Mediamorfosis, Menuju Fase Baru Peradaban Manusia
Oleh: Frederik Gasa, S.IP., M.Si.
Roger Fidler, Director of New Media for Knight-Ridder Inc., oleh banyak akademisi dan praktisi komunikasi dan teknologi dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam kajian komunikasi dan teknologi modern. Pada tahun 2003, Fidler menulis buku yang berjudul Mediaphorphosis: Understanding New Media dengan bertitik tolak pada perubahan media – kovensional ke digital. Mediamorfosis adalah transformasi media komunikasi, yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi dan teknologi (Fidler, 2003).
Mediamorfosis meliputi tiga (3) babak besar diantaranya: spoken language, written language, dan digital language. Spoken language berkaitan dengan bagaimana seseorang tergabung dalam kelompok sosial tertentu, bagaimana mengasah kemampuan menyelesaikan masalah, dan berkembangnya storytelling. Written language ditandai dengan berkembangnya budaya media massa dan printed era. Kemudian digital language berkaitan dengan berkembangnya mediated communication dengan ciri kolaborasi penggunaan computer dan media digital lainnya dengan pola komunikasi manusia (Fidler, 1997).
Salah satu prinsip utama mediamorfosis adalah konvergensi. Media digital memungkinkan dan merangsang perkembangan media modern: konvergensi telekomunikasi, komunikasi data dan komunikasi massa (Baldwin, McVoy dan Steinfield, 1996). Integrasi dan diferensiasi menjadi tanda konvergensi (Jan van Dijk, 1999). Integrasi dipahami dalam dua hal: (a) kombinasi infrastruktur telekomunikasi, komunikasi data dan komunikasi massa, dan (b) kombinasi sistem tanda dan tipe data. Semua tipe integrasi ini memacu konsentrasi perusahaan media terutama pada tahun 1990-an yang berubah menjadi perusahaan media umum yang disebabkan oleh perkembangan internet. Integrasi bermuara pada jaringan masyarakat (network society), yakni kombinasi komunikasi pada level antarpersonal (mikro), organisasional (meso) dan masyarakat (makro).
Sementara diferensiasi ditandai dengan munculnya banyak media. Media lama terhubung dengan media digital melalui teknologi yang ada. Diferensiasi menyebabkan berkembangnya kelompok, tipe dan penerapan komunikasi. Maksud lain dari konvergensi media dari sisi diferensiasi adalah tumbuhnya perusahaan media independen yang kecil dan formal. Aspek ini adalah bagian dari periode inovasi yang memimpin perkembangan media baru dan munculnya struktur jaringan baru pada dan diantara organisasi. Bentuk terkahir dari diferensiasi adalah masyarakat modern merupakan proses sosial dan diferensiasi budaya yang tidak cocok dalam kesatuan lingkungan media.
Konvergensi melahirkan media platform baru – menjadi legacy mediamorfosis. Seiring dengan media sosial yang menjadi candu masyarakat modern, peradaban manusia berada pada fase baru: digitalisasi. Sedilot dalam M. Abdul Karim (2009) mengartikan peradaban sebagai khazanah pengetahuan dan kecakapan teknis yang meningkat dari angkatan ke angkatan dan sanggup berlangsung terus menerus. Tidak hanya kemahiran dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital, pola hidup manusia pun seakan dikontrol dan diatur oleh teknologi ini.
Setiap hari, aktifitas manusia diawali dan diakhiri dengan mengecek handphone. Hampir setiap jamnya, seseorang akan mengabarkan kepada dunia makanan apa yang disantapnya, tempat mana yang didatanginya, lagu apa yang sedang dimainkannya hingga curhat tentang masalah keluarga yang sebenarnya menjadi domain privat. Kekhawatiran melanda manakala kebiasaan ini kelak menjadi budaya. Orang akan cenderung memperhatikan virtual identity nya dan acuh terhadap dunia nyata.
Comments :