Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin kuat dan luas dalam satu decade terakhir ini, diseluruh dunia, bahkan di Indonesia. Signifikasi semiotika tidak saja sebagai ‘metode kajian’ atau decoding, akan tetapi juga sebagai ‘metode penciptaan’ atau encoding. Sebagai salah satu metode kajian, semiotika menunjukkan kekuatannya dalam berbagai bidang, mulai dari antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, kajian media hingga bidang kultural. Kekuatan semiotika ini banyak berpengaruh terhadap bidang senirupa, seni film, desain produk, arsitektur, dan tentu saja desain komunikasi visual.

Sebagai sebuah disiplin keilmuan, yaitu ’ilmu tentang tanda’ semiotika tentunya juga mempunyai sistem, prinsip, aturan dan prosedur – prosedur yang khusus dan baku. Akan tetapi, kata ‘ilmu’ dalam ‘ilmu tanda’ tidak seperti ilmu yang lainnya, misalnya ilmu alam (science), yang biasanya identik dengan kepastian dan sesuatu yang terukur. Pada ilmu alam, pengetahuan ‘obyektif’ yang dihasilkan adalah sebuah ‘kebenaran tunggal’, sedangkan ilmu tanda atau semiotika bukanlah ilmu yang mengajarkan sebuah kebenaran tunggal atau ketunggalan obyektivitas. Pengetahuan obyektif dalam semiotika dibangun melalui pengetahuan dan pengalaman individu sehingga lebih terbuka pada berbagai macam interpretasi. Karena, interpretasi ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang tiap individu, Pendidikan, linkungan, dan pengalaman yang pernah dia alami.

Semiotika mengajarkan tentang ‘makna jamak’ (polysemy) sebagai prinsip dasar dalam semiotika, dan prinsip ini juga berlaku untuk definisi ilmu semiotika itu sendiri. Semiotika dengan demikian, adalah sebuah ranah keilmuan yang jauh lebih ‘dinamis’, ‘lentur’, dan ‘terbuka’ bagi berbagai bentuk pembacaan dan interpretasi, bukan sebuah ‘benteng kebenaran’ yang diluar benteng itu semua adalah ‘musuh kebenaran’. Semiotika pada kenyataannya adalah ilmu yang terbuka bagi berbagai interpretasi. Dan kita tahu bahwa logika ‘interpretasi’ bukanlah logika matematika, yang hanya mengenal kategori ‘benar’ atau ‘salah’. Logika semiotika adalah logika yang mana interpretasi tidak diukur berdasarkan benar atau salah, melainkan derajat kelogisannya, maksudnya interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lainnya. Dan pluralitas interpretasi dalam semiotika merupakan cerminan dari ‘kedewasaan intelektual’.