Segmen Milenial merupakan target market baru yang paling menjadi sorotan bagi tidak hanya bagi para produsen dan pemilik brand yang menginginkan produk dan brand mereka diterima oleh kaum milienial, namun juga para kandidat politik yang akan bertarung dalam kontestasi Pemilu 2019. Memasuki tahun politik, saat ini para kandidat politik sudah mulai menyusun strategi yang jitu bagaimana mengambil hati kaum milenial yang dikenal sebagai generasi yang cukup kompleks. Dalam kontestasi pemilihan presiden, kepala daerah, maupun anggota legislatif para kandidat politik harus benar-benar memahami karakter milenial. Dengan memahami karakter mereka, para kandidat bisa menentukan cara-cara pendekatan yang relevan alias nyambung. Dan, setiap kandidat bisa membangun positioning sebagai sosok yang millennials friendly.

Menurut CEO dan Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali ada lima konsep yang dikenal dengan PANIC – singkatan dari Practicality, Authenticity, Novelty, Interactivity, dan Creativity. Practically berarti program yang menjadi andalan kandidat harus konkret, realistis, praktis dan dapat terukur tingkat keberhasilan karena kaum milenial lebih mudah menangkap hal yang sifatnya pasti dan mudah dipahami.

Authenticity berarti kandidat yang mampu menggerakan dengan karisma dan kekuatan karakter leadership. Dalam hal ini, kaum milenial lebih menginginkan bahwa kandidat dapat tampik se-natural mungkin tanpa pencitraan yang berlebihan, karena bagi milenial pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mau dekat bahkan tanpa jarak dengan konstituennya. Selanjutnya adalah Novelty, yaitu kandidat harus mampu menciptakan ide atau gagasan yang inovatif. Sesuatu yang bersifat inovatif dan mengandung unsur kebaruan dianggap sebagai keunggulan yang perlu ditonjolkan. Apalagi kaum milienial juga dikenal memilki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dalam banyak hal, sehingga ide-ide yang inovatif dianggap mampu menjawab rasa ‘kepo’ kaum milenial.

Konsep keempat adalah Interactivity atau konektivitas, dalam hal ini sangat jelas bahwa komunikasi dua arah yang interaktif dan horizontal menjadi ciri khas kaum milenial sehingga para kandidat diharapkan mampu membangun saluran komunikasi yang terbuka. Penggunaan sosial media juga menjadi keharusan saat ini bagi para kandidat jika ingin lebih dekat dengan kaum milenial. Konsep terakhir adalah Creativity, tentu jelas bahwa generasi milenial merupakan gnerasi kreatif sehingga mereka juga mendambakan sosok leader yang kreatif pula. Strategi dan program yang diangkat sebisa mungkin berawal dari ide yang out of the box dan mampu diimplementasikan dengan cara yang unik.

Dengan prinsip tersebut diharapkan para kandidat memiliki senjata dalam mendekati segmen milenial,  tidak hanya sekedar menciptakan gagasan dan strategi secara umum dan luas, melainkan melakukan stategi yang fokus dan efektif langsung ke sasaran segmen milenial.

Referensi; www.marketeers.com/kiat-jitu-kandidat -politik