Memasuki masa kampanye pemilihan presiden tahun 2019, Indonesia dihadapkan pada babak baru penentuan masa depan seluruh warga negara untuk lima tahun mendatang. Beragam bentuk kampanye pilpres dari masing-masing kubu baik Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandi sudah mulai dilakukan. Seperti salah satunya adalah iklan bertemakan kaleng Khong Ghuan dari Jokowi-Ma’ruf, yang viral di kalangan netizen baru-baru ini.

Artikel ini ditulis bukan untuk membela salah satu pasangan calon. Tetapi untuk menyoroti perubahan iklan kampanye politik yang akhir-akhir ini mulai bergeser menyentuh terutama generasi milenial, yang termasuk dalam kategori pemilih pemula. Sebelum iklan Khong Ghuan Jokowi-Ma’ruf diluncurkan, sudah ada iklan kampanye pilgub Jawa Timur dari Gus Ipul yang lebih dulu viral di media sosial dan menjadi bahan perbincangan oleh netizen.

Iklan kampanye Gus Ipul memparodikan film Dilan 1990 dan Wiro Sableng. Dilan digambarkan telah bertransformasi menjadi Wiro Sableng dan Milea diplesetkan menjadi Milenasari. Rayuan Wiro Sableng ditolak oleh Milenasari yang menganggap dirinya hanya seorang gadis dusun, sehingga tidak pantas untuk bersanding dengannya. Bagi Milenasari, seorang pendekar darah biru seperti Wiro Sableng bahkan pantas untuk menjadi gubernur Jawa Timur. Iklan diakhiri dengan tagline dari film Dilan 1990 yang fenomenal namun tentu saja tidak lupa akan pesan politik dari sang pasangan calon, yaitu “Tugas gubernur itu kompleks, biar Gus Ipul saja.”. Meskipun Gus Ipul tidak berhasil memenangkan pilgup Jatim, iklan tersebut tetap menuai respon positif dan pujian dari para netizen dan selebriti tanah air.

Kembali ke iklan Khong Ghuan Jokowi-Ma’ruf, masyarakat mengetahui bahwa keluarga dalam kaleng Khong Ghuan hanya terdiri dari sosok ibu, anak laki-laki dan perempuan. Keberadaan sang bapak yang ‘hilang’ atau masih menjadi misteri ini seringkali menjadi bahan guyonan oleh netizen, bahkan sampai muncul beragam meme lucu yang beredar di dunia maya. Seperti halnya iklan pilgub Jatim Gus Ipul, tim sukses Jokowi-Ma’ruf berhasil menangkap fenomena yang terkesan receh ini namun mengena di hati netizen, kemudian mengemasnya menjadi sebuah iklan kampanye politik yang kreatif dan menarik.

Adegan dalam iklan dimulai dengan anak laki-laki dan perempuan yang bermuram-durja di meja makan. Mareka malu oleh netizen yang mempertanyakan keberadaan sang bapak yang tidak pernah kelihatan, padahal mereka selalu makan enak. Akhirnya sang ibu berkata kalau sesungguhnya bapak mereka tidak pernah kelihatan karena sibuk bekerja. Diikuti dengan penjelasan mengenai prestasi pemerintah yang berhasil menekan angka pengangguran dan kemiskinan. Selama ini sang ibu tidak pernah memberitahu anak-anaknya karena takut dibilang kampanye. Sebagai petahana, Jokowi memiliki kelebihan untuk dapat menunjukkan prestasi yang sudah dilakukannya kepada masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung, sang ibu telah mengungkapkan bahwa sosok bapak yang hilang dalam kaleng Khong Ghuan itu adalah Jokowi yang terkenal dengan slogannya yaitu kerja, kerja, dan kerja. Adegan ditutup dengan dukungan dari anak lelaki dan perempuan yang mengatakan kalau sang ibu tidak perlu takut lagi dibilang kampanye, karena ia telah mengatakan yang sebenarnya. Dialog dalam iklan ini menggunakan dubbing dan gaya ala-ala sinetron sehingga netizen pun menjadi gemas dibuatnya.

Keberadaan iklan Khong Ghuan dari pasangan Jokowi-Ma’ruf dapat dikatakan telah membawa angin segar bagi masyarakat Indonesia. Iklan kampanye politik tidak lagi monoton dan bersifat hard selling, seperti hanya memajang sosok pasangan calon dengan janji-janjinya. Namun juga bisa dilakukan dengan pendekatan soft selling, yang memiliki value yang menyentuh kehidupan masyarakat sehari-hari. Tema yang diambil bisa beragam, tidak harus bernilai sosial. Bahkan tema yang sederhana atau terlihat tidak penting sekalipun juga bisa diangkat menjadi sesuatu yang kreatif. Justru iklan-iklan semacam ini yang malah biasanya lebih bisa diterima dan menimbulkan efek viral di masyarakat.

Dari iklan Khong Ghuan Jokowi-Ma’ruf ini kita belajar bahwa iklan kampanye politik tidak perlu selalu berisi hal-hal negatif atau menyindir pasangan calon lain. Namun dapat juga diisi dengan berita positif yang dikemas secara kreatif. Masyarakat kini sudah terlampau lelah dengan iklan kampanye politik yang penuh dengan berita hoax, ujaran kebencian, atau fanatisme yang berlebihan. Terlepas dari siapa akan memenangkan pertarungan pilpres pada tahun 2019 nanti, kita berharap bahwa akan semakin banyak iklan-iklan kampanye kreatif bermunculan yang membawa pesan positif sehingga dapat meningkatkan optimisme bangsa terhadap kemajuan negara Indonesia di masa yang akan datang.