yang kerap diusung oleh teknologi kekinian pun akhirnya mendapat giliran unjuk kebolehan. Para ilmuwan telah mencoba penggunaan kecerdasan buatan untuk melindungi Australia dari beberapa pestisida dan berbagai penyakit. Agar dapat menghemat waktu dan uang, mereka menggunakan kecerdasan buatan dalam mengidentifikasi tanaman, hewan vertebrata, dan serangga sebagai pertimbangan terhadap tindakan biosekuriti yang dilakukan.

Profesor Simon McKirdy, direktur Harry Butler Institute, mengatakan bahwa perangkat lunak kecerdasan buatan dapat menghemat ribuan jam kerja dengan mengidentifikasi risiko biosekuriti dalam hitungan detik. Beliau menambahkan bahwa kecerdasan buatan saat ini telah sampai pada titik dimana itu sangat cepat dan sangat akurat sehingga kecerdasan buatan dapat menjadi triage tool yang sangat efektif bagi para ilmuwan dalam menyaring sampel di lapangan dan di laboratorium.

Selain itu, Profesor McKirdy mengatakan bahwa kecerdasan buatan dapat mengidentifikasi hal-hal yang tidak terlihat dengan kasat mata. Hal itu dimulai dari proses pengenalan wajah dan menerapkannya pada organisme lain, baik itu tikus, tokek maupun serangga. Kemudian, dilanjutkan dengan identifikasi ciri-ciri khusus dari hewan dan tumbuhan yang berbeda.

Referensi=

https://u.osu.edu/extensiongreene/tag/biosecurity/

http://www.who.int/foodsafety/fs_management/No_01_Biosecurity_Mar10_en.pdf

http://www.depkes.go.id/article/view/18110700001/laboratorium-di-indonesia-jadi-garda-terdepan-untuk-keselamatan-hayati-biosecurity-dan-keamanan-haya.html

https://www.abc.net.au/news/2018-11-23/artificial-intelligence-new-defence-against-biosecurity-threats/10519842