Botnet, sekumpulan program yang dapat berinteraksi antar melalui internet kini telah berevolusi mengikuti jaman. Dahulu botnet biasanya bersembunyi dan bercokol di ceruk server ataupun PC, saat ini ada kemungkinan botnet juga bersembunyi di balik telapak tangan kita. Distil network (https://resources.distilnetworks.com/whitepapers/research-lab-mobile-bots) melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 100 juta perangkat mobile dari 6 operator terbesar di amerika serikat selama 45 hari. Dari hasil pemeriksaan tersebut disimpulkan bahwa 5.8% perangkat tersebut terinfeksi oleh botnet, sejumlah bot bahkan memiliki kemampuan untuk melakukan serangan terhadap website maupun applikasi lainnya. Dari persentase tersebut didapatkan jumlah mencapai 5,8 juta perangkat melakukan aktifitas ilegal tanpa diketahui oleh pemiliknya. Dari jumlah yang masif tersebut, peneliti dari Distill network menyimpulkan 1 dari 17 aktifitas di dalam jaringan disalah gunakan oleh botnet.

Jika dahulu botnet diperlengkapi dengan kemampuan melakukan DdoS (distributed denial-of-service) atau kemampuan untuk melakukan spam. Saat ini botnet telah berevolusi sehingga dapat melakukan jenis serangan yang lain. Bot tersebut dapat melakukan serangkan terhadap e-commerce, dari melakukan penawaran terhadap situs situs e-commerce secara acak, hingga melakukan serangan palsu terhadap kompetitor (menjual barang dengan lebih murah). Hal tersebut tidak hanya menimbulkan kerusakan secara sistem, namun dapat berdampak terhadap perekonomian.

Edward Robert, direktur senior dari Distil Network menyatakan bahwa setiap bot dapat melakukan serangan palsu sampai 50 kali serangan dalam sehari untuk setiap bot. Bot memanfaatkan celah dari perangkat seluler untuk melaksanakan serangan ini, diantaranya alamat IP yang berbeda saat perangkat terhubung dengan BTS yang berbeda, hingga penyerangan dilakukan saat perangkat seluler sedang dalam kondisi tidak terpakai atau idle.

Satu hal yang belum berubah, infeksi bot bot tersebut tetap sama. Kebanyakan infeksi terjangkit saat pengguna membuka file berbahaya dari email, membuka web secara sembarangan, hingga melakukan instalasi applikasi secara sembarangan. Untuk mencegah hal ini, disarankan perangkat seluler menggunakan sofware anti malware dan edukasi terhadap pengguna untuk tidak membuka link ataupun file yang tidak jelas asal usulnya.