Communication Gap di Tempat Kerja
Saat ini communication gap merupakan salah satu problem yang banyak dihadapi dalam dunia profesional. Communication gap hanyalah salah satu persoalan yang lahir dalam generation gap. Generation gap merupakan istilah yang mengacu pada perbedaan antar generasi, khususnya antara anak-anak dengan orang tua mereka. Perbedaan-perbedaan itu antara lain adalah mengenai bahasa, communication style, penampilan, dan teknologi. Saat ini generation gap juga terjadi dalam lingkungan kerja, sehingga banyak perusahaan yang mulai menghadapi tantangan generation gap terutama persoalan komunikasi antar karyawan berbeda generasi. Menurut salah satu corporate communication salah satu perusahaan BUMN di Surabaya, saat ini perusahaan-perusahaan besar harus menghadapi tantangan dua atau bahkan ada yang sampai tiga generasi karyawan di bawah satu atap. Seringkali tantangan terbesar perusahaan-perusahaan macam ini adalah bagaimana agar setiap generasi mampu mengatasi masalah perbedaan cara pandang dan bekerja bersama mencapai satu tujuan yaitu visi dan misi perusahaan.
Motivator Amerika, Randy Hain menulis di Huffington Post sekitar tahun 2013 tentang communication gap di tempat kerja dan membaginya menjadi dua kubu; Baby Boomers dan Generation X versus Generation Y. Kedua kubu generasi tersebut seringkali terlibat dalam persoalan komunikasi di lingkungan kerja, karena adanya perbedaan yang sangat signifikan dalam hal karakter dan gaya komunikasi antara generasi tersebut. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah kesenjangan dalam penggunaan teknologi informasi dan literasi digital di lingkungan kerja. Perbedaan jika diabaikan akan berpotensi munculnya konflik internal dalam kantor.
Dalam komunikasi, menyamakan persepsi antar generasi dalam lingkungan kerja menjadi wajib untuk menghindari semakin besar komunikasi gap yang ada. Di sinilah masalah bermula, ketika jarak generasi memunculkan jurang pemisah kesamaan persepsi. Interaksi yang dibangun bukan lagi untuk saling memahami interpretasi, tetapi justru menggiring opini dengan banyak asumsi. Salah satu contohnya adalah karyawan senior yang berasumsi bahwa karyawan junior tidak memiliki etos kerja yang tinggi dan cenderung memilih-milih pekerjaan padahal tidak memiliki banyak pengalaman secara profesional. Sedangkan generasi milenial menilai seniornya merupakan generasi yang kaku, lambat dalam adaptasi dan tidak menyukai inovasi dalam hal apapun, juga gagap teknologi.
Communication gap dalam lingkungan kerja dapat diatasi dengan cara ikut aktif dalam memahami lingkungan sekitar, karena persoalan komunikasi tidak hanya memahami pesan yang tersurat tetapi harus mampu memahami pesan secara utuh secara konteks dan konten. Termasuk komunikasi yang melibatkan emphaty feeling kepada siapapun lawan bicara kita. Dalam perusahaan, peran jajaran chief melalui human resources dan corporate communication untuk menciptakan suasana kerja yang lebih terbuka dengan fleksibilitas kerja, memperkuat komunikasi dengan memahami perbedaan cara bekerja dari setiap generasi karyawan dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi digital akan dapat membantu mereka secara lebih baik dalam membangun komunikasi dan rasa saling percaya diantara anggota tim. Dengan mengadakan traning bersama secara berkala dengan tim maka akan dapat mendorong tingkat dialog yang lebih besar dan mengeliminasi stereotip atau asumsi-asumsi lama tentang problem generation gap.
Comments :